Skip to main content

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (7)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Surat al-Faatihah (7)

Permohonan Hidayah Seorang Mukmin Sedangkan Ia Menyandang Sifat Itu (Hidayah)

Apabila ditanyakan, mengapa seorang mukmin meminta hidayah, baik di waktu mengerjakan shalat maupun di luar shalat, padahal ia sendiri menyandang sifat itu. Apakah yang demikian itu termasuk tah-shiilul haa-shil (usaha memperoleh sesuatu yang sudah ada) atau bukan?

Jawabnya, bukan. Sekiranya mereka tidak perlu memohon hidayah siang dan malam, niscaya Allah Sub-haanahu wa Ta'aala tidak akan membimbingnya untuk melakukan hal itu. Sebab, seorang hamba senantiasa membutuhkan Allah kapan saja dan bagaimanapun keadaannya, agar diberikan keteguhan, kemantapan, penambahan, dan hidayah, karena ia tidak kuasa mendatangkan manfaat ataupun mudharat kepada dirinya sendiri kecuali atas izin Allah Sub-haanahu wa Ta'aala.

Oleh karena itu Allah Sub-haanahu wa Ta'aala selalu membimbingnya untuk senantiasa memohon kepada-Nya setiap saat agar Dia memberikan pertolongan, keteguhan dan taufiq.

Orang yang berbahagia adalah orang yang diberi taufiq oleh Allah untuk senantiasa memohon kepada-Nya. Sebab, Allah telah menjamin akan mengabulkan permohonan seseorang apabila ia memohon kepada-Nya. Terlebih lagi permohonan orang yang berada dalam keadaan terdesak dan sangat membutuhkan bantuan-Nya pada malam dan siang hari. Allah Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya." (QS. An-Nisaa': 136)

Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman agar tetap beriman. Dan hal ini bukan termasuk tah-shiilul haa-shil, karena maksudnya adalah memohon ketetapan, kelangsungan dan kesinambungan amal yang dapat membantu mencapai tujuan tersebut. Wallaahu a'lam.

Allah Sub-haanahu wa Ta'aala juga memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mengucapkan do'a:

Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa wa hablanaa milladunka rahmatan innaka antal wahhaab
"(Mereka berdo'a): 'Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Ali 'Imran: 8)

Dengan demikian, makna firman-Nya: Ihdinash shiraa-thal mustaqiim adalah "Semoga Engkau terus berkenan menunjuki kami di atas jalan yang lurus dan jangan Engkau belokkan kami ke jalan yang lain."

Al-Faatihah, Ayat 7

Shiraa-thal la-dziina an'amta 'alaihim ghairil magh-dhuubi 'alaihim wa ladh-dhaalliin
(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS. 1: 7)

Telah disebutkan dalam hadits sebelumnya bahwa apabila seorang hamba mengucapkan "ihdinash shiraa-thal mustaqiim" hingga akhir ayat, maka Allah berfirman: "Ini untuk hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta."

Firman Allah: "Shiraa-thal la-dziina an'amta 'alaihim" Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, adalah tafsir dari firman-Nya "shiraa-thal mustaqiim" (jalan yang lurus), dan merupakan badal menurut ahli nahwu dan boleh juga sebagai 'athaf bayan. Wallaahu a'lam.

Bersambung...

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

===

Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299
http://www.bajaringantangerang.com

===

As-Salamu 'alaikum pembaca setia baitulkahfitangerang.blogspot.com, siapa tau anda - atau ada temen yang tertarik dengan properti Bali dibawah ini:

kesempatan yang langka untuk memiliki tanah "ngantong" di pantai Tanjung Benoa (beach front). Luas tanah 1,5 hektar, lebar depan 25m dan lebara belakang 100m menghadap pasir putih, tanah keren ini cocok untuk bangun hotel bintang 4-5.

Lihat denah dan informasi klik http://tinyurl.com/ovtvhhc

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT