Apakah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihat Allah Subhaanahu wa Ta'aala? (3)
Pendapat yang kuat
Imam an-Nawawi rahimahullaah dalam kitab Syarh Shahih Muslim (8) tampaknya cenderung memihak pada pendapat yang menyatakan, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihat Rabbnya dengan mata kepala beliau sendiri pada malam isra'. Beliau cenderung membenarkan riwayat Ibnu 'Abbas radhiyallaahu 'anhuma tentang Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihat Allah dengan mata kepalanya sendiri.
Sedangkan riwayat 'Aisyah radhiyallaahu 'anhuma, menurut beliau hanya ijtihad pribadi belaka, bukan berasal dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Sementara Ibnu 'Abbas sebagai penerjemah ulung al-Qur-an, dianggapnya tidak mungkin berbicara tanpa ada sandaran riwayat dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.
Tetapi pendapat Imam an-Nawawi di atas terbantahkan dengan beberapa keterangan sebelumnya. Imam Ibnu Abi al-Izz, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah maupun Imam Ibnu al-Qayyim rahimahumullaah menguatkan pendapat, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak melihat Rabbnya pada malam isra' dengan mata kepala.
Imam Ibnu Abi al-Izz menukil pendapat al-Qadhi 'Iyadh, "Sejumlah jama'ah 'ulama berpendapat seperti pernyataan 'Aisyah, dan itulah yang masyhur dari Ibnu Mas'ud radhiyallaahu 'anhu." (9)
Bahkan Imam Ibnu al-Qayyim dalam kitab Zaad al-Ma'ad (10) menukil cerita 'Utsman bin Sa'id ad-Darimi yang menyatakan adanya kesepakatan para Shahabat radhiyallaahu 'anhum, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak melihat Allah.
Pada kitab yang sama, Imam Ibnu al-Qayyim juga menukil pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, "Perkataan Ibnu 'Abbas radhiyallaahu 'anhuma, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihat-Nya." Begitu pula perkataannya, "Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihat-Nya dengan mata hatinya," tidak bertentangan dengan ini (Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak melihat-Nya dengan mata kepala). Sebab memang ada riwayat yang shahih, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda,
"Aku melihat Rabbku Tabaraka wa Ta'ala." (Hadits yang merupakan cuplikan dari hadits shahih yang panjang riwayat Imam Ahmad dan Imam at-Tirmidzi dari Ibnu 'Abbas radhiyallaahu 'anhuma, juga dari Mu'adz bin Jabal radhiyallaahu 'anhu) (11)
Tetapi hal itu terjadi di luar isra'. Yaitu pada suatu hari di Madinah, ketika beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam terlambat mengimami shalat Shubuh. Lalu beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menceritakan kepada mereka, bahwa pada malam harinya beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bermimpi melihat Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Dari sanalah Imam Ahmad rahimahullaah kemudian mengatakan, "Ya, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memang benar-benar pernah melihat Allah. Sebab mimpi para Nabi pasti benar." Namun Imam Ahmad tidak pernah mengatakan, "Sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihat Allah dengan mata kepaka beliau dalam keadaan bangun." (12)
Artinya, bisa saja maksud Ibnu 'Abbas -jika riwayat itu benar- bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihat Allah dalam keadaan mimpi.
Bersambung...
===
(8) Lihat juz 3/ halaman 9-10 tahqiq Khalil Ma'mun Syiha.
(9) Kitab Syarh al-'Aqidah ath-Thahawiyyah halaman 196.
(10) Juz 3/ halaman 33.
(11) Lihat kitab Zaad al-Ma'ad, catatan kaki Syu'aib dan 'Abdul Qadir al-Arna'uth 3/33-34.
(12) Lihat kitab Zaad al-Ma'ad, tahqiq Syu'aib dan 'Abdul Qadir al-Arna'uth 3/33-34 dengan ringkas dan bahasa bebas.
===
Maraji'/ Sumber:
Majalah as-Sunnah, Upaya menghidupkan sunnah, Edisi 06/ Tahun VI/ 1423-2002 M.
===
Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT