Skip to main content

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (14-15/2)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Surat al-Baqarah (14-15/2)

Ibnu Jarir berkata: "Allah Ta'ala mengabarkan bahwa Dia akan membalas olokan-olokan mereka itu pada hari Kiamat kelak melalui firman-Nya:

'Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: 'Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu.' Dikatakan (kepada mereka): 'Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).' Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.'" (QS. Al-Hadiid: 13)

Dia juga berfirman:

"Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya dosa mereka bertambah." Dan ayat selanjutnya. (QS. Ali 'Imran: 178)

Ibnu Jarir berkata: "Ayat-ayat di atas dan yang serupa dengannya menerangkan olok-olok, cemoohan, makar dan tipu daya Allah Ta'ala terhadap orang-orang munafik dan orang-orang yang menyekutukan-Nya.

Makar Orang-orang Munafik akan Kembali kepada Mereka

Ini merupakan kabar dari Allah Ta'ala bahwa Dia akan membalas olok-olokan mereka serta akan menyiksa mereka akibat tipu daya mereka itu. Dia juga memberitahukan balasan dan hukuman yang akan Dia berikan kepada mereka, bersamaan dengan pemberitahuan bahwa perbuatan mereka itu memang berhak mendapat balasan dan siksaan. Pembalasan ini disebutkan dengan satu lafazh, yaitu istihzaa' (memperolok-olok) walaupun maknanya berbeda antara olok-olok Allah terhadap mereka dan olok-olok mereka terhadap Allah, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah." (QS. Asy-Syuura: 40)

Dan juga firman-Nya:

"Oleh sebab itu, barangsiapa yang menyerangmu, maka seranglah ia." (QS. Al-Baqarah: 194)

Hal yang disebutkan pertama adalah kezhaliman, sedangkan hal yang disebutkan kemudian (balasan) merupakan keadilan. Meskipun kedua kata itu sama namun maknanya berbeda.

Ibnu Jarir mengatakan: "Seluruh kata semacam ini dalam al-Qur-an harus dibawa kepada pemaknaan seperti itu."

Karena telah disepakati secara ijma' bahwasanya Allah terlepas dari perbuatan makar, tipu daya dan cemoohan yang dilakukan dengan tujuan untuk main-main dan perbuatan sia-sia. Adapun yang Dia lakukan sebagai hukuman dan balasan secara adil maka hal itu tidak mustahil bagi-Nya.

Yang dimaksud dengan al-Madd, ath-Thugh-yaan dan al-'Amah

Tentang firman Allah Sub-haanahu wa Ta'aala:

"Dan (Allah) membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka," as-Suddi meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa orang Shahabat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam: "Wa yamudduhum (Dan (Allah) membiarkan mereka)" artinya memberi tenggang kepada mereka. (74)

Mujahid mengatakan: "Yamudduhum berarti menambah (kesesatan) mereka." (75)

Dan Allah Ta'ala berfirman:

"Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberi kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar." (QS. Al-Mu'-minuun: 55-56)

Ibnu Jarir mengatakan: "Yang benar adalah Kami memberikan tambahan kepada mereka dengan memberikan tangguh serta membiarkan mereka dalam kesesatan dan keduhakaan, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:

"Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (al-Qur-an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat." (QS. Al-An'aam: 110) (76)

"Ath-Thugh-yaan" artinya sikap berlebih-lebihan dalam suatu perkara, sebagaimana firman-Nya:

"Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera." (QS. Al-Haaqqah: 11)

Ibnu Jarir berkata: "Ath-Thugh-yaan adalah kesesatan. Dikatakan 'Ya'mahu 'amhan wa umuuhan 'amiha fulaanun' Apabila fulan telah tersesat."

Ibnu Jarir mengatakan: "Makna firman Allah: 'Bergelimang dalam kesesatannya yang sangat," adalah mereka terombang-ambing dalam kesesatan dan kekafiran yang mengotori dan menguasai diri mereka. Mereka bingung, sesat dan tidak menemukan jalan keluar, karena Allah Sub-haanahu wa Ta'aala telah mengunci mati hati mereka dan menutupnya. Juga membutakan pandangan mereka dari petunjuk dan menghalanginya, sehingga mereka tidak dapat melihat petunjuk dan tidak pula mendapatkan jalan keluar." (77)

Bersambung...

===

(74) Tafsiir ath-Thabari 1/311.

(75) Ibnu Abi Hatim 1/57.

(76) Tafsiir ath-Thabari 1/307.

(77) Tafsiir ath-Thabari 1/309.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

===

Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299
http://www.bajaringantangerang.com

===

Bisakah anda menjadi agen properti?
Bisakah anda meraih keuntungan dengan memposisikan diri di antara pemilik dan pembeli? Jawab: BISA
1) tanpa punya pengalaman apapun di bidang properti
2) tanpa modal
3) tetap di pekerjaan atau bisnis anda sekarang
4) tetap tinggal di kota anda

Untuk info dan daftar GRATIS, klik: http://tinyurl.com/ppamr9b

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog