Skip to main content

Sifat Shalat Nabi: Salah Paham dan Jawabannya (3)

Pendahuluan

Edisi Pertama

5. Salah Paham dan Jawabannya (3)

Ketiga, segolongan lain beranggapan bahwa yang dimaksud dengan mengikuti Sunnah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan tidak mengambil pendapat-pendapat imam yang berlawanan dengan Sunnah beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam adalah sama sekali tidak memperdulikan pendapat mereka dan tidak memanfaatkan hasil ijtihad atau pemikiran mereka.

Aku jawab: Anggapan semacam itu sama sekali tidak benar, bahkan sama sekali bathil. Hal ini dapat dibuktikan dari keterangan-keterangan di atas. Semua penjelasan yang telah dikemukakan di atas bertentangan dengan anggapan ini. Yang kami serukan ialah bahwa kita tidak boleh menjadikan madzhab sebagai agama dan menempatkannya pada kedudukan al-Qur-an dan Sunnah dengan pengertian bahwa bila terjadi perselisihan dan perbedaan pendapat, kita menjadikan madzhab-madzhab tersebut sebagai rujukan untuk mendapatkan hukum-hukum terhadap hal-hal yang baru, seperti yang dilakukan oleh ahli fiqh pada zaman sekarang. Dengan bersumber pada kitab-kitab madzhab, mereka menyusun hukum baru tentang keluarga, pernikahan, thalak, dan sebagainya, tanpa mau merujuk pada al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam agar dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang haq dan mana yang bathil. Mereka hanya mengikuti semboyan perbedaan pendapat adalah rahmat dan mengambil mana yang ringan dan mudah atau mana yang maslahat menurut anggapan mereka. Alangkah indahnya pernyataan Sulaiman at-Taimi berikut ini:

"Kalau engkau mengambil mana yang enak saja dari setiap pendapat yang dikemukakan setiap 'ulama, yang engkau dapatkan adalah celakanya saja."

Sikap semacam ini tentu kami tolak dan hal ini telah menjadi ijma' 'ulama yang sejauh pengetahuanku tidak ada perselisihan di antara mereka.

Merujuk pada pendapat-pendapat mereka, memanfaatkan hasil pemikiran mereka, dan menggunakan pendapat mereka untuk menolong memahami kebenaran dalam memilih berbagai perbedaan pendapat yang tidak terdapat ketentuannya dalam al-Qur-an dan Sunnah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam atau untuk memperoleh kejelasan memahami nash agama, tidaklah kami tolak, bahkan kami anjurkan dan kami suruh. Langkah semacam ini merupakan kebaikan yang diharapkan dilakukan oleh orang yang ingin menempuh petunjuk al-Qur-an dan Sunnah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.

Ibnu 'Abdil Barr dalam kitabnya juz 2 halaman 172 mengatakan:

"Wahai saudaraku, hendaklah engkau menghafal dan memperhatikan sumber-sumber pokok agama. Ketahuilah, bahwa orang yang bersungguh-sungguh menghafalkan Sunnah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan hukum-hukum yang termaktub dalam al-Qur-an serta pendapat-pendapat ahli fiqh, lalu menjadikannya sebagai penolong untuk melakukan ijtihad, membuka langkah untuk berpikir dan menafsirkan kalimat-kalimat yang umum yang mempunyai beberapa pengertian yang ada dalam Sunnah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, tidak mau membeo (taqlid buta) kepada seseorang, dan tidak menganggap dirinya sebagai orang yang layak bersikap sebagai 'ulama dalam menganalisis Sunnah, mengikuti pola mereka dalam melakukan kajian, pemahaman, dan pemikiran, berterima kasih atas usaha mereka yang bermanfaat, memuji mereka karena kebenaran mereka dan begitu banyaknya pendapat-pendapat mereka, tidak menyatakan dirinya selamat dari kesalahan seperti halnya para 'ulama terdahulu, adalah seorang santri yang berpegang teguh pada tradisi Salafush Shalih. Orang semacam ini benar dalam langkahnya, terbantu dalam kelurusan berpikirnya, dan mengikuti Sunnah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam serta petunjuk para Shahabat radhiyallaahu 'anhum.

Sebaliknya, orang yang berani berpendapat sendiri, menyimpang dari hal-hal yang kami sebutkan di atas, menentang hadits-hadits Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dengan ra'yu (akal)nya serta mengaku sudah mencapai kemampuan untuk berijtihad sendiri, adalah orang yang sesat lagi menyesatkan. Orang yang tidak mengetahui semua itu dan memberikan fatwa tanpa 'ilmu adalah lebih buta dan lebih sesat.

"Inilah kebenaran yang tidak lagi tersembunyi. Oleh karena itu, biarkanlah aku mengikuti rambu-rambu jalan ini."

Bersambung...

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Shifatu Shalaati an-Nabiyyi Shallallaahu 'alaihi wa Sallama min at-Takbiiri ilaa at-Tasliimi Ka-annaka Taraaha, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, Penerbit: Maktabah al-Ma'aarif, Riyadh - Kerajaan Arab Saudi, Cetakan Kedua Edisi Revisi, Tahun 1996 M/ 1417 H, Judul terjemahan: Sifat Shalat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, Penerjemah: Muhammad Thalib, Penerbit: Media Hidayah, Yogyakarta - Indonesia, Cetakan 13.

===

Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT