Skip to main content

Shahih Fiqih Sunnah: Adab Buang Hajat (3)

Shahih Fiqih Sunnah

Jilid 1

Kitab Thaharah

Istinja'

Adab Buang Hajat (3)

6. Tidak berbicara secara mutlak, kecuali bila ada keperluan. Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Umar ra-dhiyallaahu 'anhuma, seorang lelaki berpapasan dengan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, sementara beliau sedang buang air kecil. Lelaki itu mengucapkan salam kepada beliau (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam), namun beliau tidak membalas salamnya. (149)

Menjawab salam hukumnya wajib. Tetapi beliau (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) meninggalkannya, ini menunjukkan atas haramnya berkata-kata (pada saat buang hajat), terlebih jika menyebut nama Allah Sub-haanahu wa Ta'aala.

Tetapi jika berbicara untuk suatu keperluan yang harus dilakukan, seperti memberitahukan sesuatu, meminta air atau selainnya, maka hal itu diperbolehkan karena adanya keperluan. Wallaahu a'lam.

7. Menjauhi buang hajat di jalan yang dilalui manusia, tempat berteduh mereka, atau yang sejenisnya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra-dhiyallaahu 'anhu, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda:

"Jauhilah dua perkara yang membawa laknat." Kami bertanya, "Apakah dua perkara yang membawa laknat itu, wahai Rasulullah?" Rasulullah (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bersabda, "Yaitu orang yang buang hajat di jalan yang dilewati manusia atau di tempat berteduh mereka." (150)

8. Menghindari buang air kecil di tempat mandi. Apalagi jika air tidak dapat mengalir. Karena Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang seseorang buang air kecil di tempat mandinya. (151)

9. Menghindari buang air kecil di air yang diam yang tidak mengalir. Dasarnya adalah hadits Jabir ra-dhiyallaahu 'anhu, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang buang air kecil di air yang diam (tidak mengalir). (152)

10. Memilih tempat yang gembur lagi lunak ketika buang air kecil, dan menghindari tempat yang keras untuk menjaga diri agar tidak terperciki najis.

11. Memperhatikan adab-adab istinja' yang telah dijelaskan.

12. Membaca do'a, ketika keluar: Ghufranaka (ya Allah ampunilah aku).

Diriwayatkan dari 'Aisyah ra-dhiyallaahu 'anhuma, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam apabila beliau keluar dari tempat buang hajat, beliau mengucapkan:

غُفْرَا نَكَ

Ghufraa naka
"Ya Allah ampunilah aku." (153)

===

(149) Shahih, diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya 370, Abu Dawud 16, at-Tirmidzi, an-Nasa-i 1/15, dan Ibnu Majah 353.

(150) Shahih, diriwayatkan oleh Muslim 68, dan Abu Dawud 25.

(151) Shahih, diriwayatkan oleh an-Nasa-i 1/30, dan Abu Dawud 28.

(152) Shahih, diriwayatkan oleh Muslim 281, dan an-Nasa-i 1/34.

(153) Hasan lighairihi, diriwayatkan at-Tirmidzi 7, Abu Dawud 30, dan Ahmad 6/155.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Shahih Fiqh as-Sunnah, wa adillatuhu wa taudhih madzahib al-a'immah, Penulis: Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Ta'liq: Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdillah bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin, Penerbit: Maktabah at-Taufiqiyah, Kairo - Mesir, tanpa keterangan cetakan, Tahun 1424 H/ 2003 M, Judul terjemah: Shahih Fiqih Sunnah Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka at-Tazkia, Jakarta, Cetakan IV, Syawwal 1430 H/ September 2009 M.

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog