Skip to main content

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (29/2)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Surat al-Baqarah (29)

Bumi Diciptakan Sebelum Langit

Mengenai firman Allah Sub-haanahu wa Ta'aala: "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu." Mujahid mengatakan: "Allah menciptakan bumi sebelum langit. Dan setelah menciptakan bumi, membumbunglah asap darinya (bumi), dan itulah makna firman Allah: "Kemudian Dia bermaksud (menciptakan) langit dan langit itu masih merupakan asap." (QS. Fushshilat: 11)

"Lalu dijadikan-Nya tujuh langit," Mujahid berkata: "Sebagian langit berada berada di atas sebagian lainnya. Dan sebagian bumi berada di bawah sebagian lainnya." (128)

Ayat ini menunjukkan bahwa bumi diciptakan sebelum langit, sebagaimana firman Allah dalam surat Fushshilat di atas. Dengan demikian ayat-ayat ini merupakan dalil bahwa bumi diciptakan lebih dulu daripada langit.

Dihamparkannya Bumi Setelah Langit Diciptakan

Dalam Shahiih al-Bukhari disebutkan bahwa 'Abdullah bin 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhuma ditanya tentang masalah ini. Beliau menjawab bahwa bumi diciptakan sebelum langit. Namun bumi baru dihamparkan setelah langit diciptakan. (129)

Demikian pula jawaban beberapa orang 'ulama tafsir dahulu maupun sekarang. Kami telah menjelaskannya lebih terperinci dalam tafsir surat an-Naazi'aat. Kesimpulannya, penghamparan bumi ini telah ditafsirkan dengan firman Allah:

"Dan bumi setelah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh." (QS. An-Naazi'aat: 30-32)

Penghamparan dalam ayat ini ditafsirkan dengan dikeluarkannya apa-apa yang sebelumnya disimpan dari bentuk potensi kepada pemanfaatannya. Setelah disempurnakannya bentuk makhluk di bumi kemudian di langit, barulah bumi dihamparkan. Lalu dikeluarkanlah apa-apa yang sebelumnya tersimpan di dalamnya, berupa air. Lalu tumbuhlah tanam-tanaman dengan berbagai macam jenisnya, sifatnya, warna dan bentuknya.

Demikian pula diedarkanlah falak-falak berupa bintang-bintang yang tetap maupun yang berjalan. Wallaahu Subhaanahu wa Ta'aala a'lam.

===

(128) Tafsiir ath-Thabari 1/436.

(129) Fat-hul Baari 8/417. Lihat Shahiih al-Bukhari, kitab Tafsiir al-Qur-aan, Suuratu Haamiim as-Sajdah, hal. 895, cet. Darul Kutub al-'Ilmiyyah.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog