Bagian I
Sosok Khidir yang Sebenarnya
Bab 10
Benarkah Khidir 'alaihis salaam Bertemu Ilyas 'alaihis salaam Setiap Tahun? (2)
Kedatangan Khidir 'alaihis salaam ke Baitul Maqdis
'Abdullah bin Ahmad menyebutkan periwayatan sebuah hadits dalam Zawaid Kitab az-Zuhd karya ayahnya, dari al-Hasan bin 'Abdul 'Aziz (11), dari as-Sirri bin Yahya (12), dari 'Abdul 'Aziz bin Abu Ruwwad (13), dia berkata, "Khidir dan Ilyas berkumpul di Baitul Maqdis pada bulan Ramadhan dari awal bulan hingga akhir bulan. Keduanya berbuka puasa dengan sayur seledri. Pada semisal musim-musim tertentu itulah mereka berkumpul setiap tahunnya. (14) Hadits ini mu'dhal.
Dalam Fawaid kami dapatkan riwayat Abu 'Ali bin Muhammad bin 'Ali al-Basyani, kami mendapat cerita dari 'Abdurrahim bin Habib al-Fariyabi (15), kami dapatkan cerita tersebut dari Shalih, dari Asad bin Sa'id, dari Ja'far bin Muhammad, dari para orangtuanya, dari 'Ali ra-dhiyallaahu 'anhu, dia berkata, "Ketika itu aku berada di dekat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau menyebutkan punya minyak," lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Minyak violet lebih utama dibanding seluruh minyak lainnya, sebagaimana kita, ahlul bait lebih utama di atas seluruh makhluk." 'Ali berkata, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada waktu itu sedang memakai minyak tersebut dan wangi-wangian darinya. (16)
Kemudian disebutkan pula hadits yang cukup panjang, dalam hadits itu disebutkan bermacam-macam makanan yang antara lain bawang bakung, rempah-rempah, gargir (semacam sayur lalapan), selada, cendawan, seledri, daging, dan ikan salmon. Ada pula cendawan yang berasal dari Surga yang dapat menjadi obat bagi mata, dan juga obat bagi keracunan. Semua yang tersebut di atas adalah makanan Ilyas dan Yusa, keduanya berkumpul setiap tahun pada musim tertentu, keduanya minum air zam-zam, sekali teguk bagi keduanya telah cukup hingga tahun depan. Kemudian Allah mengembalikan keremajaan mereka berdua pada setiap seratus tahun sekali, dan makanan keduanya cendawan dan seledri.
Tanpa ragu-ragu Ibnu al-Jauzi menyatakan bahwa kedua hadits di atas adalah hadits maudhu' (palsu) dan diragukan keasliannya karena kemungkinan telah dibuat-buat oleh 'Abdurrahim bin Habib. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Habban, dia ('Abdurrahim bin Habib) telah membuat-buat hadits itu. Lagi pula telah disebutkan dari Muqatil bahwa al-Yusa itu sebenarnya adalah Khidir.
Ibnu Syahin berkata, kami mendapat cerita dari Muhammad bin Ahmad bin 'Abdul 'Aziz al-Harani. Kami mendapat cerita dari Abu Thahir Khair bin Arafah (17), kami memperolehnya dari Hani bin al-Mutawakkil, kami mendapatkannya dari Baqiyyah, dari al-Auza'i, dan Makhul, aku mendengar Watsilah bin al-Asqa, dia berkata: Kami ikut berperang bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada perang Tabuk, hingga ketika kami berada di daerah Jadzam, kami merasa sangat haus sekali. Tiba-tiba di hadapan kami turun hujan, sehingga kami merasa gembira, dan tanpa terasa sampai di daerah Ghadir. Lalu kami menunggu sampai sepertiga mala, tiba-tiba kami mendengar orang yang sedang berdo'a dengan sangat sedih, "Ya Allah, jadikanlah aku termasuk dalam ummat Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang dikasihi dan diampuni ini, ummat yang selalu terkabul do'anya, yang selalu Engkau berkati." Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Wahai Hudzaifah, wahai Anas, masuklah kalian berdua ke dalam celah-celah batu itu, dan lihatlah, berasal dari manakah suara tadi?"
Lalu kami masuk ke dalam, dan kami jumpai seorang laki-laki yang memakai baju putih, sangat putih dan lebih putih dari salju, sebagaimana putihnya wajah dan jenggotnya. Dia mempunyai tubuh yang lebih tinggi dari kami sekitar dua dzira'. Lalu kami mengucapkan salam kepadanya, dia berkata, "Silahkan, kalian berdua adalah utusan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam?" Kami menyahut, "Ya benar, siapakah dirimu sebenarnya? Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu." Dia berkata, "Aku adalah Ilyas sang Nabi, aku keluar hendak menuju Makkah, kemudian aku melihat sepasukan tentara kalian." Dia melanjutkan, "Aku punya pasukan Malaikat yang dipimpin langsung oleh Jibril untuk bagian depan, dan Mikail untuk bagian belakang. Inilah aku saudara Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dan sampaikan salamku kepadanya. Kembalilah kalian kepadanya, dan sampaikan salamku kepadanya. Dan katakan kepadanya, aku ingin sekali bergabung dalam pasukan kalian, tetapi aku khawatir dapat menakut-nakuti unta kalian dan kaum muslim lainnya, karena tubuhku yang panjang ini, karena postur tubuhku tidak seperti postur tubuh kalian."
Hudzaifah dan Anas berkata, maka kami bersalaman, kemudian dia berkata kepada Anas, "Wahai pelayan Rasulullah, siapakah orang di sampingmu ini?" Anas menjawab, "Dia adalah Hudzaifah shahabat rahasia Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam." Kemudian dia menyampaikan selamat kepadanya dan berkata, "Demi Allah, sesungguhnya dia lebih terkenal di kalangan langit daripada di bumi, shahabat rahasia Rasulullah ini lebih menyerupai warga langit." Hudzaifah berkata, "Apakah engkau pernah berjumpa dengan Malaikat?" Dia berkata, "Tiada hari bagiku tanpa berjumpa dengan mereka, mereka selalu menyalamiku, dan aku ucapkan salam kepada mereka."
Kami mendatangi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu beliau ikut keluar bersama kami hingga ketika sampai di celah batu besar, tiba-tiba muncul sinar dari wajah Ilyas dan pakaian putihnya yang memancar bagaikan matahari. Kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Coba kalian tunjukkan," lalu kami maju sekitar lima puluh dzira'. Ketika mereka berdua bertemu, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memeluknya dengan gembira, lalu keduanya duduk.
Kemudian kami melihat sesuatu yang menyerupai burung yang besar berputar mengelilingi mereka berdua, warnanya putih terpancar di seluruh bagian dari sayap-sayapnya, sehingga menghalangi antara kami dan keduanya. Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memanggil kami, "Wahai Hudzaifah, wahai Anas." Lalu kami mendatangi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dan melihat di hadapan keduanya telah tersaji hidangan yang hijau, aku belum pernah melihat hidangan seindah ini, sungguh warna hijaunya begitu banyak mempengaruhi dan menyinari baju putih kami, lalu seakan-akan wajah-wajah kami pun menjadi kehijauan.
Di atas hidangan itu terdapat keju, kurma, delima, pisang, anggur, kurma basah, bawang, tidak ketinggalan pula bawang bakung. Kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Makanlah dengan menyebut nama Allah." Lalu kami berkata, "Wahai Rasulullah, adakah makanan di dunia yang seperti ini? Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak ada."
Ilyas berkata, "Ini adalah rezeki yang diberikan untukku pada setiap empat puluh hari. Malaikat yang membawanya kemari, dan kini telah tepat empat puluh hari. Makanan itu termasuk sesuatu yang bila Allah menghendakinya, kun fa yakun, maka jadilah." Lalu kami bertanya, "Dari manakah engkau datang?" Beliau menjawab, "Di belakang romawi, aku berada di antara sepasukan Malaikat dan sepasukan jin muslim, mereka ikut berperang bersama kita, melawan kaum kafir." Kami berkata, "Seberapa jauh tempat engkau tadi berada?" Beliau berkata, "Empat bulan dan aku terpisah darinya sejak sepuluh hari, dan aku ke Makkah untuk minum seteguk air zam-zam setiap tahun. Semua yang terjadi itu adalah kehendak Rabbku, dan Dia selalu melindungiku hingga sampai pada musim berikutnya." Kami berkata, "Negeri-negeri manakah yang lebih sering menjadi tempat tinggalmu?" Beliau berkata, "Syam, Baitul Maqdis, Maroko, dan Yaman. Dan tidak satu pun masjid dari masjid-masjid Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam baik yang kecil ataupun yang besar kecuali aku masuk ke dalamnya."
Kami berkata, "Kapan waktu engkau bertemu Khidir?" Beliau berkata, "Sejak aku bertemu dengannya, maka aku terus bertemu dengannya setahun sekali pada musim tertentu. Khidir pernah berkata, 'Engkau akan bertemu dengan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lebih dulu, sebelum aku bertemu dengannya, maka sampaikan salamku kepada beliau.' Kemudian dia memeluk Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan menangis. Dia juga memeluk kami dan menangis, lalu kami menangis bersama-sama.
Lalu kami melihatnya ketika dia terangkat ke langit, dan dia dibawa oleh sesuatu. Lalu kami berkata, "Wahai Rasulullah, kami telah melihat sesuatu yang menakjubkan!" Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Dia berada di antara kedua sayap Malaikat, hingga berakhir sampai di mana ia mau berhenti." (18)
Ibnu al-Jauzi berkata, semoga Baqiyyah mendengar hadits yang berupa kebohongan besar ini, kemudian memalsukannya seakan-akan berasal dari al-Auza'i. Dia juga berkata, Khair bin Arafah tidak mengetahui siapa dia sebenarnya. Hematku, dia adalah muhaddits (periwayat hadits) terkenal berasal dari Mesir dan nama kakeknya 'Abdullah bin Kamil, yang juga dijuluki sebagai Abu Thahir. Berita tentang dirinya diriwayatkan oleh Abu Thalib al-Hafizh, dia adalah guru ad-Daruquthni dan lainnya, dia meninggal pada tahun 283 H.
Bersambung...
===
(11) Dia adalah al-Hasan bin 'Abdul 'Aziz, al-Jarwa, Abu Ala al-Mashri, terpercaya, tepat dan orang yang utama, meninggal tahun 257 H. Diriwayatkan al-Bukhari dalam kitab Shahiih. Lihat: at-Taqrib 1/167, at-Tahdzib 2/291.
(12) Dia adalah as-Sirri bin Yahya bin Iyas, terpercaya, diriwayatkan al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, dan an-Nasa-i. Meninggal pada tahun 167 H. Lihat: at-Taqrib 1/285.
(13) Dia adalah 'Abdul 'Aziz bin Abi Ruwwad, orangnya dapat dipercaya dan ahli 'ibadah, namun meragukan. Diriwayatkan oleh empat imam. Meninggal tahun 159 H. Lihat: at-Taqrib 1/509, at-Tahdzib 6/339, Tarikh ats-Tsiqat 1107.
(14) Az-Zuhd karya Ahmad 281. Sanadnya mu'dhal (lemah), ada yang terlepas dari susunan sanadnya dua orang atau lebih secara berturut-turut, dan dia termasuk bagian hadits yang dha'if.
(15) Dia adalah 'Abdurrahim bin Habib al-Fariyabi, dan ditulis dengan aslinya ad-Dariyani. Dan benar sebagaimana yang dinyatakan. Asalnya dari Baghdad, Ibnu Habban berkata: Dia telah meletakkan hadits-hadits kepada orang-orang yang terpercaya secara buatan. Jadi, tidak boleh meriwayatkan hadits darinya, tidak juga menulis hadits darinya kecuali untuk memperluas wawasan pada bagian tertentu. Lihat: al-Majruhin 2/163, al-Mizan 2/63.
(16) Sanadnya maudhu' (palsu) dan dibuat-buat.
(17) Dalam al-Bidayah wa an-Nihayah 1/338, Husein Arafah.
(18) Disebutkan sebagian darinya karya al-Hafizh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah 1/338. Dan berkata: Ini adalah maudhu' (palsu).
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah, Penulis: Ibnu Hajar al-Asqalani, Penerjemah: H.M. Nasri, Lc, Penerbit: IIMaN dan Hikmah, Jakarta - Indonesia, Cetakan I, Januari 2003 M/ Dzulqa'adah 1423 H.
===
Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299
http://www.bajaringantangerang.com
===
Bisakah anda menjadi agen properti? Bisakah anda meraih keuntungan dengan memposisikan diri di antara pemilik dan pembeli? Jawab: BISA
1) tanpa punya pengalaman apapun di bidang properti
2) tanpa modal
3) tetap di pekerjaan atau bisnis anda sekarang
4) tetap tinggal di kota anda
Untuk info dan daftar GRATIS, klik: http://tinyurl.com/ppamr9b
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT