Skip to main content

Disyari'atkannya i'tikaaf

Pembahasan kedua

Disyari'atkannya i'tikaaf

Para 'ulama sepakat bahwa i'tikaaf disyari'atkan dalam agama Islam pada bulan Romadhon dan bulan-bulan lainnya dan i'tikaaf yang paling utama adalah pada sepuluh malam terakhir dari bulan Romadhon. Hal tersebut karena Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam selalu mengerjakannya, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits:

Hadits pertama:

Dari 'Aisyah rodhiyaLLOOHU 'anhuma, isteri Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, ia berkata, "Adalah Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam biasa beri'tikaaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Romadhon, sampai Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam wafat, kemudian isteri-isteri Beliau melaksanakan i'tikaaf sepeninggalnya."

(Hadits Riwayat Imam Ahmad 6/92, Imam al-Bukhori nomor 2026, al-Hafizh Ibnu Hajar - Fat-hul Baari 4/271, Imam Muslim nomor 1172 (5), Imam Abu Dawud nomor 2462, dan Imam al-Baihaqi 4/315, 320)

Hadits kedua:

Dari Ibnu 'Umar rodhiyaLLOOHU 'anhuma, ia berkata, "Adalah Rosulullloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam biasa i'tikaaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Romadhon."

(Hadits Shohih Riwayat Imam al-Bukhori nomor 2025 dan Imam Muslim nomor 1171 (2))

Hadits ketiga:

Dari 'Aisyah rodhiyaLLOOHU 'anhuma, ia berkata, "Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam apabila sudah masuk sepuluh hari terakhir (dari bulan Romadhon, maka Beliau) mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam itu, membangunkan isterinya."

(Hadits Shohih Riwayat Imam Ahmad 6/41, Imam al-Bukhori nomor 2024, Imam Muslim nomor 1174, Imam Abu Dawud nomor 1376, Imam an-Nasa-i 3/218, lafazh ini milik Imam al-Bukhori)

Maksud dari kalimat:

1. "Mengikat kainnya" adalah satu kinayah bahwa Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersungguh-sungguh dalam ber'ibadah dan tidak bercampur dengan isteri-isterinya karena Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam selalu melakukan i'tikaaf setiap sepuluh hari terakhir dari bulan Romadhon sedangkan orang yang i'tikaaf tidak boleh bercampur dengan isterinya.

2. "Menghidupkan malamnya" artinya Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam sedikit sekali tidur dan banyak melakukan sholat dan berdzikir.

3. "Membangunkan isterinya" yakni menyuruh mereka sholat malam (Tarowih) serta melakukan 'ibadah-'ibadah lainnya.

Lihat dalam kitab Subulus Salam 2/351 karya Imam ash-Shon'aani, kitab Fiqhul Islam Syaroh Bulughul Maroom 3/257-258.

Hadits keempat:

'Aisyah rodhiyaLLOOHU 'anhuma berkata, "Ialah Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersungguh-sungguh dalam ber'ibadah pada sepuluh hari terakhir (dari bulan Romadhon) melebihi kesungguhannya di malam-malam lainnya."

(Hadits Shohih Riwayat Imam Ahmad 6/256, dam Imam Muslim nomor 1175)

Setiap 'ibadah yang nash-nya sudah jelas dari al-Qur-an dan as-Sunnah yang shohih, maka itu pasti mempunyai keutamaan, meskipun tidak disebutkan keutamaannya. Begitu pula tentang i'tikaaf, walaupun i'tikaaf itu merupakan taqorrub kepada ALLOH yang mempunyai keutamaan, akan tetapi tidak ditemukan sebuah hadits pun yang menerangkan tentang keutamaannya.

Imam Abu Dawud as-Sijistani berkata, "Aku bertanya kepada Imam Ahmad: 'Tahukah engkau suatu keterangan mengenai keutamaan i'tikaaf?' Jawab beliau: 'Tidak aku dapati, kecuali sedikit riwayat dan riwayat itu pun lemah.' Dan tidak ada khilaf (perselisihan) di antara 'ulama bahwa i'tikaaf adalah sunnah."

Lihat kitab al-Mughni 4/455-456.

===

Judul buku: I'tikaaf, Penulis: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit: Pustaka 'Abdullah - Jakarta, Cetakan I, 1425 H/ 2004 M.

===

Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===

Kios Tas, Sepatu, Jaket, Baju, dll
http://SahlaAgency.blogspot.com

===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT