Skip to main content

Sembuh dengan Satu Titik: Bekam Tradisional dan Bekam Modern

Sembuh dengan Satu Titik

Bagian Pertama

Sekilas Tentang Bekam

Bekam Tradisional dan Bekam Modern

Bekam sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Pada awalnya, bekam ini ditemukan secara tidak sengaja, bahwa rasa nyeri pada tempat tertentu apabila dibekam akan terasa ringan atau menjadi hilang penyakitnya. Mereka mengobati bekam berdasarkan pengalaman-pengalaman yang turun temurun dari nenek moyangnya. Seiring dengan perjalanan waktu, akhirnya ditemukan titik-titik bekam yang didasarkan habel-habel, titik-titik dan meridien-meridien tertentu. Dan, setelah melalui pengalaman dan pengamatan ribuan tahun, disusunlah sebuah teori bahwa dalam tubuh manusia terdapat bagian-bagian tertentu yang sangat sensitif. Apabila daerah tadi dirangsang, misalnya dengan pembekaman, maka akan menimbulkan suatu perjalanan energi dari daerah yang dibekam yang berjalan sepanjang habel atau meridien menuju organ yang sesuai dengan daerah yang dibekam tadi. Daerah tadi bisa disebut dengan titik bekam.

Titik-titik bekam ini telah dimanfaatkan untuk pengobatan akupunktur, akupresur, totok darah, pijat urut dan lain-lainnya, dengan jalan memberi rangsangan mekanik, elektrik, termik, laser, suara, hisapan dan memberi fenomena empirik yang dapat diperiksa secara laboratorium. Walaupun begitu, penyembuhan melalui bekam masih perlu dijelaskan secara ilmiah dengan penelitian serta pendekatan ilmu kedokteran. Sebab, prinsip dan cara kerja bekam tidak sama dengan prinsip kedokteran modern. Sehingga, sangat sulit bagi kalangan kedokteran modern untuk bisa memahami patofisiologi dan cara kerja bekam dengan pendekatan kedokteran modern.

Dengan penelitian-penelitian yang intensif, diharapkan pengobatan dengan bekam yang masih tradisional seperti yang biasa dikerjakan oleh masyarakat, dapat dikembangkan secara ilmiah dan menjadi pengobatan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk mengenali apakah bekam yang dilakukan seseorang itu termasuk bekam tradisional, dapat dilihat dari ciri-ciri di bawah ini:

1. Alat yang dipakai masih tradisional. Misalnya dengan gelas, kaca bulat, kayu, besi, tembaga, kaleng, tanduk binatang, atau tabung bambu yang berlubang tengahnya.

2. Daerah yang dibekam berdasarkan keluhan pasien, mana yang dikeluhkan, daerah itulah yang dibekam.

3. Proses pembekaman tidak menggunakan titik bekam secara tepat, asalkan sesuai dengan contoh gambar, maka dibekamlah pada tempat itu.

4. Tidak memakai prinsip sterilisasi. Alat dipakai berkali-kali untuk beberapa orang tanpa disterilkan dulu untuk menghilangkan kuman.

5. Lokasi pembekaman sesuai dengan selera orang yang membekam, tanpa memperhatikan prinsip estetika, kosmetika, rasa nyeri, efisiensi dan efektivitas pembekaman.

6. Manfaatnya terbatas pada penyakit ringan sehari-hari.

7. Bekam tradisional dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman orang-orang terdahulu, tanpa prinsip ilmiah.

8. Dapat dilakukan oleh setiap orang, walaupun dengan ilmu terbatas.

9. Kesembuhan disebabkan karena darah yang keluar, atau karena proses penghisapan kulit, bukan karena titik bekamnya.

10. Tidak memakai prinsip penegakan diagnosa penyakit. Hanya dengan sekali mendengar dan memeriksa pasien, sudah bisa disimpulkan diagnosa dan daerah bekamnya.

Walaupun bekam merupakan ilmu tradisional, namun sesuai dengan perkembangan zaman, bekam dapat dilakukan dengan teknik-teknik modern. Beberapa teknik bekam yang sudah memakai teknik bekam modern, diantaranya adalah:

1. Alat yang dipakai sudah modern. Misalnya memakai alat cupping set dan hand pump, pinset, pisau bedah, lanset, yang bisa juga dikombinasi dengan sinar laser, sinar infra merah, gelombang elektromagnetik, dan lain sebagainya.

2. Daerah yang dibekam tidak hanya berdasarkan keluhan pasien, mana yang dikeluhkan, daerah itulah yang dibekam. Akan tetapi, memakai prinsip pemilihan titik bekam yang efektif, efisien, dan tidak mengganggu penampilan pasien.

3. Proses pembekaman memakai prinsip-prinsip meridien, habel, titik refleksi, totok darah, akupresur, dermatom kulit, dan lain-lainnya.

4. Memakai prinsip sterilisasi. Alat-alat sebelum dipakai disterilkan terlebih dahulu, sehingga terbebaskan dari penyakit menular dan kuman-kuman penyakit.

5. Lokasi pembekaman dilakukan dengan memperhatikan prinsip estetika, kosmetika, sedikit rasa nyeri, efisiensi dan efektivitas pembekaman.

6. Manfaatnya tidak terbatas pada penyakit ringan sehari-hari, namun sudah bersifat promotif, preventif, kausatif dan rehabilitatif.

7. Bekam hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang mendalami bekam secara profesional, dengan mengetahui dasar-dasarnya, sehingga ia bisa membuat resep untuk titik-titik bekam, tidak hanya meniru resep yang sudah ada.

8. Kesembuhan yang timbul tidak hanya disebabkan karena darah yang keluar, tapi juga karena pemakaian titik bekam yang tepat, sehingga bekam lebih efektif.

9. Memakai prinsip penegakan diagnosa penyakit. Baik melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus, maupun pemeriksaan penunjang.

===

Maraji'/ sumber:
Buku: Sembuh dengan Satu Titik, Penulis: dr. Wadda' A. Umar, Penerbit: Al-Qowam, Solo - Indonesia, Cetakan XIV, Nopember 2012 M/ Muharram 1434 H.

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog