Skip to main content

Keutamaan Membaca al-Qur-an dan Macam-macamnya | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.

Kajian Ramadhan.

Kajian Kelima

Keutamaan Membaca al-Qur-an dan Macam-macamnya

Segala puji bagi Allah yang menyeru untuk masuk ke dalam pintu-Nya dan yang memberi petunjuk siapa saja yang dikehendaki-Nya kepada kebenaran. Allah telah menganugerahkan nikmat dengan menurunkan Kitab-Nya yang berisi ayat yang muhkam dan mutasyabih. Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka terdapat kecondongan kepada kesesatan, maka mereka mengikuti yang mutasyabih. Sedangkan orang-orang yang mendalam 'ilmunya berkata: Kami beriman kepadanya.

Aku memuji Allah atas petunjuk dan kemudahan untuk mendapatkannya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku berharap, dengan syahadat ini aku bisa selamat dari siksa-Nya. Aku bersaksi pula bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya sebagai manusia yang paling sempurna. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejahteraan kepada beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam; kepada Shahabat beliau yang paling utama Abu Bakar; kepada 'Umar yang dengannya Allah memuliakan agama ini dan dunia menjadi lurus karenanya; kepada 'Utsman pengisi rumah dan mihrab beliau; dan kepada 'Ali yang terkenal pandai memecahkan persoalan karena 'ilmunya yang luas; kepada keluarga dan para Shahabat seluruhnya radhiyallaahu 'anhum serta kepada siapa saja yang memberikan kecintaan kepada beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat serta menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri."
(Qur-an Surat Fathir (35): ayat 29-30)

Membaca (tilawah) Kitab Allah ada dua macam: Pertama, tilawah hukmiyyah, yaitu membenarkan segala berita yang ada di dalamnya dan menerapkan hukum-hukumnya dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Hal ini akan kita bahas secara khusus dalam bagian lain, insya Allah.

Kedua, tilawah lafzhiyyah atau yang disebut dengan qiraatul qur-an (membaca lafal Kitab al-Qur-an). Banyak sekali nash yang menyebutkan tentang keutamaannya, entah mengenai keutuhan seluruh isi al-Qur-an maupun mengenai surat-surat atau ayat-ayat tertentu. Dalam kitab Shahih al-Bukhari disebutkan riwayat dari 'Utsman bin Affan radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Qur-an dan mengajarkannya."

Dalam kitab Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim) disebutkan pula hadits dari 'Aisyah radhiyallaahu 'anhuma bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Orang yang mahir membaca al-Qur-an kelak (mendapat tempat di Surga) bersama para utusan yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca al-Qur-an tapi masih terbata-bata lagi merasa berat dan susah, maka ia mendapatkan dua pahala."

Dua pahala ini, salah satunya merupakan balasan dari membaca al-Qur-an itu sendiri, sedangkan yang kedua adalah atas kesusahan dan keberatan yang dirasakan oleh pembacanya.

Dalam kitab Shahihain juga disebutkan hadits dari Abu Musa al-Asy'ari radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Perumpamaan orang beriman yang membaca al-Qur-an adalah seperti buah utrujjah (jeruk manis), aromanya harum dan rasanya enak. Sedangkan perumpamaan orang beriman yang tidak membaca al-Qur-an adalah seperti buah kurma, tidak beraroma, namun rasanya manis."

Dalam kitab Shahih Muslim disebutkan riwayat dari Abu Umamah radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Bacalah al-Qur-an, karena pada hari Kiamat nanti ia akan datang sebagai pemberi syafa'at kepada orang yang membacanya."

Dalam kitab Shih Muslim juga disebutkan riwayat hadits dari Uqbah bin Amir radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Bila saja salah seorang di antara kalian berangkat di pagi hari ke masjid untuk belajar atau membaca dua ayat dari Kitab Allah 'Azza wa Jalla, maka itu lebih baik baginya dari dua ekor unta, dan tiga ayat lebih baik dari tiga ekor unta, empat ayat lebih baik dari empat ekor unta, serta (jumlah) ayat-ayat berikutnya lebih baik daripada unta sejumlahnya."

Dalam kitab Shahih Muslim disebutkan pula hadits dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Tidaklah suatu kaum itu berkumpul dalam sebuah rumah Allah dimana mereka membaca Kitab Allah dan belajar bersama di antara mereka, melainkan ketenangan akan turun kepada mereka, rahmat akan meliputi mereka, para Malaikat akan mengelilingi mereka, dan Allah akan menyebutkan namanya di hadapan para makhluk yang ada di sisi-Nya." Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam juga bersabda:

"Peliharalah hafalan al-Qur-an. Demi Dzat yang menguasai jiwaku, al-Qur-an itu lebih cepat terlepas daripada unta yang terikat dalam ikatannya."
(Mutafaq 'alaih)

Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Janganlah salah seorang di antara kalian mengatakan: 'Aku lupa ayat ini dan itu', akan tetapi ia boleh mengatakan: 'Terlupa.'"
(Hadits Riwayat Imam Muslim)

Sebab, kata-kata aku lupa menunjukkan (mengandung arti) tidak adanya perhatian terhadap ayat al-Qur-an yang telah dihafalnya sehingga ia menjadi lupa.

Diriwayatkan dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka ia mendapatkan satu kebaikan, sedangkan kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf."
(Hadits Riwayat Imam at-Tirmidzi) (12)

Diriwayatkan juga dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu 'anhu bahwa beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Sesungguhnya al-Qur-an ini merupakan jamuan dari Allah. Maka dari itu terimalah jamuan ini sebisa kalian. Sesungguhnya al-Qur-an ini merupakan tali Allah yang kuat, cahaya yang menerangi serta penawar yang berguna. Ia adalah pegangan bagi orang yang berpegang padanya, dan keselamatan bagi orang yang mengikutinya. Dia tidak pernah menyimpang sehingga perlu dikoreksi, tidak pernah bengkok sehingga perlu diluruskan, tidak pernah habis keajaiban-keajaibannya, dan tidak pernah usang lantaran diulang. Bacalah ia, karena Allah akan memberimu pahala pada tiap-tiap huruf yang kamu baca sebanyak sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf."
(Hadits Riwayat Imam al-Hakim)

Ini merupakan keutamaan-keutamaan al-Qur-an, dan ini pula pahalanya bagi siapa saja yang berharap pahala dari Allah dan keridhaan-Nya, pahala yang besar untuk 'amal perbuatan yang ringan. Adalah tertipu orang yang melalaikannya dan rugi orang yang kehilangan pahala yang tidak mungkin bisa ia raih kembali. Keutamaan-keutamaan ini meliputi seluruh kandungan isi al-Qur-an. Banyak hadits Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang menyebutkan keutamaan surat-surat tertentu, di antaranya adalah surat al-Fatihah. Dalam kitab Shahih al-Bukhari disebutkan riwayat dari Abu Sa'id bin al-Mu'alla radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah berkata kepadanya:

"Aku akan mengajarkan kepadamu surat yang paling agung di dalam al-Qur-an, yaitu al-Hamdu lillaahi Rabbil 'Aalamiin (al-Fatihah). Ini adalah tujuh ayat yang diulang-ulang dan al-Qur-an Agung yang diberikan kepadaku."

Oleh karena keutamaannya itu, maka membacanya menjadi bagian, dari rukun shalat. Shalat tidak akan menjadi sah tanpa membaca surat al-Fatihah. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca al-Fatihah."
(Mutafaqun 'alaih)

Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu juga meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Siapa yang mengerjakan shalat tanpa membaca surat al-Fatihah, maka shalatnya menjadi gugur." Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengatakannya sampai tiga kali.

Pernah ditanyakan kepada Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, "Kami (para Shahabat) mengerjakan shalat di belakang imam?" Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu kemudian berkata, "Bacalah al-Fatihah itu dalam batinmu."
(Hadits Riwayat Imam Muslim)

Surat-surat lainnya yang mempunyai keutamaan tersendiri adalah surat al-Baqarah dan surat Ali 'Imran. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Bacalah surat az-Zahrawain, yaitu al-Baqarah dan Ali 'Imran. Karena sesungguhnya keduanya akan datang pada hari kiamat seperti dua buah awan atau seperti dua kawanan burung yang sedang terbang berbaris membela orang-orang yang biasa membacanya. Bacalah surat al-Baqarah karena membacanya membawa berkah sedangkan meninggalkannya akan menyebabkan penyesalan. Surat ini tidak akan bisa dibaca oleh para tukang sihir."
(Hadits Riwayat Imam Muslim)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Sesungguhnya rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah tidak akan bisa dimasuki oleh setan."
(Hadits Riwayat Imam Muslim)

Sebab, di dalam surat al-Baqarah ini terdapat ayat Kursi. Dalam hadits shahih disebutkan, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyatakan bahwa siapa saja yang membacanya di suatu malam, maka ia akan selalu mendapatkan penjagaan dari Allah dan tidak akan bisa didekati oleh setan hingga pagi. Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas radhiyallaahu 'anhuma: Bahwa Jibril berkata ketika berada di sisi Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam: "Ini merupakan sebuah pintu yang dibukakan dari langit, yang sebelumnya tidak pernah dibuka sama sekali." Ia berkata: Lalu ada seorang Malaikat yang turun lalu datang kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata:

"Bergembiralah dengan dua cahaya yang telah diberikan kepadamu yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelummu, yaitu surat al-Fatihah dan penutup surat al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca satu huruf pun dari keduanya kecuali engkau pasti mendapatkannya."
(Hadits Riwayat Imam Muslim)

Surat lainnya yang mempunyai keutamaan khusus adalah surat al-Ikhlash. Dalam kitab Shahih al-Bukhari disebutkan riwayat dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda mengenai surat ini dengan bersabda:

"Demi Dzat yang menguasai jiwaku, sesungguhnya ia sebanding dengan sepertiga al-Qur-an."

Kesebandingan dalam hal keutamaan itu tidak berarti bahwa ia bisa menggantinya. Oleh karena itu, seandainya ia (surat al-Ikhlash) dibaca tiga kali dalam shalat, maka ia tetap saja tidak bisa menggantikan al-Fatihah. Keberadaan sesuatu sebanding dengan lainnya dalam hal keutamaan itu tidak harus berarti bahwa ia bisa menggantikannya. Dalam kitab Shahihain disebutkan riwayat dari Abu Ayub al-Anshari radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Barangsiapa membaca 'laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu' (Tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dia adalah pemilik kerajaan dan segala pujian) sepuluh kali, maka ia seperti orang yang memerdekakan empat jiwa dari kalangan anak keturunan Nabi Isma'il."

Sekalipun demikian, seandainya ia mempunyai tanggungan kafarat membebaskan empat orang budak, maka dzikir ini tetap tidak bisa menggantikan pembebasan budak, sekalipun sebanding dalam hal keutamaan.

Surat lainnya yang mempunyai keutamaan tersendiri adalah surat al-Falaq dan an-Nas, atau yang biasa disebut Mu'awwidzatain. Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Tahukah kamu beberapa ayat yang diturunkan pada hari ini yang belum pernah ada yang sebanding dengannya? Yaitu 'Qul a'udzu bi Rabbil falaq', dan 'Qul a'udzu bi Rabbin nas'."
(Hadits Riwayat Imam Muslim)

Sedangkan dalam riwayat Imam an-Nasa-i disebutkan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan Uqbah agar membaca keduanya, dan selanjutnya beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Tidak ada peminta yang meminta dengan semisal permintaan dengan menggunakan keduanya, dan tidak ada pemohon perlindungan yang memohon perlindungan semisal dengan permohonan dengan menggunakan keduanya."

Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah kalian untuk memperbanyak membaca al-Qur-an yang penuh berkah, apalagi pada bulan Ramadhan ini yang menjadi bulan diturunkannya al-Qur-an. Banyak membacanya mempunyai keistimewaan tersendiri. Jibril biasa datang kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setiap tahun untuk memperdengarkan bacaannya kepada beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan mendengarkan bacaan beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Pada tahun dimana beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam wafat, maka Jibril melakukan hal ini dua kali dalam setahun. Ini dimaksudkan untuk meneguhkan dan mengukuhkan.

Kaum Salafush Shalih dahulu selalu memperbanyak bacaan al-Qur-an di bulan Ramadhan, baik ketika shalat maupun lainnya. Zuhri rahimahullaah ketika bulan Ramadhan tiba selalu mengatakan bahwa ia adalah bulan untuk membaca al-Qur-an dan memberi makanan. Sedangkan Imam Malik rahimahullaah jika Ramadhan tiba, maka beliau berhenti dari membaca hadits dan majelis-majelis 'ilmu (berhenti mengajar) untuk kemudian berganti membaca al-Qur-an dari mushaf. Qatadah rahimahullaah selalu mengkhatamkan bacaan al-Qur-an setiap tujuh hari sekali, sedangkan pada bulan Ramadhan mengkhatamkannya setiap tiga hari sekali, dan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan mengkhatamkannya setiap hari.

Ibrahim an-Nakha-i rahimahullaah mengkhatamkan al-Qur-an pada bulan Ramadhan setiap tiga hari sekali, sedangkan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan mengkhatamkannya setiap hari.

Aswad rahimahullaah selalu membaca al-Qur-an sampai khatam setiap dua hari sekali setiap bulannya.

Teladanilah orang-orang pilihan itu, dan ikutilah jalan mereka sehingga kalian akan bersama orang-orang baik lagi suci. Gunakanlah sebaik-baiknya setiap kesempatan yang ada, baik di waktu siang maupun malam dengan amalan-amalan yang bisa mendekatkan kalian kepada Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Pengampun. Usia ini akan terlipat dengan begitu cepatnya, sedangkan waktu akan terus berlalu seperti satu jam dari waktu siang saja.

Ya Allah, berikanlah kekuatan kepada kami untuk senantiasa bisa membaca Kitab-Mu dalam bentuk yang Engkau ridhai. Tunjukkan kami ke jalan keselamatan, keluarkan kami dengannya dari kegelapan menuju cahaya, serta jadikan ia sebagai hujjah (alasan, bukti penguat) yang menguntungkan kami dan tidak yang memberatkan kami, wahai Rabb semesta alam.

Ya Allah, angkatlah derajat kami dengan al-Qur-an, dan selamatkanlah kami dengannya dari lembah kehinaan. Hapuskanlah dosa-dosa kami dengan al-Qur-an. Ampunilah kami, kedua orang tua kami, dan seluruh kaum muslimin dengan rahmat-Mu, wahai Dzat yang paling Penyayang. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi kita, Muhammad, serta kepada keluarga dan para shahabat beliau seluruhnya.

===

(12) Ia mengatakan sebagai hadits hasan shahih gharib dari jalur ini. Sebagian kalangan 'ulama mutaakhirin menshahihkan hadits ini secara mauquf (terhenti) pada 'Abdullah.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT