Skip to main content

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (30)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Surat al-Baqarah (30)

Al-Baqarah, Ayat 30

Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah? Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan-Mu?" Rabb berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. 2: 30)

Sikap dan Perkataan Para Malaikat Atas Diangkatnya Nabi Adam ('alaihis salaam) dan Keturunannya Sebagai Khalifah

Allah Ta'ala memberitahukan tentang karunia yang Dia anugerahkan kepada anak cucu Adam, berupa kehormatan bagi mereka dimana Allah membicarakan perihal mereka di hadapan para Malaikat sebelum mereka diciptakan. Dia berfirman: "Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat." Maknanya, wahai Muhammad, ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada Malaikat, dan ceritakan pula hal itu kepada kaummu. "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Yakni suatu kaum yang akan menggantikan kaum lainnya, kurun demi kurun dan generasi demi generasi (berkesinambungan). Sebagaimana Allah berfirman: "Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi." (QS. Al-An'aam: 165)

Allah berfirman: "Dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi." (QS. An-Naml: 62)

Allah juga berfirman: "Dan kalau Kami berkehendak, benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi Malaikat-malaikat yang turun-temurun (generasi) pengganti." (QS. Az-Zukhruf: 60)

Dan Allah berfirman: "Maka datanglah sesudah mereka (pengganti)." (QS. Maryam: 59)

Yang jelas, bahwa yang dikehendaki oleh Allah bukan hanya Adam ('alaihis salaam) saja. Karena jika yang Dia maksud hanya Adam, niscaya tidak akan tepat pertanyaan Malaikat: "Mengapa Engkau jadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?" Artinya, maksud para Malaikat itu bahwa ada di antara jenis makhluk ini yang melakukan perbuatan tersebut. Seolah-olah para Malaikat mengetahui hal itu berdasarkan ilmu khusus, atau pengetahuan mereka tentang tabi'at manusia, karena Allah Ta'ala telah mengabarkan kepada mereka bahwa jenis makhluk ini diciptakan dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, atau mereka memahami dari kata 'khalifah', yaitu orang yang memutuskan perkara di antara manusia tentang kezhaliman yang terjadi di tengah-tengah mereka dan mencegah mereka dari perbuatan terlarang dan dosa. Demikian yang dikatakan oleh al-Qurthubi.

Ucapan Malaikat tersebut bukan merupakan penentangan kepada Allah 'Azza wa Jalla, bukan pula kedengkian terhadap anak cucu Adam, sebagaimana yang disalahfahami oleh sebagian ahli tafsir, karena Allah telah menyifati para Malaikat sebagai makhluk yang tidak pernah mendahului-Nya dengan ucapan. Artinya, mereka tidak menanyakan sesuatu yang tidak Dia izinkan. Di sini, tatkala Allah memberitahukan kepada mereka bahwa Dia akan menciptakan makhluk di bumi, maka menurut Qatadah, para Malaikat telah mengetahui bahwa mereka akan melakukan kerusakan di muka bumi. Lalu Malaikat bertanya: "Mengapa Engkau hendak menjadikan ... dan menumpahkan darah?" Pertanyaan Malaikat ini hanya dimaksudkan untuk meminta penjelasan dan keterangan tentang hikmah yang terdapat di dalamnya. Seakan-akan para Malaikat itu mengatakan: "Wahai Rabb kami, apakah hikmah di balik penciptaan mereka, sedang di antara mereka ada orang-orang yang akan membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah? (130) Seandainya Engkau bermaksud agar mereka hanya beribadah kepada-Mu, maka kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan menyucikan-Mu, yakni bershalawat atas-Mu, sebagaimana akan dijelaskan. Yakni, tidak mungkin hal-hal buruk semacam itu muncul dari kami, lalu mengapa tidak cukup kami saja (yang Engkau ciptakan untuk hanya beribadah kepada-Mu)?!"

===

(130) Tafsiir ath-Thabari 1/464.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog