Perantara antara Allah dan makhluk-Nya (4)
Macam-macam perantara yang ditolak (3).
3. Mungkin karena seorang raja tidak (akan) memberi manfaat kepada rakyatnya dan berbuat baik kepada mereka serta mengasihi mereka kecuali dengan adanya orang yang menggerakkan hatinya dari pihak luar. Sehingga apabila ada seorang yang menasehati raja tersebut dan mengagungkannya atau dengan merasa hina di hadapannya dengan cara menunjukkan harapan yang besar kepadanya atau takut kepadanya, maka barulah keinginan raja tergerak untuk menunaikan kebutuhan rakyatnya. Mungkin karena perkataan penasehatnya yang mampu menggetarkan hatinya, bisa juga karena ungkapan pengagungan atau rasa harap dan takut kepadanya.
Adapun Allah, maka Dia Rabb segala sesuatu dan rajanya. Dan Dia lebih penyayang kepada para hamba-Nya daripada seorang ibu kepada anaknya. Segala sesuatu terletak dalam kehendak-Nya. Maka apa saja yang Dia kehendaki akan terjadi dan apa saja yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi. Apabila Dia melimpahkan manfaat kepada para hamba sehingga seorang hamba dapat berbuat baik kepada sesamanya dan dia mendo'akan kebaikan kepada orang lain dan memberi pembelaan kepadanya dan yang semisalnya, itu semua Allah-lah yang menciptakannya. Dia pula yang menciptakan keinginan berbuat baik, berdo'a dan memberi pembelaan yang tumbuh pada hati orang yang berbuat baik, berdo'a dan memberi pembelaan tersebut.
Dan segala yang ada di alam ini tidak akan bisa memaksa Allah untuk melaksanakan sesuatu yang menyelisihi keinginan-Nya, atau memberi tahu kepada-Nya sesuatu yang belum Dia ketahui. Tidak ada pula sesuatupun yang Dia berharap kepadanya atau takut kepadanya, karenanya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Janganlah salah seorang di antara kalian mengatakan, 'Ya Allah ampunilah aku jika Engkau berkehendak. Ya Allah rahmatilah aku jika Engkau berkehendak.' Hendaknya dia mengokohkan permintaannya karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memaksa-Nya."
(Hadits Riwayat Imam al-Bukhari)
Dan para pemberi syafa'at yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tidak akan dapat memberi syafa'at kecuali hanya dengan izin-Nya semata, sebagaimana firman Allah:
"Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya."
(Qur-an Surat al-Baqarah: ayat 255)
"Dan mereka tiada memberi syafa'at melainkan kepada orang yang diridhai Allah."
(Qur-an Surat al-Anbiya': ayat 28)
"Katakanlah: 'Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai Rabb) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu-Nya. Dan tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu."
(Qur-an Surat Saba': ayat 22-23)
Maka Allah menjelaskan bahwa setiap orang yang diseru dari selain-Nya tidak memiliki kekuasaan dan tidak pula memiliki sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak pula memiliki kemampuan untuk menolong. Dan syafa'at mereka tidak akan bermanfaat kecuali bagi siapa saja yang Allah izinkan. Hal ini berbeda dengan raja-raja, karena orang yang memberi syafa'at kepada mereka terkadang dia juga memiliki kerajaan atau sebagai sekutu di kerajaannya dan bahkan kadang penolong yang lebih kuat darinya banyak membantu terhadap kekuasaannya.
Dan mereka (para pemberi syafa'at, -pent) dapat memberi syafa'at di sisi raja tanpa izin darinya, demikian pula orang yang diberi syafa'at. Dan raja terkadang menerima syafa'at, karena dia butuh kepada mereka atau karena takut kepada mereka, atau karena adanya balasan kebaikan, jaminan atau kenikmatan yang akan dia terima dari mereka, sampai-sampai raja mau menerima syafa'at anak dan isterinya, karena dia butuh terhadap anak dan isterinya sehingga kalau anak dan isterinya berpaling darinya, niscaya akan memberikan kemadharatan kepadanya.
Raja juga mau menerima syafa'at rakyatnya karena apabila dia tidak menerima syafa'atnya, dia merasa khawatir kalau mereka tidak mentaatinya atau berencana menimpakan madharat kepadanya. Dan syafa'at seorang hamba dengan yang lainnya, semuanya adalah sejenis dengan ini. Seorang tidak akan menerima syafa'at orang lain kecuali karena mengharapkan sesuatu atau takut dari sesuatu.
Adapun Allah tidak memiliki harapan kepada seorangpun dan tidak pula merasa takut serta tidak merasa butuh kepada seorangpun. Bahkan Dia-lah Dzat Yang Maha Kaya. Allah berfirman:
"Mereka (orang-orang yahudi dan nashrani) berkata: 'Allah mempunyai anak.' Maha Suci Allah; Dia-lah Yang Maha Kaya; Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang di bumi."
(Qur-an Surat Yunus: ayat 68)
Sedangkan orang-orang musyrik menjadikan orang-orang sejenis mereka sebagai pemberi syafa'at.
Allah berfirman:
"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemadharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: 'Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah.' Katakanlah: 'Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumu?' Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu)."
(Qur-an Surat Yunus: ayat 18)
Dan Allah berfirman:
"Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai rabb untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka. Bahkan rabb-rabb itu telah lenyap dari mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan."
(Qur-an Surat al-Ahqaf: ayat 28)
Dia pula mengabarkan tentang orang-orang musyrik bahwa mereka mengatakan:
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya."
(Qur-an Surat az-Zumar: ayat 3)
Dan Allah berfirman:
"Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan Malaikat dan para Nabi sebagai rabb. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?"
(Qur-an Surat Ali 'Imran: ayat 80)
Bersambung...
===
Maraji'/ Sumber:
Kitab: al-Wasithah baina al-Haq wal Khalq, Penulis: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaah, Penerbit: Riaasah Idarah al-Buhuts al-Ilmiyah wal Ifta', Cetakan I, Tahun 1419 H. Judul terjemahan: Perantara antara Allah dan makhluk-Nya - Ngalap berkah Nabi dan wali (ditinjau dari sisi Syar'i), Penerjemah: Hikmatur Rahmah, Penerbit: Pustaka al-Haura' Jogjakarta - Indonesia, Cetakan I, Shafar 1425 H/ Maret 2005 M.
===
Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya dan Survei Lokasi, Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT