(Qur-an Suroh al-Ma'aarij: ayat 19-20)
"Kemudian setelah kamu berduka cita, ALLOH menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan daripada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap ALLOH seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: 'Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?' Katakanlah: 'Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan ALLOH.' Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: 'Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.' Katakanlah: 'Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditaqdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.' Dan ALLOH (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. ALLOH Maha Mengetahui isi hati."
(Qur-an Suroh Ali 'Imron: ayat 154)
Hampir setiap orang pernah merasakan cemas, atau ada yang sering cemas, bahkan ada pula yang hidupnya diselimuti kecemasan. Suasana jiwa semacam ini bisa saja dipengaruhi oleh ragam masalah yang dihadapi atau dikhawatirkan menghadangnya, apakah masalah rumah tangga, suami cemas dengan ulah isteri, atau sebaliknya isteri resah dengan perilaku suami. Bisa juga kecemasan dipicu kekhawatiran orang tua terhadap perilaku atau masalah yang dihadapi anak-anaknya. Mungkin juga kecemasan ditengarai tak sejalannya harapan orang tua dengan realitas aktivitas anak, dan lainnya.
Ada pula kecemasan yang dipicu oleh tekanan ekonomi, hutang atau lilitan masalah yang tak kunjung usai atau teratasi. Alhasil, setiap orang bisa saja berbeda dalam menyikapi masalah dan kecemasan, dan hal itu terpulang dari tingkat keimanannya. Semakin baik keimanan seseorang, tentu dia lebih tenang dan arif dalam menghadapi setiap masalah dan kecemasan. Sebaliknya, rendahnya keimanan bisa berdampak pada perilaku tak terpuji atau menyebabkan jiwa dan raganya terpuruk bagi mereka yang dililit masalah atau kecemasan dari persoalan sepele sekalipun.
Nyatanya kecemasan yang berlebihan atau juga disebut dengan anxietas dalam istilah psikologi atau kedokteran konvesional berpotensi merusak kesehatan. Sebab anxietas/ cemas itu timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stress atau konflik. Rangsangan terhadap konflik, baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri, itu akan menimbulkan respons dari sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon tersebut, muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, pankreas, jantung, pembuluh darah maupun alat-alat gerak.
Ulama terkemuka Imam Hasan al-Basri, ketika ditanya oleh shohabatnya, mengapa dia selalu tampak begitu tenang dan jauh dari kecemasan? Dia menjawab, bahwa dirinya tenang, antara lain asbab: pertama; dia tidak pernah khawatir soal rizki karena rizkinya sudah ditetapkan ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala, kedua; dia tenang karena yakin akan mati, sehingga yang dia lakukan adalah mempersiapkan kematian itu sendiri.
===
Maroji':
Tabloid Bekam Edisi 3 Cetakan 3/ Tahun 3/ 2012
===
Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com
===
Kios Tas, Sepatu, Jaket, Baju, dll
http://SahlaAgency.blogspot.com
===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT