Skip to main content

Misteri Kematian: Golongan Manusia Dalam Fitnah Kubur (2)

Misteri Kematian

Menguak Fenomena Kematian dan Rentetan Peristiwa Dahsyat Menjelang Kiamat

Alam Kubur

Golongan Manusia Dalam Fitnah Kubur (2)

4. Murabithun (Para Penjaga Perbatasan)

Mereka tidak ditanyai dalam kubur. Disebutkan dalam Shahih Muslim, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Menjaga perbatasan sehari semalam lebih baik dari puasa dan qiyamullail sebulan, bila ia meninggal, amalan seperti yang biasa ia lakukaan tetap berlaku baginya, ia diberi rizki dan dihindarkan dari penanya (kubur)." (134)

5. Anak Kecil dan Orang Gila

Apakah mereka ditanya dalam kubur ataukah tidak? Sebagian ulama berpendapat, mereka ditanya karena temasuk dalam keumuman ayat, meski taklif gugur dari orang-orang seperti ini, namun kondisi setelah mati berbeda dengan kondisi saat masih hidup.

Ulama lain berpendapat, orang gila dan anak-anak kecil tidak ditanya karena mereka bukan mukallaf. Karena bukan mukallaf, mereka tidak dihisab karena hissab hanya diberlakukan bagi mukallaf yang mendapat hukuman atas perbuatan dosa dan maksiat yang dilakukan, sementara dalaam hal ini orang gila dan anak-anak kecil tidak, mereka hanya memiliki pahala. Jika mereka melakukan amal baik, mereka mendapat pahala.

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullaah menjelaskan, manusia terbagi menjadi tiga golongan: Orang-orang mukmin murni, dan orang-orang munafik. Kedua golongan ini ditanya dalam kubur. Golongan ketiga: Orang-orang kafir murni. Apakah mereka ditanya dalam kubur, terdapat perbedaan pendapat dalam hal ini. Ibnu Qayyim (rahimahullaah) dalam kitabnya ar-Ruh menguatkan, mereka ditanya dalam kubur.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaah memberi penjelasan, fitnah kubur berlaku secara umum untuk seluruh mukallaf kecuali para Nabi. Terdapat perbedaan pendapat tentang para Nabi apakah mereka ditanya dalam kubur. Seperti itu juga syuhada', murabithun (para penjaga perbatasan) dan semacamnya dimana nash-nash menunjukkan mereka selamat dari fitnah kubur.

Ulama berbeda pendapat tentang orang-orang yang bukan mukallaf seperti anak kecil dan orang gila. Sekelompok ulama berpendapat, mereka tidak ditanya dalam kubur. Di antara yang mengemukakan pendapat ini Qadhi Abu Ya'la dan Ibu Uqail. Alasan mereka, ujian hanya diberikan kepada mukallaf, sementara orang-orang yang tidak dicatat amalnya tidak termasuk dalam ujian, sebab tidak ada gunanya menanyakan sesuatu pada orang yang bukan mukallaf. Yang lain berpendapat, anak kecil, orang gila dan orang-orang serupa yang bukan mukallaf tetap ditanya dalam kubur.

Pendapat ini dikemukakan Abu Hakim al-Hamdani dan Abu Hasan bin Abdus, Abu Hasan menukil pendapat ini dari murid-murid Imam Syafi'i. Ia menjelaskan, ini sesuai dengan pandangan orang yang menyatakan bahwa mereka akan diuji di akhirat dan diberi beban taklif pada hari Kiamat seperti yang dikemukakan oleh sebagian besar ahlul ilmi dan ahlus Sunnah dari kalangan ahli hadits dan ilmu kalam. Demikian yang disebutkan Abu Hasan al-Asy'ari dari ahlus Sunnah dan ia pilih. Seperti itulah inti pendapat-pendapat Imam Ahmad. (135)

===

(134) Riwayat Muslim, hadits nomor 1913, dari hadits Salman al-Farisi (ra-dhiyallaahu 'anhu).

(135) Majmu' al-Fatawa 4/257-277, secara ringkas.

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: ar-Riyad an-Naadirah fii Shahiih ad-Daaril Akhirah, Penulis: Syaikh Dr. Ahmad Musthafa Mutawalli, Ta'liq: Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun. Judul terjemahan: Seri ke-1 (Serial Trilogi Alam Akhirah) Misteri Kematian, Menguak fenomena kematian dan rentetan peristiwa dahsyat menjelang Kiamat, Penerjemah: Umar Mujtahid Lc, Penerbit: Darul Ilmi Publishing, CV Darul Ilmi, Bogor - Indonesia, Cetakan Kedua, Rabiul Akhir 1434 H/ Februari 2013 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT