Skip to main content

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah: Khidir pada Masa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam (2)

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah

Bagian I

Sosok Khidir yang Sebenarnya

Bab 8

Khidir 'alaihis salaam pada Masa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam (2)

Abu Husein bin al-Munadi bercerita, aku mendapat kabar ini dari Abu Ja'far Ahmad bin Nadhar al-Askari bahwa Muhammad bin Salam al-Munihi bercerita kepada mereka. Ibnu Asakir meriwayatkan hadits ini melalui Muhammad bin Fadhl bin Jabir, dari Muhammad bin Salam al-Munihi, Wadhah bin Ibad al-Kufi bercerita kepada kami, dia mendapatkan cerita dari Ashim bin Sulaiman al-Ahwal (3), Anas bin Malik ra-dhiyallaahu 'anhu bercerita kepadaku, dia berkata, Aku (Anas) pernah keluar pada malam hari sambil membawa thahur (air untuk bersuci) bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian kami mendengar suara seseorang sedang berdo'a. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku, "Wahai Anas, diamlah." Lalu aku diam dan mendengar suara tadi, dan terdengarlah do'a yang berbunyi: "Ya Allah tolonglah aku atas apa yang dapat menolongku dari sesuatu yang membuatku takut." Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bergumam, "Kalau saja dia melanjutkan do'a tersebut dengan padanannya." Lalu orang tersebut seakan-akan menangkap apa yang diinginkan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan melanjutkan do'anya: "Ya Allah berikanlah aku rasa kerinduan yang dipunyai para orang shalih, hingga kerinduan yang mereka rasakan itu dapat tercapai." Kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Wahai Anas, letakkan yang kau bawa itu, dan datangilah orang yang berdo'a tadi. Dan katakan padanya, 'Berdo'alah kepada Allah Sub-haanahu wa Ta'aala untuk Rasulullah agar Allah selalu menolongnya dalam menjalankan tugas kerasulannya, dan bagi ummatnya agar mereka dapat mengambil apa yang datang kepada mereka dengan benar." Anas berkata, lalu aku mendatanginya dan kukatakan, "Rahimakallaah (semoga Allah melimpahkan rahmat bagimu), berdo'alah kepada Allah Sub-haanahu wa Ta'aala untuk Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam agar Allah menolongnya dalam menjalankan tugas kerasulannya, dan bagi ummatnya agar mereka dapat mengambil apa yang datang kepada mereka dengan benar."

Orang tersebut berkata kepadaku, "Siapakah gerangan yang mengutusmu?" Aku enggan memberitahu kepadanya sebelum Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengizinkanku untuk memberitahu kepadanya. Lalu aku katakan kepadanya, "Semoga Allah merahmatimu, apa maksudmu menanyakan siapa yang mengutusku? Berdo'alah kepada Allah sebagaimana yang telah aku tadi ucapkan kepadamu." Kemudian dia berkata, "Tidak, sebelum kamu memberi tahu siapa yang mengutusmu?"

Anas berkata, aku kembali ke Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu aku katakan kepada beliau, "Wahai Rasulullah, dia menolak berdo'a seperti yang telah engkau ajarkan, sebelum aku memberi tahu siapa yang telah mengutusku." Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Kembalilah kepadanya dan katakan bahwa kau diutus olehku, Rasulullah."

Kemudian aku kembali lagi kepadanya dan mengatakan bahwa aku diutus Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Lalu dia berkata, "Selamat datang wahai utusan Rasulullah, sebenarnya akulah yang mesti mendatangi beliau. Sampaikan kepada Rasulullah salamku, dan katakan kepadanya, 'Wahai Rasulullah, Khidir mendo'akan kedamaian dan rahmat Allah melimpah bagimu.' Dan dia melanjutkan perkataannya, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah memuliakanmu di antara para Nabi, sebagaimana Ramadhan dimuliakan di antara bulan-bulan lainnya. Dan ummatmu juga lebih dimuliakan di antara ummat-ummat lainnya, sebagaimana hari Jum'at dimuliakan di antara hari-hari lainnya." Anas berkata, ketika aku telah selesai menguasai apa yang telah aku dengar, dia berkata, "Ya Allah, jadikanlah aku termasuk dalam bagian ummat yang disayangi, diberi petunjuk dan diberi taubat atas kesalahan-kesalahan mereka." (4)

Ath-Thabrani meriwayatkan dalam al-Ausaath dari Basyar bin 'Ali bin Basyar al-Ummiy, dari Muhammad bin Salam. Dia berkata, Anas tidak meriwayatkan hadits tersebut kecuali Ashim. Ashim juga tidak meriwayatkannya kecuali Wadhah, dan Muhammad bin Salam menjadi orang satu-satunya yang meriwayatkan hadits itu. (5)

Dapat aku katakan di sini, sungguh ada dua sisi lain mengenai hadits dari Anas ra-dhiyallaahu 'anhu ini, Abu Husain bin al-Munadi berkata, hadits ini cacat pada Wadhah dan lainnya. Hadits ini bisa disebut sebagai hadits mungkar dilihat dari segi sanadnya, lagi pula tidak sejalan apabila dilihat dari segi matan (isi hadits). Selain itu, Khidir tidak pernah bertemu dengan Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.

Ibnu al-Jauzi juga berpendapat bahwa hadits ini jauh dari kemungkinan benar. Hal itu didasarkan pada cerita yang terjadi antara keduanya ketika bertemu, namun tidak saling mendatangi. Ibnu Asakir meriwayatkan hadits ini melalui Abu Khalid, muazin masjid Muslabah, bahwa hadits ini diceritakan oleh Abu Dawud (6), dan diperoleh dari Anas ra-dhiyallaahu 'anhu. Dia juga menyebutkan cerita semacam itu. (7)

Bersambung...

===

(3) Dia adalah 'Ashim bin Sulaiman al-Ahwal, Abu 'Abdirrahman al-Bashri, terpercaya, termasuk thabaqat keempat, diriwayatkan oleh para enam imam Kutub as-Sittah. Meninggal pada tahun 142 H. Lihat: at-Taqrib 1/384, Siyar 6/13, Syadzrat 1/210, al-Mizan 2/350, at-Tahdzib 5/43, Tarikh Baghdad 12/244.

(4) Hafizh Abu Husain bin al-Munadi berkata setelah adanya hadits Anas ra-dhiyallaahu 'anhu ini: Para ahli hadits sepakat bahwa ini adalah hadits yang sanadnya lemah, matannya rusak, dan jelas di dalam hadits ini ada sesuatu yang dipengaruhi, karena buatan orang. Dinukil dari al-Bidayah wa an-Nihayah 1/331.

(5) Majma' az-Zawaid 8/212 dan berkata: Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Ausaath, dan di dalamnya terdapat al-Wadhah bin 'Ibad, yang dibicarakan oleh Abu Husain bin al-Munadi, dan syaikh ath-Thabrani Basyar bin 'Ali bin Basyar al-'Ummi, aku tidak mengenalnya.

(6) Dia adalah Nafi' bin al-Harits, Abu Dawud al-A'ma, masyhur dengan julukannya, dia meriwayatkan hadits matruk, dianggap berdusta oleh Ibnu Mu'in. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Lihat: at-Taqrib 2/306, adh-Dhu'afa' karya al-'Aqili 1908, al-Mizan 4/272, adh-Dhu'afa' karya an-Nasa-i 592, dan karya ad-Daruquthni 548, al-Majruhin 3/55.

(7) Sanadnya maudhu' (palsu), Ibnu Katsir berkata: Diriwayatkan Ibnu Asakir dari Abu Dawud al-'Ummi Nafi' dan dia termasuk pendusta dan terputus dari Anas ra-dhiyallaahu 'anhu.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah, Penulis: Ibnu Hajar al-Asqalani, Penerjemah: H.M. Nasri, Lc, Penerbit: IIMaN dan Hikmah, Jakarta - Indonesia, Cetakan I, Januari 2003 M/ Dzulqa'adah 1423 H.

===

Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299
http://www.bajaringantangerang.com

===

Bisakah anda menjadi agen properti? Bisakah anda meraih keuntungan dengan memposisikan diri di antara pemilik dan pembeli? Jawab: BISA
1) tanpa punya pengalaman apapun di bidang properti
2) tanpa modal
3) tetap di pekerjaan atau bisnis anda sekarang
4) tetap tinggal di kota anda

Untuk info dan daftar GRATIS, klik: http://tinyurl.com/ppamr9b

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog