Skip to main content

Hadits Kedua | Hadits-hadits Dha'if yang Biasa Menyebar di Bulan Ramadhan | Meneladani Shaum Rasulullah

Shifatu Shaumin Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam fii Ramadhaan.

Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied al-Hilali dan Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid hafizhahumallaah.

Meneladani Shaum Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam.

Keduapuluhtiga.

Hadits-hadits Dha'if yang Biasa Menyebar di Bulan Ramadhan.

Hadits lainnya adalah:

2. "Wahai sekalian manusia, kalian telah dinaungi oleh bulan yang agung. Satu bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Allah telah menjadikan puasa pada bulan itu wajib, sedang qiyamul lailnya sunat. Barangsiapa mendekatkan diri pada bulan itu dengan suatu kebaikan, maka dia seperti orang yang melaksanakan kewajiban di luar bulan itu... Dan ia merupakan bulan yang permulaannya adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan bagian akhirnya berupa penyelamatan (pembebasan) dari Neraka..." dan seterusnya.

Ini pun termasuk hadits panjang, yang kami sampaikan secara ringkas pada bagian yang sering disampaikan.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah juga (no. 1887), al-Muhamili di dalam kitabnya Amaali (no. 293), al-Ashbahani di kitab at-Targhiib (187/ B/ manuskrip) melalui jalan 'Ali bin Zaid bin Jad'an, dari Sa'id bin al-Musayyab dari Salman.

Sanad hadits ini dha'if karena lemahnya 'Ali bin Zaid. Ibnu Sa'ad mengatakan: "Di dalamnya terdapat kelemahan dan tidak dapat dijadikan sebagai hujjah (dalil)." Ahmad bin Hanbal mengemukakan: "Hadits ini sama sekali tidak kuat." Ibnu Ma'in mengatakan: "Dha'if." Sedangkan Ibnu Abi Khaitsamah mengemukakan: "Hadits ini lemah dalam segala sesuatunya." Dan Ibnu Khuzaimah sendiri mengatakan: "Aku tidak menjadikannya sebagai dalil karena buruknya hafalannya." Demikian yang disampaikan di kitab Tahdziibut Tahdziib (VII/ 322-323).

Setelah meriwayatkan hadits tersebut untuknya, Ibnu Khuzaimah mengatakan, "Kalau toh (205) khabar itu benar..." sedangkan Ibnu Hajar di dalam kitab al-Athraaf mengatakan: "Porosnya ada pada 'Ali bin Zaid bin Jad'an, sedang dia seorang yang dha'if." Sebagaimana yang dinukil oleh as-Suyuthi, darinya, dalam kitab Jam'ul Jawaami' (no. 23714).

Dinukil pula oleh Ibnu Abi Hatim dari ayahnya di dalam kitab, 'Ilalul Hadiits (I/ 249): "Hadits munkar."

Baca selanjutnya:

===

(205) Di dalam beberapa referensi tidak disebutkan kata: in (kalau toh), seperti misalnya pada kitab at-Targhiib wat Tarhiib (II/ 95) dan lain-lain. Sehingga ketiadaan kata in menyebabkan rusaknya makna. Dan karenanya pula banyak sebagian para pelajar yang tertipu.

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Shifatu Shaumin Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam fii Ramadhaan, Penulis: Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied al-Hilali dan Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid hafizhahumallaah, Penerbit: al-Maktabah al-Islamiyyah, Amman - Yordania, Cetakan IV, Tahun 1412 H/ 1992 M, Judul Terjemahan: Meneladani Shaum Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, Penerjemah: M. Abdul Ghoffar E.M, Muraja'ah Terjemah: Taufik Saleh Alkatsiri, Penerbit: Pustaka Imam asy-Syafi'i - Indonesia, Cetakan Kedua, Rabi'ul Akhir 1426 H/ Agustus 2005 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog