Tafsir wanita: Apa Saja yang Bisa Dilakukan oleh Seorang Suami Terhadap Isterinya yang Sedang Haidh?
Surat al-Baqarah
Pertama; Darah Haidh
Apa Saja yang Bisa Dilakukan oleh Seorang Suami Terhadap Isterinya yang Sedang Haidh?
1. Boleh bersentuhan dengannya, walaupun isteri baru saja datang bulan, atau pas santer-santernya. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan (Imam) Muslim dari 'Aisyah (ra-dhiyallaahu 'anhuma), dia berkata, "Salah seorang di antara kami (isteri-isteri Rasulullah) jika sedang haidh, dan Rasulullah (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) ingin bersentuhan dengan kami, maka beliau akan memerintahkan untuk memakai sarung, lalu beliau bersentuhan dengannya." Dia berkata, "Siapa di antara kalian yang mampu menahan nafsunya sebagaimana Nabi (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam)?" (1)
2. Boleh bagi seorang suami untuk tidur bersama dengan isterinya dalam satu selimut. Sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan (Imam) Muslim dari Ummu Salamah (ra-dhiyallaahu 'anha), dia berkata, "Tatkala kami sedang bersama-sama dengan Rasulullah (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) di atas beludru (sebuah gelaran). Tiba-tiba aku datang bulan, maka aku beranjak dengan sembunyi-sembunyi, dan aku mengambil kain untuk haidh. Rasulullah (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bersabda, 'Apakah kamu datang bulan?' Aku menjawab, 'Ya!' Lalu Rasulullah (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) memanggilku dan aku duduk bersamanya di atas beludru itu." (2)
3. Boleh membaca al-Qur-an di pangkuan isteri saat dia sedang haidh. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh (Imam) al-Bukhari dan (Imam) Muslim dari 'Aisyah (ra-dhiyallaahu 'anhuma), "Sesungguhnya Nabi (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) pernah bersandar di pangkuanku saat aku sedang haidh, dan beliau sambil membaca al-Qur-an." (3)
4. Boleh saling menyuapi dengan nasi atau mengasih minum dengan air. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh (Imam) Muslim dari 'Aisyah (ra-dhiyallaahu 'anhuma), dia berkata, "Aku pernah minum pada saat sedang haidh. Lalu aku berikan minumanku pada Rasulullah (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam), kemudian beliau meletakkan mulutnya di bekas tempat mulutku, lalu beliau pun minum. Aku keluar keringat pada saat sedang haidh. Lalu aku mengambil daging dengan gigi dan aku berikan kepada Rasulullah (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam). Maka beliau pun meletakkan mulutnya di bekas tempat mulutku." (4)
5. Boleh mencuci rambut suami dan menyisirnya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh (Imam) al-Bukhari dan (Imam) Muslim dari 'Aisyah (ra-dhiyallaahu 'anhuma), dia berkata, "Aku menyisir rambut Rasulullah (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) pada saat aku sedang haidh." (5)
===
(1) HR. Al-Bukhari 302, Muslim 293.
(2) HR. Al-Bukhari 298, dan Muslim 296.
(3) HR. Al-Bukhari 297, dan Muslim 301.
(4) HR. Muslim 300.
(5) HR. Al-Bukhari 2029 dan Muslim 297.
===
Maraji'/ Sumber:
Kitab: Tafsir al-Qur-an al-Azhim li an-Nisa', Penulis: Syaikh Imad Zaki al-Barudi, Penerbit: al-Maktabah at-Taufiqiyyah, Kairo - Mesir, Judul terjemahan: Tafsir wanita, Penerjemah: Samson Rahman MA, Editor: Farida Muslich Taman, Penerbit: Pustaka al-Kautsar, Jakarta - Indonesia, Cetakan pertama, Juni 2004 M.
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT