Lailatul Qodar dan penepatan waktunya
2- Malam yang paling mulia dalam bulan Romadhon adalah malam (Lailatul) Qodar, berdasarkan sabda Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam:
"Barangsiapa bangun (untuk ber'ibadah) pada malam (Lailatul) Qodar karena keimanan dan mengharap pahala [kemudian ia mendapatkannya] niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu." (8)
3- Lailatul Qodar jatuh pada malam dua puluh tujuh (27) Romadhon menurut pendapat yang terkuat. Demikianlah yang diindikasikan dalam mayoritas hadits-hadits Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, diantaranya hadits Zirr bin Hubaisy, ia berkata: "Aku mendengar Ubay bin Ka'ab berkata, ketika disampaikan kepadanya: 'Bahwa sesungguhnya 'Abdulloh bin Mas'ud rodhiyaLLOOHU 'anhu berkata: 'Barangsiapa mengerjakan sholat malam selama setahun penuh maka ia pasti mendapatkan malam (Lailatul) Qodar.
Ubay rodhiyaLLOOHU 'anhu berkata: 'Semoga ALLOH merohmatinya, maksud dia adalah supaya orang-orang tidak berspekulasi! Demi Dzat yang tiada Ilah yang berhak disembah dengan benar selain DIA, Lailatul Qodar itu jatuh pada bulan Romadhon -dia bersumpah atas apa yang dia ucapkan- Demi ALLOH aku sungguh mengetahui malam keberapa Lailatul Qodar itu! Yaitu malam ketika Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam memerintahkan kami untuk mengerjakan sholat pada saat itu, tepatnya pada sepenggal akhir malam kedua puluh tujuh. Tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit dengan memancarkan cahaya putih tidak menyilaukan."
Dalam sebuah riwayat hal itu dinisbatkan secara marfu' kepada Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam. (9)
===
(8) Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori dan Imam Muslim serta yang lainnya dari hadits Abu Huroiroh rodhiyaLLOOHU 'anhu, dan Imam Ahmad dari hadits 'Ubadah bin Shomit rodhiyaLLOOHU 'anhu dan tambahan dalam kurung di atas berasal darinya. Dalam riwayat lain dari Abu Huroiroh rodhiyaLLOOHU 'anhu dikeluarkan oleh Imam Muslim.
Catatan:
Dalam cetakan pertama di akhir hadits aku menyebutkan tambahan lain berbunyi: 'dan dosanya yang akan datang' berpatokan kepada penshohihan Imam al-Mundziri dan al-Hafizh al-Asqolani serta yang lainnya. Kemudian ALLOH memudahkanku untuk meneliti jalur-jalur periwayatan lafal tambahan tersebut dari Abu Huroiroh rodhiyaLLOOHU 'anhu dan 'Ubadah, penelitian yang sangat mendetail yang belum aku lihat ada yang meneliti sejauh itu sebelumku. Lalu jelaslah bagiku bahwa tambahan pada riwayat Abu Huroiroh rodhiyaLLOOHU 'anhu statusnya syadz sementara pada riwayat 'Ubadah rodhiyaLLOOHU 'anhu statusnya munkar. Dan bahwasanya orang-orang yang menghasankannya atau menshohihkannya telah keliru, barangkali karena terlalu berpatokan kepada perowi-perowi yang tersebut di dalam sanad tanpa meneliti riwayat tersebut secara terperinci dan menyeluruh. Aku telah memeriksanya melalui sebuah pembahasan yang sangat luas. Dan aku telah mencantumkannya dalam kitab Silsilah Hadits Dho'if nomor 5083. Oleh sebab itu aku tidak mencantumkan tambahan tersebut pada hadits Abu Huroiroh rodhiyaLLOOHU 'anhu di dalam kitab Shohih at-Targhib 982 dan tidak pula pada hadits 'Ubadah rodhiyaLLOOHU 'anhu, tidak seperti Imam al-Mundziri yang mencantumkannya di dalam kitab at-Targhib, hanya ALLOH sajalah yang kuasa memberi taufiq.
(9) Hadits Riwayat Imam Muslim dan yang lainnya, aku telah menyebutkan takhrijnya dalam kitab Shohih Sunan Abu Dawud nomor 1247.
===
Maroji':
Kitab: Qiyaamu Romadhoon, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani, Judul terjemahan: Qiyam Romadhon, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari dan Siti Khoiriyah, Penerbit: at-Tibyan - Solo, Cetakan I, 2001 M.
===
Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com
===
Kios Tas, Sepatu, Jaket, Baju, dll
http://SahlaAgency.blogspot.com
===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT