Kisah rezeki dan harta
Rezeki dan harta
Rezeki adalah pokok dari harta atau kekayaan. Ia merupakan apa yang dijadikan Allah di bumi ini, seperti makanan yang tidak terhitung jumlahnya.
"Andai kalian menghitung nikmat Allah, maka kalian tidak mampu menghitungnya."
(Qur-an Surat Ibrahim: ayat 34)
Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, baik yang sudah ditemukan oleh manusia atau pun yang belum, merupakan rezeki dan kekayaan yang bisa untuk saling ditukar. Inilah modal interaksi manusia dalam tukar menukar.
Adapun sebab adanya uang adalah karena banyaknya manusia dan banyaknya rezeki di tangan mereka, kemudian penggunaannya semakin kompleks; kesulitan memindahkan rezeki dari satu tempat ke tempat lain, kesulitan menukar barang-barang yang berbeda jenisnya dan lain-lain. Maka manusia memerlukan sarana yang bisa menyelesaikan problematika rezeki. Sarana itulah yang menjadi penengah sekaligus pengganti dari rezeki yang asal. Manusia bisa menggunakannya sebagai ukuran harga dan nilai, serta menyimpannya. Sarana ini memiliki daya beli yang kuat.
Maka Allah menghendaki manusia mencari sarana yang memiliki sifat tertentu, yang tahan rusak dan memiliki perbedaan antara yang lebih dan yang kurang. Allah menghendaki memberi petunjuk pada manusia untuk menjadikan sarana itu dari benda-benda mulia; seperti emas, perak dan tembaga. Dengan sarana inilah manusia melakukan interaksi ekonominya. Akan tetapi, karena perbedaan nilai benda-benda mulia ini, ketidaktahuan manusia akan yang asli dari benda-benda mulia ini dan adanya kesulitan dalam mengukur kadar yang disepakati untuk benda yang berharga ketika melakukan interaksi jual beli, maka ini merupakan peluang terjadinya penipuan dan kekacauan. Oleh sebab itu, pemerintah mengambil kebijaksanaan menjadikan mata uang sebagai pengganti dari logam mulia itu. Setiap mata uang memiliki kadar dan nilai tertentu yang tertulis pada mata uang itu. Nilai inilah yang disepakati. Walaupun mata uang dari logam ini memberikan kepercayaan dan ketenangan sebagai alat interaksi ekonomi antar manusia, akan tetapi dia tidak mampu secara sempurna mengikuti perkembangan ekonomi.
Tampaklah kelemahan uang logam dalam penggunaannya, kesulitan untuk memindahkannya dari satu tempat ke tempat lain untuk transaksi-transaksi besar di pasar dunia. Terutama kekhawatiran akan hilang atau dicurinya uang logam itu. Berkembanglah ide manusia tentang uang logam mengikuti perkembangan ekonomi. Selanjutnya Allah memberi petunjuk pada manusia untuk membuat uang kertas yang berkembang secara gradual. Walaupun uang kertas secara intrinsik tidak memiliki nilai yang lebih mahal dari nilai nominalnya, namun manusia sepakat untuk menjadikannya sebagai alat tukar dalam jual beli. Uang kertas dianggap sebagai penyimpan kekayaan dan ukuran bagi nilai. Manusia sepakat menjadikan uang kertas ini sebagai alat membeli yang mutlak, dimana manusia mampu membawanya dan membeli barang yang ia kehendaki atau menukarnya dengan mata uang lain di suatu negeri.
Begitulah perkembangan interaksi manusia, dari tukar menukar (barter) rezeki ke interaksi yang menggunakan uang kertas sebagai simbol rezeki. Jadilah jual beli sempurna dengan uang kertas ini, karena manusia sepakat dengan nilai uang kertas sebagai alat membeli barang. Mereka juga menerimanya sebagai penyimpan kekayaan yang bisa disimpan sebanyak mungkin selama pemerintah tidak mengalami krisis ekonomi, politik, perang dan lain-lain yang menyebabkan uang kertas akan kehilangan nilainya sebagaimana terjadi di banyak negara.
Karena uang kertas secara intrinsik tidak memiliki nilai. Ia bernilai berdasarkan konvensi. Dalam kondisi krisis seperti ini, maka nilai rezeki yang asal akan kembali dilirik oleh manusia, yaitu makanan dan simpanan yang Allah tentukan kadarnya di bumi. Karena pada dasarnya nilai rezeki ini sama dengan nilai logam mulia, tidak demikian halnya dengan uang kertas.
Baca selanjutnya:
Kembali ke Daftar Isi buku ini.
Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.
===
Maraji'/ Sumber:
Kitab: Anta wal maala, Penulis: Syaikh Adnan ath-Tharsyah, Penerbit: Maktabah Wahbah - Kairo, Judul terjemah: Anda dan harta, Penerjemah: Taufik Damas Lc, Penerbit: Pustaka al-Kautsar, Jakarta - Indonesia, Cetakan I, Juli 2004 M.
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT