Skip to main content

Kisah dajjal dan turunnya Nabi 'Isa untuk membunuhnya: Cara melindungi diri dari fitnah dajjal (4/4)

Kisah dajjal dan turunnya Nabi 'Isa 'alaihis salaam untuk membunuhnya

Muqaddimah

Cara melindungi diri dari fitnah dajjal (4/4)

Di sisi lain dugaan seperti itu menjadi faktor penyebab terbesar yang menjadikan sebagian ustadz dan pembimbing ummat juga para penulis masa kini mengingkari hadits-hadits tentang Imam Mahdi dan turunnya 'Isa 'alaihis salaam -padahal hadits tentang itu jumlahnya banyak dan mutawatir-, hanya dikarenakan mereka melihat bahwa hadits-hadits tersebut cenderung menyebabkan manusia pasrah (tidak berbuat apa-apa) dan tidak mau beramal demi kemajuan Islam dan kaum Muslimin. Jika demikian adanya, mereka sungguh salah besar. Minimal dilihat dari dua sisi:

a. Mereka menyetujui dugaan (keyakinan) tersebut dengan catatan bahwa sumber kepercayaan tersebut adalah hadits-hadits sebagaimana disebut di muka. Jika tidak demikian, tentulah mereka tidak segera mengingkarinya.

b. Mereka sendiri tidak mengetahui bagaimana seharusnya mengatasi problem dugaan tersebut? Semestinya, dapat diatasi dengan menetapkan kebenaran hadits-hadits tersebut dan membatalkan pemahaman-pemahaman yang salah tentangnya. Dalam hal ini, tiadalah mereka melainkan seperti orang yang mengingkari 'aqidah iman kepada taqdir (yang baik ataupun buruk). Sebab sebagian kaum berimannya bahwa konsekuensinya adalah jabr (paksaan) dan bahwa setiap mukallaf tidak memiliki daya upaya dan tidak memiliki hak pilih. Dikarenakan pemahaman seperti ini jelas-jelas bathil, maka mereka segera menolaknya. Akan tetapi mereka -bersama itu- juga mengingkari adanya taqdir -karena prasangka mereka pula bersama-sama dengan orang-orang yang berprasangka bahwa taqdir berarti paksaan. Mereka ini sejalan dengan Jabariyyah dalam kesalahn dugaan tersebut, dan bahkan menambah kesalahan yang lain -sebagai bentuk pelarian dari kesalahan pertama-, yaitu pengingkaran terhadap taqdir. Sekiranya mereka tidak satu pandangan dengan kaum Jabariyyah dalam meyakini konsep Jabar tentu tidak akan mengingkari taqdir.

Dan ini sama persis dengan yang dilakukan oleh sebagian ustadz serta penulis yang kami singgung di muka, yakni ketika mereka menyaksikan kenyataan adanya sikap kepasrahan di kalangan kaum Muslimin -kecuali sebagian kecil dari mereka- terhadap hadits-hadits tentang Imam Mahdi dan turunnya 'Isa 'alaihis salaam, segera mereka mengingkarinya sebagai upaya menyelamatkan diri -menurut klaim mereka dari sikap pasrah tersebut. Padahal sebenarnya mereka belum melakukan apa-apa, sebab di satu sisi mereka belum dapat menyelamatkan diri mereka dari dengan yang salah tersebut, dan di sisi lain mereka tidak berada di atas petunjuk dalam mengingkari hadits-hadits shahih (tentang al-Mahdi dan 'Isa 'alaihis salaam).

Sebenarnya, mereka yang mengingkari itu -yang mana mereka memahami hadits-hadits dengan pemahaman yang tidak tersirat (benar) dalam hadits tersebut yang berupa sikap pasrah. Oleh karena itu mereka segera mengingkarinya supaya terhindar dan terbebas darinya-. Sesungguhnya mereka telah tertimpa oleh dua musibah sekaligus. Pertama: Kesesatan di dalam pemahaman, dan kedua: Sikap mengingkari nash hadits. Sebenarnya mereka menyadari pemahaman seperti itu merupakan kesesatan. Maka kemudian mereka mengingkari pemahaman tersebut dengan mengingkari nash yang darinya mereka menyimpulkan pemahaman sebagaimana disebutkan. Sebaliknya, kalangan awam mengimani nash dengan pemahaman seperti itu. Dengan demikian, pada masing-masing dari kedunya ada kesesatan dan petunjuk. Adapun yang benar adalah mengambil petunjuk (kebenaran) yang ada pada masing-masing keduanya lalu membuang sisi kesesatannya, yakni dengan mengimani nash dan menolak pemahaman yang salah tersebut.

Perumpamaan antara kedua kelompok tersebut, di satu sisi seperti kelompok mu'tazilah dan di sisi lain seperti kelompok al-musyabbihah. Kelompok pertama memberikan takwil terhadap ayat-ayat dan hadits-hadits tentang sifat-sifat Allah dengan model takwil yang bathil yang menyeret mereka kepada pengingkaran atas sifat-sifat Ilahiyyah. Tiada yang mendorong mereka melakukan seperti itu melainkan upaya untuk menghindarkan diri dari tindakan tasybih (penyerupaan Allah dengan lain-Nya) yang itu telah dilakukan oleh kelompok al-musyabbihah. Namun sebenarnya, mu'tazilah sendiri sama juga dengan al-musyabbihah di dalam memahami maksud tasybih dari ayat-ayat sifat. Akan tetapi berbeda dengannya dalam hal tasybih dengan cara takwil yang pada dasarnya juga bathil. Seperti mentasybihkan sesuatu yang berakibat kepada pengingkaran terhadap sifat-sifat Allah. Adapun kelompok musyabbihah, mereka tidak terjerumus ke dalam kesalahan seperti ini, akan tetapi mereka tetap berada di atas prinsip tasybih. Adapun sikap dan langkah yang benar adalah memadukan antara kebenaran yang dimiliki kelompok mu'tazilah dan musyabbihah serta menolak kebathilan yang ada pada keduanya, yaitu dengan jalan menetapkan sifa-sifat tersebut pada Allah serta membersihkan-Nya (dari sifat-sifat yang tidak layak). Ini sebagaimana firman-Nya:

"...tidak ada suatupun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah Yang Mahamendengar lagi Mahamelihat."
(Qur-an Surat asy-Syuura: ayat 11)

Di sini hendak aku katakan pula berkenaan dengan hadits turunnya 'Isa 'alaihis salaam dan hadits lain bahwa yang wajib kita lakukan adalah mengimaninya serta menolak prasangka orang-orang yang hanya menyangka-nyangka saja yang berakibat kepada meninggalkan usaha dan persiapan (menegakkan kejayaan Islam) yang harus mereka lakukan di setiap waktu dan tempat. Dengan cara seperti ini berarti kita telah memadukan antara kebenaran yang dimiliki oleh masing-masing kelompok serta telah kita singkirkan pula kesalahan dan kebathilan yang dimiliki oleh masing-masing. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.

Bersambung...

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjaali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihish shalaatu was salaamu wa Qatlihi Iyyaahu, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, Penerbit: Maktabah al-Islamiyyah, 'Amman - Yordan, Cetakan I, 1421 H, Judul terjemahan: Kisah dajjal dan turunnya 'Isa 'alaihis salam untuk membunuhnya, Penerjemah: Beni Sarbeni, Penerbit: Pustaka Imam asy-Syafi'i, Cetakan I, 1426 H/ 2005 M.

===

Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog