Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah: Siapakah yang Pernah Bertemu Khidir Pasca Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam? (3)
Bagian I
Sosok Khidir yang Sebenarnya
Bab 11
Siapakah yang Pernah Bertemu Khidir 'alaihis salaam Pasca Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam? (3)
Dalam kitab ar-Riddah, Sa'if bin 'Amr at-Tamimi mengatakan bahwa ada sebuah hadits dari Sa'id bin 'Abdillah, dari Ibnu 'Umar ra-dhiyallaahu 'anhuma, dia berkata: "Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam wafat, Abu Bakar datang dan masuk ke dalam kamarnya. Ketika melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dia berkata, innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Kemudian dia shalat jenazah. Ahlul bait juga ikut bersiap-siap melakukan shalat sehingga suasana menjadi riuh. Ketika suasan hening sejenak, mereka mendengar sebuah suara pelan seseorang di pintu: "Assalaamu 'alaikum, wahai ahlul bait, tiap-tiap yang mempunyai jiwa akan merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada hari Kiamat pahala mereka akan disempurnakan. Ingatlah sesungguhnya Allah berada di balik setiap jiwa, menjadi penolong dari setiap ketakutan. Hanya kepada Allah kalian memohon, dan mempercayakan segalanya. Sesungguhnya orang yang tertimpa musibah adalah orang yang diharamkan mendapatkan pahala." Mereka mendengarkan suara itu dan menangis tersedu-sedu. Mereka mengangkat wajah, namun tidak mendapatkan siapa-siapa, lalu mereka kembali menangis. Tak berapa lama, mereka kembali mendengar seseorang, "Wahai ahlul bait, ingatlah kepada Allah, dan pujilah dia dalam setiap keadaan, agar kalian menjadi orang-orang yang ikhlas. Sesungguhnya Allah pelipur lara dari segala musibah dan pengganti dari segala kebinasaan. Maka percayakanlah kepada-Nya, dan hanya kepada-Nya kalian taat. Sesungguhnya orang yang mendapat musibah adalah orang yang diharamkan mendapatkan pahala." Kemudian Abu Bakar berkata, "Kedua orang ini adalah Khidir dan Ilyas, mereka berdua hadir pada wafatnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam." Ucapan Sa'if dalam hadits tersebut tidak diketahui berasal dari syaikh yang mana.
Ibnu Abi Dunya berkata: Hadits ini disampaikan Kamil bin Thalhah (5), kami mendapat kabar dari Ibad bin 'Abdish Shamad (6), dari Anas bin Malik ra-dhiyallaahu 'anhu, dia berkata: "Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tiada, para Shahabat berkumpul dan menangis sedih di sekitarnya, lalu ada seorang laki-laki yang tinggi melampaui postur tubuh para Shahabat hingga menyentuh kusen pintu rumah Nabi, dengan rambut sebahu dengan memakai selendang dan sarung, masuk ke dalam ruangan dan menangis. Setelah itu dia menemui para Shahabat dan berkata: "Sesungguhnya Allah adalah pelipur lara dari segala musibah dan akan mengganti segala yang telah berlalu, dan Dia berada di balik setiap kebinasaan. Maka percayakanlah kepada Allah. Dengan ujian ini kalian akan dapat melihat dengan jelas, bahwa sebenarnya yang mengalami musibah adalah orang yang tidak diberi pahala.
Kemudian orang tersebut pergi. Lalu Abu Bakar ra-dhiyallaahu 'anhu berkata, "Coba beritahu aku siapakah orang tadi." Lalu mereka saling menoleh ke kanan dan ke kiri, namun tidak ada yang melihatnya. Kemudian Abu Bakar berkata, "Mungkin saja ini adalah Khidir, saudara Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dia datang untuk melayat. (7) 'Ibad, perawi hadits ini, dikenal dha'if oleh al-Bukhari dan al-'Aqili. Ath-Thabrani menyebutkannya dalam al-Ausath dari Musa bin Harun dari Kamil, dan dia berkata, Ibad itu terpisah dengan sendirinya dari Anas ra-dhiyallaahu 'anhu.
Dalam kitabnya al-Janaiz Ibnu Syahin berkata, hadits ini kami dapatkan dari Ibnu Abi Dawud, dari Ahmad bin Amr bin as-Siraj (8), kami mendapatkannya dari Ibnu Wahab -orang yang mendapat cerita dari Muhammad bin 'Ajlan (9), dari Muhammad bin al-Munkadir (10).
Dia berkata, ketika 'Umar bin al-Khaththab ra-dhiyallaahu 'anhu shalat jenazah. Tiba-tiba ada orang yang membisikinya dari belakang, "Maukah kau menunggu aku untuk shalat? Semoga Allah merahmatimu." Kemudian 'Umar menunggunya hingga dia berada di shaf, lalu 'Umar bertakbir. (Ketika usai shalat) dia berdo'a: "Jika Engkau mengadzabnya, sungguh dia telah bermaksiat pada-Mu. Jika Engkau mengampuninya, maka ia sangat membutuhkan rahmat dari-Mu."
Lalu 'Umar dan para Shahabat ra-dhiyallaahu 'anhum melihat orang tersebut. Ketika jenazah sudah disemayamkan dalam kubur, orang tadi meratakan tanah kuburan itu, lalu berkata, "Berbahagialah engkau wahai penghuni kubur, sekalipun engkau tidak menjadi orang pintar, pemungut pajak, penyimpan harta, juru tulis, atau penjaga keamanan."
Lalu 'Umar berkata, "Bawalah orang itu kemari, kita akan bertanya kepadanya tentang shalatnya dan juga tentang perkataannya tadi." Ternyata orang itu telah berlalu dari mereka, dan terlihat bekas telapak kakinya sebesar satu dzira'. Lalu 'Umar berkata, "Demi Allah ini adalah Khidir yang pernah diceritakan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam." (11) Ibnu al-Jauzi berkata, di dalam periwayatan hadits ini terdapat orang yang tak dikenal (majhul), juga mata rantai perawinya terputus persisnya antara Ibnu al-Munkadir dan 'Umar ra-dhiyallaahu 'anhu.
Bersambung...
===
(5) Dia adalah Kamil bin Thalhah al-Jahdari, Abu Yahya al-Bashri, "tidak apa dengannya" (istilah teknis ilmu hadits untuk menunjukkan kualitas perawi pada tingkat lumayan), termasuk shighar kesembilan. Meninggal tahun 231 H. Lihat: at-Taqrib 2/131.
(6) Dia adalah 'Ibad bin 'Abdush Shamad, Abu Mu'ammar, hadits-haditsnya mungkar. Al-Bukhari berkata: Haditsnya mungkar. Dan berkata Abu Hatim: Dha'if sekali. Lihat: al-Majruhin 2/170, al-Mizan 2/368, adh-Dhu'afa' karya al-'Aqili 1121.
(7) Sanadnya maudhu' (palsu).
(8) Demikian aslinya. Dan benar Ahmad bin Amr as-Sarrah, Abu Thahir al-Mashri, terpercaya, termasuk golongan kesepuluh. Diriwayatkan Muslim, Abu Dawud, an-Nasa-i, dan Ibnu Majah. Meninggal pada tahun 255 H. Lihat: at-Taqrib 2/23, al-Jam'u 1/14, at-Tahdzib 1/64, Dzikru Asma at-Tabi'in 2/13.
(9) Dia adalah Muhammad bin 'Ajlan al-Madani, dapat dipercaya, selain itu dia juga melakukan pencampuran antara pendapatnya dalam hadits-hadits Abu Hurairah ra-dhiyallaahu 'anhu. Dia termasuk golongan kelima. Diriwayatkan oleh Muslim, dan keempat imam yang lain. Meninggal pada tahun 148 H. Lihat: at-Taqrib 2/190, al-Jam'u 2/475, at-Tahdzib 9/341, Tarikh ats-Tsiqat 1627.
(10) Dia adalah Muhammad bin al-Munkadir bin 'Abdillah, terpercaya dan utama. Haditsnya terdapat dalam al-Ushul as-Sittah, termasuk thabaqah ketiga. Meninggal pada tahun 130 H. Lihat: at-Taqrib 2/210, at-Tahdzib 9/473, Tarikh ats-Tsiqat 1651.
(11) Al-Bidayah wa an-Nihayah 1/333 dan berkata: Hadits ini masih meragukan, dan di dalamnya juga masih ada sanad yang terputus, dan tidak dapat dibenarkan.
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah, Penulis: Ibnu Hajar al-Asqalani, Penerjemah: H.M. Nasri, Lc, Penerbit: IIMaN dan Hikmah, Jakarta - Indonesia, Cetakan I, Januari 2003 M/ Dzulqa'adah 1423 H.
===
Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299
http://www.bajaringantangerang.com
===
Bisakah anda menjadi agen properti? Bisakah anda meraih keuntungan dengan memposisikan diri di antara pemilik dan pembeli? Jawab: BISA
1) tanpa punya pengalaman apapun di bidang properti
2) tanpa modal
3) tetap di pekerjaan atau bisnis anda sekarang
4) tetap tinggal di kota anda
Untuk info dan daftar GRATIS, klik: http://tinyurl.com/ppamr9b
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT