Skip to main content

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah: Orang-orang yang Mengatakan Khidir Telah Tiada

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah

Bagian I

Sosok Khidir yang Sebenarnya

Bab 7

Orang-orang yang Mengatakan Khidir 'alaihis salaam Telah Tiada

Abu Bakar an-Nuqasy menukil dalam tafsirnya riwayat dari 'Ali bin Musa ar-Ridha dan dari Muhammad bin Isma'il al-Bukhari, bahwasanya Khidir telah tiada. Al-Bukhari pernah ditanya tentang hidupnya Khidir, namun beliau mengingkarinya. Dalil yang digunakannya adalah hadits: "Setiap hitungan di atas seratus tahun, tidak ada seorang pun yang kekal di muka bumi, siapa pun dia." (1)

Hadits ini disebutkan dalam kumpulan hadits Shahiih al-Bukhari menurut riwayat Ibnu 'Umar ra-dhiyallaahu 'anhuma. Dan al-Bukhari adalah orang pertama yang dapat dijadikan rujukan tentang kenyataan bahwa Khidir sebenarnya telah tiada. Ini juga sebagai sangkalan bagi orang yang menganggap dia masih hidup.

Abu Hayyan berkata dalam tafsirnya, jumhur (mayoritas) 'ulama menyebutkan bahwa Khidir telah tiada, seperti dinukil Abu al-Fadhl al-Mursi bahwa Khidir -Shahabat Musa 'alaihis salaam- telah tiada. Karena kalau dia masih hidup, tentunya dia akan datang kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beriman kepada kerasulannya dan mengikutinya. (2) Diriwayatkan pula dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bahwa beliau pernah bersabda: "Kalau saja Musa masih hidup, tentunya dia akan menjadi pengikutku." (3)

Namun ada pula orang yang menunjukkan bahwa Khidir bisa saja bukan hanya shahabat Musa. Ada juga orang lain yang mengatakan bahwa setiap zaman ada seorang Khidir, dan ini adalah pernyataan yang sama sekali tak berdasar. Dalam kitabnya yang memuat biografi Khidir, Abu Hasan bin al-Munadi menukil dari Ibrahim al-Harabi. Dalam kitab itu, disebutkan bahwa Khidir telah tiada. Dengan demikian al-Munadi memastikan hal tersebut, sambil menyebutkan pendapat Ibnu al-Jauzi dalam salah satu kumpulan tulisannya tentang masalah ini, dari Abu Yu'la bin al-Farra al-Hambali. Dia mengatakan bahwa sebagian shahabat ditanya mengenai Khidir, "Apakah dia benar-benar telah tiada?" Maka dikatakan, "Ya, dia telah tiada." Berita semacam ini telah sampai ke telingaku dari Abu Thahir bin al-'Abbadi. Alasannya, jika saja dia (Khidir) masih hidup tentulah dia akan datang kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.

Ibnu al-Jauzi juga berargumentasi bahwa sekiranya dia (Khidir) masih hidup, padahal telah ada kepastian tentang keberadaannya pada zaman Nabi Musa dan sebelum itu, tentu jasadnya sama dengan postur tubuh mereka di zaman dahulu. Kemudian ia memaparkan suatu riwayat dengan urutan perawi hingga sampai pada Abu Umran al-Jauni (4) yang berkata: "Dulu hidung Daniel panjangnya satu dzira' (sekitar delapan belas inchi). Jadi, bila ada seseorang yang bertemu dengannya di zaman Abu Musa, bila orang tersebut berdiri di sampingnya, tentulah lutut Daniel sejajar dengan kepala orang tadi."

Sedangkan di antara orang-orang yang mengaku telah melihat Khidir, tidak satu pun yang menunjukkan bahwa postur tubuhnya tidak sama dengan tubuh mereka. Kemudian Ibnu al-Jauzi juga mengambil dalil dari apa yang diriwayatkan Ahmad melalui periwayatan Mujalid (5), dari asy-Sya'bi (6), dari Jabir ra-dhiyallaahu 'anhu, darinya diketahui bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Demi Dzat yang menggenggam jiwaku, jikalau Musa itu hidup, tentunya dia akan mengikutiku." (7)

Dia berkata, "Apabila ini memang benar terjadi pada Musa, maka mengapa Khidir tidak mengikuti Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam? Kalau dia (Khidir) masih hidup, tentu dia akan shalat Jum'at bersamanya dan berjama'ah, juga berjihad bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sebagaimana yang telah disebutkan dalam suatu pernyataan bahwa Nabi 'Isa 'alaihis salaam pun juga akan turut shalat di belakang imam ummat Islam ini."

Kemudian dia juga berdalil dengan firman Allah Sub-haanahu wa Ta'aala: "Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi, 'Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah...'" (8) Ibnu 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhuma berkata, "Allah tidak akan mengutus Nabi kecuali telah diambil sumpah dari mereka, apabila telah diutus Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, sedangkan ada Nabi yang hidup pada masa tersebut, maka mereka harus beriman dan membantunya." (9)

Abu Hasan bin al-Munadi berkata, "Setelah aku meneliti umur Khidir, apakah dia kekal atau tidak, maka aku dapatkan banyak di antara manusia yang lalai dan ceroboh membuat-buat sendiri riwayat bahwa Khidir itu kekal."

Dia menambahkan, hadits-hadits yang marfu' tentang cerita tersebut masih meragukan, dan bila urutan perawinya ada yang disandarkan pada ahli kitab, tentu saja hadits itu gugur dengan sendirinya. Keterangan yang disampaikan Musallamah bin Mushaqalah adalah seperti khurafat, sementara kabar dari Riyah seperti angin.

Selain itu semua, cerita-cerita yang disampaikan hampir seluruhnya diragukan keasliannya dan sumbernya. Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan demikian. Pertama, bisa saja mereka memasukkan cerita tersebut karena lalai dalam penyeleksian. Atau yang kedua, bisa saja hal tersebut memang disengaja. Padahal telah jelas Allah berfirman: "Dan Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad)." (10)

Para ahli hadits sepakat mengatakan bahwa hadits Anas ra-dhiyallaahu 'anhu itu sanadnya mungkar, tidak sesuai dengan apa yang terdapat di matan (teks isi) hadits. Dan kalau saja Khidir itu hidup, tentu dia akan bergabung dengan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan ikut berhijrah dengan beliau.

Dia mengatakan, aku mendapat kabar dari sebagian shahabat bahwa Ibrahim pernah ditanya mengenai umur panjang yang dimiliki Khidir. Dia mengingkari hal itu dan berkata: "Khidir juga jumpai kematian." Ini juga yang telah dirujuk oleh orang lain. Kemudian dia berkata, "Siapa pun yang menyangka sesuatu yang ghaib itu masih hidup, sementara kalau ada orang yang hilang dianggap mati, maka dia tidak sampai pada setengah kebenaran. Hanya setan yang melemparkan isu ini di kalangan manusia."

Aku telah sampaikan cerita tentang Khidir, dan aku sandarkan banyak hal mengenai perkara ini sesuai dengan permasalahannya. Ternyata, sebagian besar riwayat mengenai hal ini selalu ditemukan ada cacatnya. Semoga Allah memberi pertolongan.

Ibnu al-Jauzi ikut menambahkan sebuah argumen tentang apa yang telah ditulis dalam kumpulan hadits Shahiih al-Bukhari, yakni adanya kenyataan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda pada perang Badar, "Ya Allah jika kau hancurkan kelompokku ini, tidak akan ada lagi yang menyembah-Mu di bumi." (11)

Bersambung...

===

(1) Al-Bukhari meriwayatkan hadits ini 1/148 dalam Mawaqitu ash-Shalat, bab Dzikru al-'Isya wa al-'Atmah.

(2) Qadhi (hakim) Abu Yu'la menyampaikan hikayat kematian orang ini, yang diperoleh dari sebagian shahabat Ahmad, dan dia menyebutkan dari sebagian ahli 'ilmu -dan semoga saja termasuk Abu al-Fadhl al-Mursi- sesungguhnya dia berhujjah, kalau saja Khidir itu masih hidup, tentu wajib baginya untuk datang pada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Dinukil dari al-Manar karya Ibnu al-Qayyim 27.

(3) Diriwayatkan oleh Ahmad 3/387.

(4) Dia adalah 'Abdul Malik bin Habib al-Azdai, lebih dikenal dengan julukannya. Orangnya terpercaya, termasuk tingkatan keempat. Haditsnya ada dalam Kutub as-Sittah. Meninggal tahun 128 H. Lihat at-Taqrib 1/518, at-Tahdzib 6/389.

(5) Dia adalah Mujalid bin Sa'id bin Umair, al-Hamdani, hafalannya kurang kuat, bahkan setelah tua berubah, termasuk thabaqat kecil keenam, meninggal tahun 133 H. Diriwayatkan oleh Muslim dan empat imam lainnya. Lihat: at-Taqrib 2/229, al-Mizan 3/438, at-Tahdzib 10/39, adh-Dhu'afa' karya al-'Aqili 1826, al-Majruhin 3/10.

(6) Dia adalah Amir bin Syurahail asy-Sya'bi, Abu 'Amr, terpercaya dan diutamakan, Makhul berkata: "Aku tidak pernah menjumpai seorang ahli fiqih selain dia." Haditsnya ada dalam Ushul as-Sittah, meninggal setelah seratus tahun hijriah. Lihat: at-Taqrib 1/387, Tarikh Baghdad 12/229, Tadzkirah 1/79, at-Tahdzib, al-Hilyah 4/310, Syadzrat 1/126.

(7) Telah dijelaskan siapa yang meriwayatkannya.

(8) QS. Ali 'Imran (3): 81.

(9) Disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya 1/378.

(10) QS. Al-Anbiya' (21): 34.

(11) Diriwayatkan Muslim 1763 dalam kitab al-Jihad as-Siyar, bab al-Imdad bil Malaaikah fi Ghazwati Badr.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah, Penulis: Ibnu Hajar al-Asqalani, Penerjemah: H.M. Nasri, Lc, Penerbit: IIMaN dan Hikmah, Jakarta - Indonesia, Cetakan I, Januari 2003 M/ Dzulqa'adah 1423 H.

===

Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299
http://www.bajaringantangerang.com

===

Bisakah anda menjadi agen properti? Bisakah anda meraih keuntungan dengan memposisikan diri di antara pemilik dan pembeli? Jawab: BISA
1) tanpa punya pengalaman apapun di bidang properti
2) tanpa modal
3) tetap di pekerjaan atau bisnis anda sekarang
4) tetap tinggal di kota anda

Untuk info dan daftar GRATIS, klik: http://tinyurl.com/ppamr9b

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT