Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.
Kajian Keduapuluh Dua.
Kajian Ramadhan.
Meningkatkan Ibadah di Sepuluh Hari Terakhir dan Mencari Lailatul Qadr (4).
Dan lebih dekat lagi adalah pada tujuh hari terakhir, berdasarkan hadits Ibnu 'Umar ra-dhiyallaahu 'anhuma bahwa pernah ada seseorang di antara Shahabat Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam yang mendapatkan mimpi Lailatul Qadr pada tujuh hari terakhir dari bulan Ramadhan, lalu Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Aku lihat bahwa mimpi kalian itu benar-benar tepat pada tujuh hari terakhir. Maka barangsiapa yang mencarinya, hendaklah ia terus mencarinya pada tujuh hari terakhir." (Mutafaq 'alaih)
Sedangkan dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang Lailatul Qadr:
"Carilah ia pada sepuluh malam terakhir. Jika salah seorang di antara kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka jangan sampai terkalahkan (tidak bisa mencarinya) pada tujuh hari sisanya."
Dan yang lebih dekat lagi dari tujuh hari terakhir adalah malam kedua puluh tujuh, berdasarkan hadits Ubay bin Ka'b ra-dhiyallaahu 'anhu bahwa ia berkata:
"Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam yang mana kita diperintahkan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam untuk bangun beribadah, yaitu malam kedua puluh tujuh." (HR. Muslim)
Lailatul Qadr ini tidak hanya terjadi pada malam tertentu setiap tahunnya, akan tetapi ia akan berpindah-pindah dari satu malam ke malam yang lain, sehingga bisa terjadi pada suatu tahun ia terjadi pada malam kedua puluh tujuh, dan pada tahun berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima -misalnya-, sesuai dengan kehendak Allah dan hikmah-Nya. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam yang menyatakan:
"Carilah ia pada malam sembilan malam terakhir, tujuh malam terakhir, dan lima malam terakhir." (HR. Al-Bukhari)
Ibnu Hajar dalam Fat-hul Baari mengatakan: "Pendapat yang paling kuat adalah bahwa Lailatul Qadr itu terjadi pada tanggal ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, dan bahwa ia berpindah-pindah."
Allah Sub-haanahu wa Ta'aala sengaja menyembunyikan kepastian malamnya kepada para hamba sebagai bentuk rahmat (kasih sayang) terhadap mereka agar 'amalan mereka menjadi banyak karena mereka selalu mencarinya pada malam-malam yang utama itu dengan mengerjakan shalat, berdzikir, dan berdo'a sehingga mereka semakin dekat kepada Allah dan semakin banyak pula pahala yang diperolehnya. Di samping itu juga untuk menguji mereka, agar menjadi jelas siapa saja yang bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya dari orang yang hanya bermalas-malasan dan meremehkannya. Orang yang benar-benar bersemangat dan tamak terhadap sesuatu maka sudah tentu ia akan bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya dan pantang merasa lelah dalam rangka untuk meraihnya. Boleh jadi Allah Sub-haanahu wa Ta'aala menampakkan malam Lailatul Qadr itu kepada sebagian hamba dengan tanda-tanda yang bisa dilihat olehnya. Ini sebagaimana yang pernah dialami oleh Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, dimana beliau melihat tanda-tandanya. Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersujud pada pagi harinya di air dan tanah. Hujan turun pada malam itu sehingga Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam melakukan sujud dalam shalat Shubuh di air dan tanah itu.
Baca selanjutnya: Meningkatkan Ibadah di Sepuluh Hari Terakhir dan Mencari Lailatul Qadr (5)
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT