Syaikh Muhammad bin Sholih al-'Utsaimin rohimahullooh.
Kajian kedua.
Keutamaan puasa.
Keutamaan puasa Romadhon lainnya adalah bahwa pahalanya tidak terbatas dengan jumlah tertentu, akan tetapi orang yang berpuasa akan diberi pahala tanpa hitungan. Dalam kitab Shohiihain disebutkan riwayat hadits dari Abu Huroiroh rodhiyaLLOOHU 'anhu bahwa ia berkata: Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda:
"ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman: 'Setiap 'amalan anak Adam itu adalah menjadi haknya, kecuali puasa. Sesungguhnya ia menjadi hak-KU, dan AKU sendiri yang akan memberikan balasannya.' Puasa adalah perisai. Maka jika salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, hendaklah ia tidak berkata kotor dan tidak berteriak-teriak. Jika ada seseorang mencelanya atau memeranginya, maka hendaklah ia berkara: 'Aku sedang berpuasa!' Demi DZAT yang jiwa Muhammad ada di tangan-NYA, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi ALLOH daripada aroma kesturi. Orang yang berpuasa punya dua kebahagiaan yang bisa ia rasakan; kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan ROBB-nya karena puasa yang dilakukannya."
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:
"Setiap 'amal perbuatan anak Adam menjadi miliknya yang dilipatgandakan kebaikannya (pahalanya) sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. ALLOH berfirman: 'Kecuali puasa, karena sesungguhnya ia milik-KU dan AKU akan membalasnya sendiri. Orang yang berpuasa itu meninggalkan nafsu dan makanannya demi AKU'."
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan puasa dari beberapa segi.
Pertama: ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala mengkhususkan 'ibadah puasa ini hanya untuk diri-NYA di antara segala 'amalan 'ibadah lainnya. Ini disebabkan karena kemuliaan 'ibadah ini di sisi-NYA, kecintaan ALLOH kepada 'amalan ini, serta lahirnya keikhlasan dalam melaksanakannya. Sebab, ini merupakan rahasia antara seorang hamba dengan ROBB-nya, yang hanya ALLOH saja yang tahu. Orang yang berpuasa itu berada di tempat yang sepi dari manusia yang sebenarnya memungkinkan baginya untuk makan apa yang diharomkan oleh ALLOH atasnya namun ia tidak mau, karena ia berpuasa. Sebab, ia mengetahui bahwa ia punya ROBB yang senantiasa mengetahuinya dalam kesendiriannya sekalipun. ALLOH telah mengharomkan makan barang harom, kemudian ia meninggalkan barang harom itu semata karena takut kepada sanksi dari ALLOH di samping keinginan untuk meraih pahala dari-NYA. Oleh karena itu, ALLOH merasa berterima kasih kepadanya atas ketulusan itu, dan kemudian ALLOH mengkhususkan 'amalan puasa hamba-NYA itu hanya untuk diri-NYA di antara sekian banyak 'amalan lainnya. Oleh karena itu, ALLOH berfirman, "Ia meninggalkan nafsu dan makanannya hanya karena AKU." Kekhususan faedah ini terlihat dengan jelas pada hari Kiamat, sebagaimana yang dikatakan oleh Sufyan bin Uyainah rohimahuLLOOH: "Pada hari Kiamat nanti ALLOH akan menghisab hamba-NYA lalu menuntut kezholiman-kezholiman yang dilakukannya dengan menguras seluruh 'amalannya untuk menutupi kezholimannya itu. Sehingga apabila tidak tersisa lagi kecuali 'amalan puasa, maka ALLOH akan memaafkan kezholimannya yang tersisa kemudian memasukkannya ke dalam Surga karena 'amalan puasanya."
Kedua: ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala mengatakan (tentang puasa): "Dan AKU yang akan memberikan balasannya." ALLOH menyandarkan balasan 'ibadah puasa ini kepada diri-NYA yang Mulia, karena 'amal-'amal sholih itu akan dilipatgandakan dengan jumlah tertentu, mulai dari sepuluh hingga sepuluh kali lipat sampai kepada lipatan yang sekian banyak. Sedangkan 'ibadah puasa langsung dibalas dan dilipatgandakan sendiri oleh ALLOH tanpa perhitungan jumlah. ALLOH adalah DZAT yang paling dermawan dan pemurah. Pemberian itu tergantung siapa yang memberi. Dengan demikian pahala puasa itu sangat besar dan sangat banyak tanpa kalkulasi angka. Puasa adalah bentuk kesabaran dalam melakukan keta'atan kepada ALLOH, kesabaran dalam meinggalkan larangan-larangan ALLOH, dan kesabaran terhadap ketentuan ALLOH yang tidak menyenangkan, berupa rasa lapar, haus, serta lemahnya badan. Dalam 'ibadah puasa terhimpun tiga bentuk kesabaran, dan ini akan mengantarkan orang yang berpuasa menjadi bagian dari orang-orang yang bersabar. Sedangkan ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman: 'Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.' (Qur-an Suroh az-Zumar (39): ayat 10)
Ketiga: Puasa adalah perisai. Maksudnya adalah pelindung yang akan menjaga dan melindungi orang yang berpuasa dari perbuatan kesia-siaan dan perbuatan kotor. Oleh karena itu, Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda: "Jika salah seorang di antara kalian sedang melaksanakan puasa, maka janganlah berkata kotor dan jangan berteriak-teriak."
Di samping itu juga, karena puasa akan menjaganya dari api Neraka. Oleh karena itu -Imam Ahmad dengan isnad hasan meriwayatkan dari Jabir rodhiyaLLOOHU 'anhu bahwa- Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda:
"Puasa adalah perisai yang bisa digunakan oleh hamba untuk melindungi diri dari Neraka."
Keempat: Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi ALLOH daripada aroma kesturi, karena ia merupakan bagian dari dampak puasa. Dengan demikian bau mulut itu harum sekali di sisi ALLOH dan sangat dicintai oleh-NYA. Ini merupakan dalil yang menunjukkan keagungan puasa di sisi ALLOH sehingga sesuatu yang dibenci dan menjijikkan di mata manusia menjadi disukai di sisi ALLOH dan bahkan harum. Sebab, ia ditimbulkan oleh pelaksanaan keta'atan kepada ALLOH berupa 'ibadah puasa.
Kelima: Orang yang berpuasa memperoleh dua kesenangan; kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika kelak bertemu dengan ROBB-nya. Kebahagiaannya ketika ia berbuka adalah karena ia merasa senang atas nikmat yang dianugerahkan oleh ALLOH kepadanya, yaitu bisa melaksanakan 'ibadah puasa yang merupakan bagian dari bentuk 'amal sholih yang paling utama. Betapa banyak orang yang tidak memperoleh karunia itu sehingga ia tidak berpuasa. Ia juga merasa senang atas makanan, minuman dan jimak yang dihalalkan kembali oleh ALLOH baginya setelah sebelumnya diharomkan pada saat berpuasa.
Sedangkan kebahagiaannya ketika bertemu dengan ROBB-nya adalah karena ia senang sekali dengan 'ibadah puasanya ketika ia mendapatkan balasannya di sisi ALLOH secara utuh pada saat dimana ia jauh lebih membutuhkannya ketika dikatakan: "Dimana orang-orang yang berpuasa?" Mereka dipersilakan masuk ke dalam Surga dari pintu Royyan yang tidak akan dimasuki oleh seorang pun selain mereka.
Hadits ini berisi petunjuk dan bimbingan bagi orang yang berpuasa jika ia dicela atau diperangi oleh seseorang agar jangan melakukan pembalasan dengan hal yang sama, sehingga orang yang mencaci tidak semakin menambah caciannya. Begitu pula ia tidak boleh melemah di hadapannya dengan mengambil sikap diam saja, akan tetapi ia harus memberitahukan kepadanya bahwa ia sedang berpuasa. Ini merupakan isyarat bahwa ia tidak akan melakukan pembalasan yang sama karena menghormati 'ibadah puasa. Bukan karena lemah dan tidak mampu membalas. Serta-merta, orang yang mencaci akan menghentikan perbuatannya. "Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yanga sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." (Qur-an Suroh Fushshilat (41): ayat 34-35)
Baca selanjutnya: Keutamaan puasa (3)
===
Maroji':
Kitab: Majaalisu Syahru Romadhoon, Penulis: Syaikh Muhammad bin Sholih al-'Utsaimin rohimahullooh, Penerbit: Daruts Tsuroyya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Romadhon, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.
===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT