Skip to main content

Perkataan yang jelas tentang hukum tawasul kepada Nabi dan wali: Muqaddimah

Ngalap berkah Nabi dan wali (ditinjau dari sisi Syar'i)

Perkataan yang jelas tentang hukum tawasul kepada Nabi dan wali

Muqaddimah

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Allah Jalla Jalaaluh berfirman:

"Katakanlah, 'Dialah Allah Yang Maha Esa.' Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (1). Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara (2) dengan Dia."
(Qur-an Surat al-Ikhlash: ayat 1-4)

Allah berfirman:

"Dan katakanlah, 'Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong (3) dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya."
(Qur-an Surat al-Isra': ayat 111)

Dialah Allah yang:

"Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah (4)."
(Qur-an Surat Thaahaa: ayat 6)

Dialah yang berfirman:

"Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
(Qur-an Surat Faathir: ayat 2)

"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul (5) siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa."
(Qur-an Surat asy-Syuura: ayat 49-50)

Dia-lah yang:

"Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(Qur-an Surat al-Hadiid: ayat 2)

"Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(Qur-an Surat al-Mulk: ayat 1)

"(Yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan (Tuhanku) Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari Kiamat."
(Qur-an Surat asy-Syu'araa': ayat 78-82)

Dialah Dzat yang Maha memberi dan mencegah, Yang menimpakan madharat dan melimpahkan manfaat, Yang merendahkan dan meninggikan, mengagungkan (memuliakan) dan menghinakan dengan keadilan-Nya, keutamaan-Nya dan hikmah-Nya, bukan karena (keutamaan, -pent) satupun dari makhluk-Nya, bahkan:

"Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar."
(Qur-an Surat al-Jumu'ah: ayat 4)

"Katakanlah, 'Wahai Allah Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki; Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(Qur-an Surat Ali 'Imran: ayat 26)

Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya; Dia berfirman kepada Nabi-Nya:

"Katakanlah, 'Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman."
(Qur-an Surat al-A'raaf: ayat 188)

Dan berfirman kepada beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

"Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengadzab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zhalim."
(Qur-an Surat Ali 'Imran: ayat 128)

Dia berfirman kepada beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

"Katakanlah, 'Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan.' Katakanlah, 'Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya."
(Qur-an Surat al-Jin: ayat 21-22)

Dan Dia berfirman kepada beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

"Katakanlah, 'Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?' Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah."
(Qur-an Surat al-Ahzab: ayat 17)

Dan aku bersaki bahwa junjungan kita Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam adalah hamba dan Rasul-Nya, yang bersabda:

"Apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan apabila engkau minta tolong maka mintalah tolong kepada Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya seandainya ummat ini bersatu untuk memberikan manfaat padamu dengan sesuatu, niscaya tiadalah mereka dapat melakukan hal itu kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah bagimu; dan seandainya mereka bersatu untuk menimpakan madharat kepadamu dengan sesuatu, niscaya tiadalah mereka dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah atasmu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering." (6)

Dan beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lah yang bersabda:

"Wahai Abu Bakar, janganlah engkau beristighatsah (minta tolong dalam keadaan sempit, -pent) kepadaku namun istighatsah hanya kepada Allah 'Azza wa Jalla." (7)

Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada beliau (Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam), keluarganya dan para shahabatnya serta setiap hamba yang mengikuti Sunnahnya, menelusuri jejak-jejaknya, menolong dan berwala' (setia, tunduk dan patuh, -pent) kepadanya. Amma ba'du:

Maka risalah ini:
القول الجلي, في حكم التو سل بالنبي والولي
yang ditulis -dengan cepat dan ringkas- oleh seorang yang mengharap untuk digolongkan dengan orang-orang yang bertaqwa lagi terpilih Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin 'Abdus Salam, (dipersembahkan, -pent) bagi setiap ahlul Islam yang hendak menelaahnya, semoga Allah menyinari hati-hati kita dan hati mereka dengan cahaya 'ilmu dan Iman dan semoga Allah menjadikan kita dan mereka termasuk orang-orang yang mengikuti al haq dan petunjuk, menolong Sunnah dan al-Qur-an. Semoga Allah melindungi kita dan mereka dari kesesatan hati dan hasutan syetan serta dari wasilah-wasilah yang diada-adakan (bid'ah) yang mendekatkan kepada Neraka dan semoga Allah melindungi kita dari kesyirikan dalam beribadah kepada ar-Rahman.

As-Salaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh

Adapaun setelah itu:

Maka, ketahuilah wahai saudara-saudaraku!

Sesungguhnya tawasul di dalam al-Qur-an al-'Azhim, dan dalam sabda as-Sayyid yang maksum dan al-Amin (yang dapat dipercaya), menurut para 'ulama ahli bahasa, ahli hadits dan para ahli tafsir adalah: Mendekatkan diri kepada Allah Rabb semesta alam dengan apa-apa yang disyari'atkan-Nya melalui lisan pemimpinnya para Nabi (yakni Muhammad bin 'Abdillah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, -pent).

Dan berikut ini (aku bawakan, -pent) nash-nash perkataan mereka tentang pengertian tawasul semuanya:

1. Berkata di dalam kitab al-Qamus pada madah (وَسَلَ):

اَلْوَسِيْلَةُ وَالْوَاسِلَةُ
(Al-Wasiilah dan al-Waasilah) adalah satu kedudukan di sisi penguasa (raja) dan tingkatan serta upaya mendekatkan diri.
وَوَسَلَ اِلَى اللّهِ تَعَالَى تَوْسِيْلاً
yaitu menempuh perantara kepada Allah Jalla Jalaaluh dengan suatu wasilah artinya melakukan suatu 'amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. (Selesai ucapan penulis kitab al-Qamus)

Dan berkata di dalam kitab al-Misbahul Muniir (8) dalam madah (وَسَلَ):

وسلت إلى اللّه بالعمل
Aku menempuh suatu perantara kepada Allah dengan 'amalan, (أَسِلُ) dari bab (وَعَدَ) artinya aku ingin, dan aku mendekatkan diri, dan dari kata (وسل) pecahan dari kata (الوسيلة) yaitu sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada sesuatu -hingga perkataan penulis al-Misbah- dan bertawasul kepada Rabbnya dengan suatu wasilah artinya mendekatkan diri kepada-Nya dengan suatu 'amalan. Selesai ucapan penulis kitab al-Misbah.

2. Dan Imam Ibnul Atsir rahimahullaah berkata di dalam kitab an-Nihayah (وسل) di dalam hadits tentang adzan:

اللّهمّ ات مهمّدا الواسيلة
"Ya Allah, limpahkanlah kepada Muhammad al-Wasilah."

Wasilah asalnya adalah sesuatu yang digunakan sebagai perantara menuju sesuatu dan mendekatkan diri dengannya -sampai perkataannya- dan yang dimaksud hadits tersebut adalah kedekatan kepada Allah. (9) Selesai ucapan penulis.

Dan berkata di dalam (kitab ad-Durur an-Natsir):
Al-Wasiilah adalah sesuatu yang digunakan sebagai perantara menuju sesuatu, dan mendekatkan diri kepadanya, dan bentuk jamaknya adalah al-Wasaail. Selesai ucapan penulis.

3. Dan di dalam (kitab Mufradat ar-Raghib al-Ashfahaniy) pada kata (وسل): Al-Wasiilah adalah bertawasul kepada sesuatu dengan satu harapan -hingga perkataannya-:

"Dan carilah wasilah kepada Allah."
(Qur-an Surat al-Maa-idah: ayat 35)

Hakikat wasilah kepada Allah adalah menjaga jalan-Nya dengan 'ilmu dan 'ibadah dan memelihara syari'at yang mulia. Dan wasilah adalah upaya mendekatkan diri. Selesai ucapan penulis.

Berkata Imam ath-Thabari rahimahullaah di dalam kitab tafsirnya:

"Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan carilah wasilah kepada Allah."
(Qur-an Surat al-Maa-idah: ayat 35)

Dia mengatakan: Dan carilah pendekatan diri kepada-Nya dengan mengamalkan apa-apa yang diridhai-Nya. Al-Wasiilah berwazan (الفعلية) dan ucapan seseorang: "Aku bertawasul kepada fulan dengan ini", maknanya aku mendekatkan diri kepadanya, dan dari sana terdapat ucapan 'Intirah (seorang penyair):

Sesungguhnya para lelaki punya cara untuk mendekatkan diri kepadamu (perempuan)
Jika mereka memperhatikanmu, engkau bercelak dan bersemir

Yaitu dengan al-Wasiilah artinya dengan al-Qurbah (pendekatan diri), kemudian dia berkata: Dan ucapan kami tentang al-Wasiilah adalah seperti yang diucapkan oleh ahli ta'wil (tafsir, -pent) beliau membawakan ucapan-ucapan mereka dan menjelaskannya satu persatu. Kesimpulannya: al-Wasiilah adalah upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaati-Nya dan mengamalkan apa-apa yang diridhai-Nya. Selesai ucapan penulis.

Bersambung...

===

(1) Ash-Shamad adalah as-Sayyid, dikarenakan Dia tempat bergantungnya (hamba) dalam rangka memenuhi kebutuhannya, yaitu yang dituju, dikatakan: (قصده) yaitu (صمده من باب نصره).(Kitab Mukhtarush Shihah)

(2) Kata (كفوا) yaitu tidak ada bagi-Nya sesuatupun yang sekufu, yaitu yang serupa dengan-Nya dari sahabat atau yang selainnya. (Tafsir al-Baidhawi)

(3) Kata (ولي) artinya: (penolong) yang menolongnya karena kelemahan yang ada padanya, agar dia (wali tersebut) dapat menolak kelemahan tersebut dengan pertolongannya. Selesai (kitab Tafsir al-Baidhawiy)

(4) Kata (الثرى) artinya tanah yang basah, lembab.

(5) Kata (العقيم) yaitu tidak mempunyai anak, demikian juga makna dari laki-laki yang mandul adalah tidak mempunyai anak. (Kitab Tafsir an-Nusafi)

(6) Dikeluarkan dari hadits Ibnu 'Abbas radhiyallaahu 'anhuma oleh Imam Ahmad 1/307, dan Imam at-Tirmidzi 4/575, 576 nomor hadits 2516 dan lafazh ini bagi Imam at-Tirmidzi.

(7) Yang masyhur dari hadits:
"Bahwasanya istighatsah bukan kepadaku, namun istighatsah hanya kepada Allah Jalla Jalaaluh," diriwayatkan oleh Imam ath-Thabari dalam kitab Majma' az-Zawa'id 10/159, dia berkata, "Ahmad telah meriwayatkan dengan konteks selain di atas, yaitu dalam al-Adab bab al-Qiyam.

(8) Kitab al-Misbahul Muniir fii Gharibisy Syarhil Kabir lir Rafi'i oleh Ahmad Muhammad al-Muqri 2/660.

(9) Kesempurnaan ibarat yang diberikan Ibnul Atsir adalah (dan dikatakan: yaitu syafa'at pada hari Kiamat dan dikatakan pula, maksudnya adalah suatu kedudukan dari kedudukan-kedudukan yang ada di Surga, demikianlah yang datang dalam hadits. Selesai) (al-Anshari).

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: al-Qaul al-Jalii fii Hukmi at-Tawassul bi an-Nabii wa al-Walii, Penulis: Syaikhul Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin 'Abdus Salam, Penerbit: Riaasah Idarah al-Buhuts al-Ilmiyah wal Ifta', Cetakan I, Tahun 1419 H. Judul terjemahan: Perantara antara Allah dan makhluk-Nya - Ngalap berkah Nabi dan wali (ditinjau dari sisi Syar'i), Penerjemah: Hikmatur Rahmah, Penerbit: Pustaka al-Haura' Jogjakarta - Indonesia, Cetakan I, Shafar 1425 H/ Maret 2005 M.

===

Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog