Skip to main content

Anda dan Harta: Bagaimana Anda Mendapatkan Harta? 3. Tawakkal pada Allah

Anda dan Harta

Bagaimana Anda Mendapatkan Harta?

3. Tawakkal pada Allah

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda,

"Barangsiapa datang padanya kebutuhan dan dia serahkan pada manusia, maka manusia tidak akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa datang kepadanya kebutuhan dan menyerahkannya kepada Allah, maka mungkin Allah akan memberinya rezeki, cepat atau lambat." (1)

Dalam riwayat lain disebutkan, "Barangsiapa menyerahkannya pada Allah, maka mungkin Allah akan memberinya kekayaan, dengan kematian yang cepat atau kekayaan yang cepat." (2)

Jadi, barangsiapa menyerahkan kebutuhannya pada manusia, maka manusia tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya itu, karena manusia lemah dalam mendatangkan manfaat dan menolak bahaya. Oleh karena itu, seharusnya serahkanlah pada Allah yang Maha menguasai segala kebutuhan makhluk, yang pintu-Nya tidak pernah ditutup. Dengan berpegang pada Allah, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya, dengan memberi kekayaan yang cepat dan rezeki yang cepat dari jalan yang tidak disangka-sangka, atau rezeki yang terlambat. Adapun makna ucapan Rasulullah (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam), kematian yang cepat (maut 'ajil), adalah dengan matinya kerabatnya, kemudian dia mendapatkan warisan darinya. Allah berfirman,

"Jika mereka miskin, maka Allah akan memberikan kekayaan dengan kemurahannya." (QS. An-Nur: 32)

Jadi, Allah-lah pemberi rezeki. Allah telah menjelaskan pada orang-orang kafir bahwa apa yang mereka sembah tidak akan mampu memberi rezeki pada mereka sedikitpun, karena rezeki ada di tangan Allah. Dialah yang berhak disembah dengan benar, disyukuri dan padanya meminta rezeki. Pada Allah-lah semuanya akan kembali. Allah berfirman,

"Sesungguhnya apa-apa yang kalian sembah selain Allah tidak memiliki rezeki buat kalian. Carilah rezeki dari Allah. Sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Kepada-Nya kalian akan kembali." (QS. Al-Ankabut: 17)

Allah berfirman,

"Allah yang menciptakan kalian, memberi rezeki kalian, mematikan kalian kemudian menghidupkan kalian. Apakah ada di antara sekutu-sekutu kalian yang mampu berbuat demikian sedikit saja? Maha suci Allah dan Maha tinggi dari apa yang mereka sekutukan." (QS. Ar-Rum: 40)

Allah-lah yang menangani penciptaan, rezeki dan kematian setelah kehidupan ini. Menghidupi setelah mati adalah di hari Kiamat. Jika Allah menahan rezeki seseorang, maka tidak seorang pun yang mampu memberi rezeki padanya. Allah berfirman,

"Apakah ada orang lain yang memberi kalian rezeki jika Allah menahannya?" (QS. Al-Mulk: 21)

Karena rezeki setiap manusia dan binatang berada di sisi Allah. Allah berfirman,

"Tidak ada dari yang melata di bumi ini kecuali Allah menjamin rezekinya." (QS. Hud: 6)

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda,

"Jika kalian tawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka kalian akan diberi rezeki seperti burung yang pagi dalam keadaan lapar dan sore dalam keadaan kenyang." (3)

Hadits ini menjadi sandaran dalam tawakkal. Tawakkal adalah sebab terpenting dalam mendapatkan rezeki. Maksud dari hadits adalah, jika kalian berpegang pada Allah dan yakin bahwa Dialah yang melakukan segala sesuatu, Dialah yang memberi dan tidak ada penghalang selain Dia. Di tangan-Nya segala kebaikan. Kemudian kalian berusaha mendapatkan rezeki dan tawakkal kepada-Nya, maka Allah akan memberi rezeki kalian seperti Allah memberi rezeki pada burung. Allah berfirman,

"Barangsiapa tawakkal pada Allah, maka Allah akan mencukupinya." (QS. Ath-Thalaq: 3)

Jadi tawakkal adalah separuh agama. Tawakkal adalah memohon pertolongan. Dia merupakan perbuatan hati, bukan ucapan dan bukan pula perbuatan anggota badan. Dia juga bukan 'ilmu pengetahuan dan sensasi. Barangsiapa yang benar-benar dalam tawakkal, maka dia akan mendapatkan apa yang ia inginkan dan ia cita-citakan.

Sebagian 'ulama menafsirkan makna tawakkal sebagai percaya pada Allah dan tenang pada Allah. Yang lain menafsirkan sebagai rela dengan ketentuan. Sebagian orang-orang shalih berkata, "Mereka berkata, 'Aku tawakkal pada Allah.' Mereka bohong pada Allah. Sebab, jika dia tawakkal pada Allah, dia akan rela dengan apa dilakukan oleh Allah." Dan banyak lagi tafsir-tafsir yang lain dari tawakkal. (4)

Untuk membuktikan tawakkal, tidak berarti harus meninggalkan sebab-sebab rasional dan usaha mencari rezeki. Justru tawakkal tidak benar jika tidak diiringi dengan melakukan sebab-sebab rasional itu. Jika tidak demikian, maka tawakkalnya tidak benar. Sesungguhnya Allah memerintahkan manusia untuk menempuh sebab-sebab rasional sambil tawakkal. Karena berusaha dengan fisik melakukan sebab-sebab rasional merupakan ketaatan pada Allah Ta'ala dan tawakkal dengan hati merupakan iman kepada-Nya. Allah berfirman,

"Apabila shalat sudah selesai dikerjakan, maka menyebarlah di bumi dan carilah dari kemurahan Allah." (QS. Al-Jumu'ah: 10)

Allah juga berfirman,

"Dialah yang menjadikan bumi di bawah, maka berjalanlah di atasnya dan makanlah dari rezeki-Nya." (QS. Al-Mulk: 15)

Maksudnya, jalan dan pergilah ke segala penjuru dan segala wilayah untuk mendapatkan rezeki dengan kerja, bisnis dan lain-lain, yang dihalalkan oleh Allah untuk mendapatkan harta yang halal.

Ketahuilah, bahwa usaha kalian tidak berpengaruh sama sekali kecuali dengan ketentuan yang sudah Allah tetapkan dan Allah mudahkan buat kalian. Jika sesuatu itu sulit, maka hal itu karena ketentuan Allah, jika mudah, maka hal itu karena kemudahan dari Allah. Usaha tidak memberikan rezeki, tapi Allah-lah yang memberikan rezeki. Allah berfirman,

"Makanlah kalian dari rezeki-Nya."

Oleh karena itu, untuk menyempurnakan tawakkal, hendaknya tidak terlalu menggantungkan pikiran pada sebab-sebab dan memutus keterikatan hati padanya, sehingga hati hanya terikat pada Allah, tidak pada sebab-sebab itu.

Terkadang Allah memberi rezeki pada hamba yang benar-benar yakin dan tawakkal tanpa melalui sebab-sebab yang biasa. Seperti datangnya makanan dan buah-buahan pada Maryam 'alaihas salam di kamarnya yang hanya untuk 'ibadah. Begitu juga, seperti datangnya makanan pada para wali Allah dalam kondisi-kondisi tertentu.

Begitu juga orang tidak boleh menjadikan tawakkal sebagai sebab dalam mendapatkan rezeki. Tawakkal yang benar adalah mengetahui bahwa Allah telah menjamin rezeki hamba-Nya dan mencukupinya tanpa menjadikan tawakkal sebagai sebab dalam mendapatkan rezeki. Rezeki sudah terbagi-bagi untuk setiap manusia, kafir maupun mukmin, baik maupun jahat. Selama manusia hidup, maka Allah akan memberinya rezeki.

===

(1) Shahih Sunan at-Tirmidzi 1895.

(2) Shahih Sunan Abi Dawud 1448.

(3) Shahih Sunan at-Tirmidzi 1911.

(4) Lihat Madarij as-Salikin li Ibni al-Qayyim 2/114-115.

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Anta wal maala, Penulis: Syaikh Adnan ath-Tharsyah, Penerbit: Maktabah Wahbah - Kairo, Judul terjemah: Anda dan harta, Penerjemah: Taufik Damas Lc, Penerbit: Pustaka al-Kautsar, Jakarta - Indonesia, Cetakan I, Juli 2004 M.

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog