Skip to main content

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah: Benarkah Khidir Bertemu Ilyas Setiap Tahun? (3)

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah

Bagian I

Sosok Khidir yang Sebenarnya

Bab 10

Benarkah Khidir 'alaihis salaam Bertemu Ilyas 'alaihis salaam Setiap Tahun? (3)

Hadits serupa juga pernah diriwayatkan tanpa melalui Baqiyyah, melainkan dari al-Auza'i, dengan karakter yang berbeda. Ibnu Abi Dunya berkata, aku mendapat cerita dari Ibrahim bin Sa'id al-Jauhari, kami mendengar cerita ini dari Yazid bin Yazid al-Maushali at-Taimi, seorang pemimpin mereka, cerita ini kami dapatkan dari Abu Ishaq al-Harasyi dan al-Auza'i dari Makhul, dari Anas ra-dhiyallaahu 'anhu, dia berkata: Kami ikut berperang bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam hingga ketika kami mencapai di batu ini (19), ketika itulah kami mendengar sebuah do'a yang berbunyi, "Ya Allah, jadikanlah aku termasuk ummat Muhammad yang dikasihi, yang diampuni, yang mendapatkan taubat atas kesalahannya dan dikabulkan do'anya." Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku, "Wahai Anas, perhatikan do'a apakah ini!"

Anas berkata, lalu aku memasuki bebatuan di gunung, dan kulihat seorang laki-laki yang telah beruban dan janggut memutih, dia memakai jubah putih, tinggi badannya lebih dari tiga ratus dzira'. Ketika melihatku, dia berkata, "Kau adalah utusan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam?" Aku berkata, "Ya." Dia lalu berkata, "Kembalilah kepadanya dan sampaikan salamku, dan katakan kepadanya, aku adalah saudaramu Ilyas, ingin bertemu denganmu."

Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang, dan aku bersamanya hingga ketika aku mendekatinya, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam beranjak maju dan aku berada di belakangnya. Kulihat mereka berdua saling berbincang panjang. Kemudian turun sesuatu dari langit seperti hidangan makan pada mereka berdua. Mereka memanggilku, lalu aku makan bersama mereka berdua, dalam hidangan itu terdapat cendawan, delima dan seledri.

Setelah usai makan, aku berdiri, lalu datang sekelebat awan yang membawanya pergi. Aku tertegun melihat putihnya jubah yang dikenakannya berkibar, hingga ia menghilang ke arah negeri Syam.

Lalu aku bertanya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Demi kedua orang tuaku, apakah makanan yang telah kita makan bersama itu berasal dari langit dan turun padamu?" Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Aku telah bertanya kepada Ilyas, 'Dia berkata, 'Makanan itu datang padaku melalui Jibril. Setidaknya setiap empat puluh hari aku memakannya, dan aku juga meminum seteguk air zam-zam setiap musim. Mungkin kau juga pernah melihat di bibir sumur zam-zam ada orang yang memegang ember kemudian dia minum, dan bisa jadi akulah yang minum." (20)

Ibnu al-Jauzi berkata, Yazid dan Abu Ishaq tidak mengetahui keberadaan hadits ini, dan ada perbedaan tentang hadits sebelumnya yang menerangkan tentang panjang tubuh Ilyas. Ibnu Asakir meriwayatkan hadits melalui 'Ali bin al-Husain bin Tsabit ad-Dauri, dari Hisyam bin Khalid, dari Husain bin Yahya al-Husna, dari Ibnu Abi Ruwwad. Dia berkata, "Khidir dan Ilyas keduanya berpuasa di Baitul Maqdis, dan berhaji setiap tahun. Keduanya juga minum air zam-zam yang dapat mencukupi hilangnya dahaga sampai tahun depan."

Aku juga pernah menemukan hadits serupa dalam kitab Ziyadat az-Zuhd karya 'Abdullah bin Ahmad bin Hambal, Ahmad berkata, dalam kitab Abu Bakhthah, aku dapatkan Mahdi bin Ja'far menuturkan kepada kami, aku mendapat cerita dari Dhamrah, dari as-Sirri bin Yahya, dari Ibnu Abi Ruwwad, dia berkata, "Ilyas dan Khidir keduanya berpuasa pada bulan Ramadhan, di Baitul Maqdis, dan keduanya juga saling bertemu pada suatu musin setiap tahunnya." (21)

'Abdullah berkata, aku mendapatkan hadits yang sama dari Hasan, dia adalah Ibnu Rafi, dari Dhamrah, dari as-Sirri, dari 'Abdul 'Aziz bin Abi Ruwwad.

Ibnu Jarir juga mengungkapkan hal yang sama dalam kitab sejarahnya, kami dapatkan cerita ini dari 'Abdurrahman bin 'Abdillah bin al-Hukmu al-Mashri. Dia katakan hadits ini diterima dari Muhammad bin al-Mutawakkil, dan kami mendapatkannya dari Dhamrah bin Rabi'ah, dari 'Abdullah bin Syaudzab, dia berkata: Khidir adalah keturunan (anak) seorang persia, dan Ilyas adalah keturunan Bani Israil, keduanya bertemu setiap tahun pada musim tertentu.

Al-Fakihi berkata dalam kitab Makkah, hadits ini kami dapatkan dari az-Zubair bin Bakkar (22), aku dapatkan hadits ini dari Hamzah bin Atbah, aku dapatkan dari Muhammad bin Umran, dari Ja'far bin Muhammad bin 'Ali, dia berkata: "Waktu itu aku sedang bersama ayahku di Makkah, pada malam-malam sepuluh (terakhir bulan Ramadhan). Ayahku berdiri untuk menunaikan shalat di lokasi Hijr Isma'il, lalu masuk pula ke dalam lokasi tersebut seorang laki-laki dengan rambut dan janggut putih, sepertinya dia berkebangsaan Arab. Kemudian dia duduk di samping ayahku. Lalu dia berkata dengan lirih, "Aku datang kepadamu supaya kau dapat memberitahu padaku tentang awal mula diciptakan Baitul Haram ini. Semoga Allah merahmatimu."

Ayahku lalu bertanya, "Siapakah dirimu?" Dia berkata, "Aku seorang warga Maroko." Lalu ayahku berkata, "Awal mula diciptakannya Bait (Ka'bah) ini, waktu Malaikat mengajukan gugatan mereka dengan berkata kepada Allah, Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan. Ucapan mereka yang bernada memprotes Allah, membuat-Nya murka. Kemudian mereka berthawaf di arsy-Nya, mereka memohon ampun kepada Allah. Kemudian Allah memaafkan mereka dan berfirman, "Buatlah suatu rumah di dunia untuk-Ku, untuk dapat digunakan sebagai tempat thawaf bagi hamba-hamba-Ku. Barangsiapa yang Aku murkai, maka dapat Aku maafkan sebagaimana Aku memaafkan kalian."

Lalu orang tersebut berkata kepada ayahku, "Semoga Allah merahmatimu, tidak seorang pun di zamanmu ini yang lebih tahu darimu, dan menguasainya dengan baik." Lalu, ayahku berkata kepadaku, "Perhatikan dan ikutilah orang itu, lalu kembalilah kepadaku." Kemudian, aku keluar melihat orang itu, ketika dia sudah mencapai bab Shafa, tiba-tiba dia menghilang, seakan-akan tidak pernah terlihat sesuatu apapun. Lalu aku menceritakan kepada ayahku, kemudian dia berkata, "Tahukah kau siapa dia?" Aku berkata, "Tidak." Ayahku berkata: "Dia adalah Khidir."

Bersambung...

===

(19) Makna yang dimaksud di sini tidak sesuai, dan nampak bahwa dia meriwayatkan hadits yang telah gugur, dan jika tidak, dia dianggap benar secara ibarat. Wallaahu a'lam, semestinya bermakna: Ketika kami berada di batu ini, unta betina itu menderum.

(20) Disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Katsir (1/338) dengan sanad panjang dari al-Baihaqi. Kemudian dia berkata: Cukup bagi kami al-Baihaqi yang menjelaskan masalahnya, dan dia berkata: Ini adalah hadits dha'if. Dan menakjubkan bahwa al-Hakim Abu 'Abdul Nisaburi -(lihat al-Mustadrak 2/617)- diriwayatkan dalam kitabnya al-Mustadrak sesuai dengan yang terdapat dalam kumpulan hadits Shahiih al-Bukhari - Muslim. Dan ini adalah termasuk yang ditemukan dalam al-Mustadrak, bahwa itu adalah hadits maudhu' (palsu). Berbeda dengan yang terdapat dalam kitab-kitab hadits shahih dari beberapa sisi. Sungguh yang terdapat dalam dua kitab Shahiih (al-Bukhari - Muslim) menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dengan tinggi enam puluh dzira' di langit, kemudian bentuknya terus menerus menyusut hingga sekarang." Dan di dalamnya juga disebutkan bahwa Khidir tidak datang pada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sehingga beliau yang datang menemuinya. Tentu saja ini tidak benar, karena sesungguhnya beliau lebih berhak didatangi sebagai penutup para Nabi. Dan di dalam hadits itu juga disebutkan bahwa dia makan sekali dalam setahun. Padahal telah dijelaskan sebelumnya dari Wahab bahwa Allah melenyapkan rasa lezat makanan dan minuman dari dirinya. Dan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumny, dari sebagian mereka menceritakan bahwa dia hanya minum air zam-zam sekali dalam setahun, telah cukup menghilangkan rasa hausnya. Seperti itulah hal-hal lainnya. Dan kejadian-kejadian ini satu sama lain saling bertentangan, dan semuanya itu bisa disebut batil, dan tidak dapat dibenarkan sama sekali.

(21) Sebagaimana telah dijelaskan dalam hadits terdahulu.

(22) Dia adalah Zubair bin Bakkar bin 'Abdillah, Abu 'Abdillah, seorang hakim kota Madinah. Dia terpercaya, termasuk dalam tingkatan shigar kesepuluh. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Meninggal pada tahun 256 H. Lihat at-Taqrib 1/257.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah, Penulis: Ibnu Hajar al-Asqalani, Penerjemah: H.M. Nasri, Lc, Penerbit: IIMaN dan Hikmah, Jakarta - Indonesia, Cetakan I, Januari 2003 M/ Dzulqa'adah 1423 H.

===

Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299
http://www.bajaringantangerang.com

===

Bisakah anda menjadi agen properti? Bisakah anda meraih keuntungan dengan memposisikan diri di antara pemilik dan pembeli? Jawab: BISA
1) tanpa punya pengalaman apapun di bidang properti
2) tanpa modal
3) tetap di pekerjaan atau bisnis anda sekarang
4) tetap tinggal di kota anda

Untuk info dan daftar GRATIS, klik: http://tinyurl.com/ppamr9b

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog