Kesurupan
Renungan
Akhir-akhir ini banyak tersebar cerita yang menarik dan mengagumkan sehingga membuat masyarakat banyak terpesona. Bagaimana tidak, cerita tersebut bersifat aneh tapi terlihat nyata dan bisa disaksikan siapa saja. Terlebih bila pelaku yang berperan dalam cerita itu adalah tokoh masyarakat. Cerita seperti ini biasanya dikait-kaitkan dengan jin. Jin memang selalu menjadi sasaran tuduhan dalam banyak peristiwa. Bahkan jin sering jadi sasaran ketika ada orang yang kena penyakit epilepsi. Jin juga jadi sasaran bila ada orang yang was-was atau stress. Bahkan ada kasus tentang seseorang yang tidak mampu mengungkapkan kepada siapapun tentang ketidakmampuannya mencapai hal yang diinginkan, juga dipandang kemasukan jin.
Bila dalam kasus-kasus ini dipanggil orang yang dipandang sebagai ahli jin, tentu tiada jawaban dari ahli tersebut kecuali dengan mengatakan bahwa hal ini memang akibat kemasukan jin. Sebab dia tidak memiliki cara lain untuk mengetahui kondisi orang-orang tersebut kecuali hanya berdasarkan pengalaman pribadinya. Terlepas dari apakah pengalaman tersebut memperlihatkan garis-garis yang ditentukan Allah dan dipraktikkan Rasul-Nya (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) ataupun tidak, yang jelas khalayak ramai memandangnya sebagai suatu kenyataan yang menarik dan menakjubkan. Sungguh sangat memprihatinkan bila peristiwa ini terjadi di lembaga-lembaga keislaman seperti pesantren, majelis taklim, dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Sehingga tidaklah aneh bila seorang pendidik, guru atau ustadz berubah profesi menjadi tukang mengobati kesurupan. Sementara pada saat yang sama setan telah melangkah lebih maju karena telah berhasil menghentikan sebagian kegiatan yang sangat bermanfaat bagi masa depan ummat. Karena itu, setan pun akan terus memanfaatkan orang-orang tersebut untuk melaksanakan programnya yaitu menghentikan kegiatan-kegiatan yang sangat bermanfaat bagi ummat dan penyesatan ummat dengan cara yang sangat halus dan tidak disadari.
Dimulai dari mengalihkan profesi, dilanjut dengan memberi kesibukan kepada masyarakat, membuat seorang yang ditokohkan menjadi kultus, menanamkan ke dalam hati tokoh tersebut rasa memiliki kelebihan karena mengetahui yang tidak diketahui orang lain. Bahkan sampai memandang dirinya sebagai orang yang bersih, ikhlas, dan sifat-sifat terpuji lainnya. Karena dia beranggapan bahwa hal yang berhubungan dengan masalah ghaib hanya dapat dicapai dengan keadaan suci, ikhlas, dan banyak beramal shalih.
Subhanallah. Hanya Allah yang Mahasuci. Orang yang meningkat ketakwaannya akan semakin menyadari kekotoran dirinya. Tidak ada orang yang mengaku bahwa dirinya bersih hati kecuali telah berada dalam kegelapan hingga tidak mampu mengetahui dan melihat kelemahan serta kekotoran diri. Semoga Allah berikan kepada kita cahaya Ilahi hingga terlihat dengan jelas bahwa diri kita banyak hal yang mesti dibersihkan.
Untuk mengetahui hakikat cerita-cerita tentang jin dan kesurupan, maka kita merenung sejenak dengan memperhatikan beberapa pertanyaan berikut ini:
1. Apakah pada zaman generasi pertama (yakni generasi para shahabat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) yang lebih paham kepada al-Qur-an, ada seorang shahabat yang dikenal sebagai ahli atau pakar jin yang selalu mengobati orang kesurupan?
2. Mengapa pada zaman shahabat (ra-dhiyallaahu 'anhum) tidak banyak yang kesurupan padahal keimanan masyarakat pada waktu itu tidak sederajat?
3. Mengapa sering terjadi kesurupan di tempat yang diketahui ada atau akan datang seorang yang dikenal sebagai ahli jin yang dapat mengobati kesurupan, sementara di tempat lain bahkan di tempat orang-orang kafir sekalipun, bila ada yang kesurupan tidak sebanyak yang terjadi di tempat yang mungkin kedatangan sang ahli jin?
4. Ketika seorang ahli atau pakar jin membacakan ruqyah kepada orang yang sedang kesurupan, mengapa tidak ada jin yang mampu membaca bacaan yang sama padahal di antara mereka (yakni jin) ada pula yang hafal al-Qur-an?
5. Orang kafir dari golongan manusia ada yang menghafal al-Qur-an dan memahaminya bukan untuk diamalkan akan tetapi untuk dijadikan alat makar dan untuk menyesatkan mukminin, bukankah setan dari golongan jin lebih mampu untuk melakukan hal yang sama?
6. Bila sudah diyakini bahwa yang dibaca adalah do'a yang maktsur dari Rasul (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam), apakah dapat diketahui bagaimana cara Rasulullah (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) membacakannya? Sebab tidak cukup hanya mengetahui apa yang dibaca akan tetapi juga sangat perlu diketahui bagaimana cara beliau (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) membacanya. أدعية مأثورة
7. Ketika seorang ahli diyakini telah mengislamkan jin kafir melalui debat tentang agama, dengan cara apa dia dapat mengetahui bahwa setan tersebut betul-betul masuk Islam? Padahal sang ahli tersebut tidak dapat mengetahui hakikat keislaman seorang manusia yang terlihat dari kehidupannya sehari-hari sehingga bagaimana mungkin dia dapat mengetahui keislaman makhluk ghaib dari golongan jin?
8. Bila diketahui bahwa jin yang telah memeluk Islam ikut melaksanakan shalat bersama ahli tersebut dan terdengar dari mereka bacaan aamiiiin, atau mereka membaca al-Qur-an atau do'a lainnya baik di dalam atau di luar shalat, apakah dapat diyakini bahwa bacaan mereka berlangsung karena melaksanakan perintah Allah dan apakah dapat dibenarkan bacaan mereka sampai terdengar suaranya oleh manusia? Padahal sebagaimana hakikat mereka sebagai makhluk ghaib maka suaranya pun adalah ghaib. Mengapa mereka meniru-niru suara manusia, bukankah hal itu termasuk permainan untuk menipu manusia?
9. Ketika ada seseorang yang mengaku memiliki jin atau dengan istilah lain khadam, apakah dia yang memperalat jin untuk keperluan manusia ataukah jin yang memperalat dia untuk menggoda banyak manusia tanpa dia sadari?
Setan terdiri dari jin dan manusia. Mereka adalah musuh yang selalu melancarkan berbagai tipu daya yang ditujukan kepada seluruh hamba sejak manusia pertama sampai hari Kiamat. Tipu daya setan sering tidak disadari bukan saja sewaktu melancarkan tipuan tersebut akan tetapi juga setelah tipuan berlalu. Godaan setan beraneka ragam bentuknya. Terkadang diketahui oleh manusia, namun kebanyakan tidak diketahui dan tidak pula disadari, sekalipun oleh orang-orang yang mempelajari Islam secara mendalam.
Sungguh menyedihkan akhir-akhir ini banyak aktivis dakwah disibukkan urusan-urusan setan, hingga tugas utama mereka yang sebenarnya sebagai pembina dan pengajar dalam suatu lembaga pendidikan terkadang terabaikan dengan alasan sibuk menolong orang yang kesurupan. Dengan beralihnya profesi seorang dai atau ustadz yang biasa mengajarkan ilmu-ilmu Islam secara menyeluruh menjadi orang yang sibuk dengan masalah jin dan mengobati orang yang kesurupan, setan telah berhasil menguasai pekerjaan suci dakwah dan menggantinya dengan pekerjaan yang dia programkan tanpa sang aktivis sadar bahwa dia sudah menjadi pekerja makhluk ghaib. Dengan cara ini setan terus bersandiwara dan berakting dengan menggunakan berbagai peran, seperti:
1. Sebagai jin yang mengganggu aktivitas seorang muslim. Ia diusir oleh seorang ahli dan akhirnya dianggap sudah pergi, padahal siapa yang dapat mengetahui hal itu dengan pasti? Sangat mungkin dia masih tetap berada di samping sang ahli karena dia adalah makhluk ghaib. Hanya saja dia telah berhenti melakukan gangguan yang biasa dilakukan sebelumnya karena sudah berhasil melaksanakan program utamanya berupa penyebaran kultus individu terhadap seorang ahli. Ini merupakan bagian dari gerakan pemurtadan dan pengalihan keyakinan.
2. Sebagai jin kafir yang terdengar berdebat dengan seorang aktivis Islam atau pakar jin tentang masalah agama. Sang jin tersebut diketahui kalah berargumentasi hingga menyatakan diri masuk Islam. Pendengar akan meyakini bahwa sang ahli mampu mengislamkan setan dan menyuruhnya untuk segera bertaubat dan istighfar. Begitu banyak orang mengagumi kehebatannya, terjadilah kesurupan dimana-mana sehingga sang ahli terus sibuk melayani mereka. Sungguh cara ini sering ditemukan pula pada kelakuan manusia yang pura-pura pindah agama, padahal itu hanya berupa taktik dan tipu daya.
3. Atau sebagai jin yang selalu membantu keperluan manusia sehingga berbaik sangka dan mengira ia termasuk jin muslim yang shalih. Atau cara-cara lain yang sering kita dengar dari berbagai pengalaman baik yang terjadi di tengah masyarakat religius atau masyarakat lainnya penganut agama tauhid. Padahal sekiranya mereka golongan jin yang shalih mengapa harus menonjolkan diri untuk menolong manusia sementara dari golongan jin sangat banyak yang harus dibina keislamannya. Sebagaimana manusia tidak diperintah untuk menolong jin, demikian pula jin tidak diperintah untuk menolong manusia. Sungguh kenyataan ini telah membuat banyak manusia hanyut dan tenggelam.
===
Maraji'/ sumber:
Buku: Kiai Meruqyah Jin Berakting, Penulis: K.H. Saiful Islam Mubarak Lc. M.Ag, Editor: Eko Wardhana, Penerbit: PT. Syaamil Cipta Media, Bandung - Indonesia, Cetakan Februari 2004 M.
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT