Yang mendorong aku menulis buku ini adalah, bahwa manusia seluruhnya, baik orang-orang awam atau kalangan tertentu -kecuali yang dikehendaki oleh Allah- tidak mau lagi membicarakan tentang kemunculan dajjal serta turunnya 'Isa 'alaihis salaam sebagai pembenaran terhadap apa yang dimuat dalam kitab Zawaa-id Musnad Ahmad 4/72, yakni suatu riwayat yang dikisahkan dari Rasyid bin Sa'ad, ia berkata: "Ketika bumi Ishthakhr (nama kota di Iran) telah ditaklukkan ada yang berseru: 'Ketahuilah, sesungguhnya dajjal telah muncul!'." Rasyid bin Sa'ad kemudian berkata: "Kemudian ash-Sha'b bin Jutsamah menemui mereka." Kata Rasyid: "ash-Sha'b kemudian berkata: 'Karena ucapan kalian, maka aku beritahukan kepada kalian bahwa aku telah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: 'Dajjal tidak akan muncul sehingga sekalian manusia telah lupa untuk mengingatnya dan sehingga para imam tidak lagi menyebut-nyebutnya di atas mimbar-mimbar." (3)
Tepat sekali berita dalam hadits ini dikaitkan dengan realita para imam masjid, mereka tidak lagi menyebut-nyebut nama dajjal di atas mimbar, padahal mereka adalah orang-orang khusus di tengah manusia lainnya. Bila realita para imam seperti itu, lantas bagaimana dengan kondisi orang-orang awam? Jika Allah Subhaanahu wa Ta'aala -dengan segala sifat bijak yang dimiliki-Nya- telah menjadikan bagi segala sesuatu ada sebabnya, maka aku sangat tidak ragu lagi bahwa sebab mengapa dajjal tidak diperbincangkan lagi -padahal Rasul Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah memberikan peringatan tentang bahaya fitnahnya, sebagaimana yang akan para pembaca dapatkan di awal-awal kisah tentangnya, adalah akibat adanya sebagian kalangan tertentu yang menanamkan keraguan mengenai keshahihan hadits tentangnya. Terkadang mereka mempertanyakan validitas hadits tersebut dan mengatakan bahwa jalur periwayatannya tidak termasuk mutawatir, atau terkadang pada aspek dalalah (maksud dan arti) dari hadits tersebut sebagaimana terdapat pada penjelasan terdahulu. Maka semestinya para ahli 'ilmu melaksanakan kewajiban mereka, yakni menyampaikan kepada sekalian manusia apa yang telah disampaikan Rasul Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang berupa fitnah (musibah) dajjal juga ihwal 'Isa 'alaihis salaam yang akan membunuh dajjal tersebut -dengan izin Allah- dengan cara yang didapatkan oleh ummat (generasi pertama) dalam semua hal yang berkaitan dengan agamanya dari (Nabi) Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam baik yang terkait dengan masalah 'aqidah, 'ibadah, mu'amalah (cara berinteraksi sosial), akhlaq dan lain sebagainya, yaitu berupa hadits Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Dengan cara seperti itu, sebab-sebab yang telah disebutkan sebagaimana diisyaratkan di muka -dapat diatasi (dihilangkan)- sehingga manusia akan menyadari kembali (tentang) dajjal dan fitnah-fitnahnya selanjutnya mau menggunakan sarana-sarana untuk membentengi diri darinya. Dengan itu, mereka tidak akan terpedaya oleh kesesatan-kesesatan dan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan olehnya (dajjal) yang tidak akan diyakini kemungkinan terjadinya kecuali oleh seorang mukmin yang sama sekali tidak meragukan tentang hadits-hadits yang disampaikan oleh Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Itu semua bisa terjadi karena ia mengetahui dan menyadari bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala menguji hamba-hamba-Nya dengan bentuk fitnah apa saja yang Dia kehendaki, sebagaimana firman-Nya:
"Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)."
(Qur-an Surat al-Qashshash: ayat 68)
Jika seorang mukmin mengetahui itu dan mengimaninya, tentu ia akan menempuh cara untuk melindungi dan menyelamatkan diri dari fitnah tersebut.
Bersambung...
===
(3) Al-Haitsami berkata dalam kitabnya Majma'uz Zawaa-id 7/335: "Diriwayatkan oleh 'Abdullah bin Ahmad dari periwayatan Baqiyyah, dari Shafwan bin 'Amr, dan riwayat ini shahih seperti yang dinyatakan oleh Ibnu Ma'in, sementara Baqiyyah rijal-rijalnya tsiqat. Dan di tempat lain dia menyandarkannya kepada Ahmad sendiri, lalu dia ragu!"
===
Maraji'/ Sumber:
Kitab: Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjaali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihish shalaatu was salaamu wa Qatlihi Iyyaahu, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, Penerbit: Maktabah al-Islamiyyah, 'Amman - Yordan, Cetakan I, 1421 H, Judul terjemahan: Kisah dajjal dan turunnya 'Isa 'alaihis salam untuk membunuhnya, Penerjemah: Beni Sarbeni, Penerbit: Pustaka Imam asy-Syafi'i, Cetakan I, 1426 H/ 2005 M.
===
Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT