Menguak Fenomena Kematian dan Rentetan Peristiwa Dahsyat Menjelang Kiamat
Alam Kubur
Golongan Manusia Dalam Fitnah Kubur
1. Para Nabi
Para Nabi tidak terkena fitnah kubur dan mereka tidak ditanyai karena dua hal:
Pertama: Para Nabi lebih mulia dari syuhada', Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam mengabarkan bahwa orang yang mati syahid terjaga dari fitnah kubur, beliau bersabda:
"Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya sebagai fitnah." (132)
Kedua: Para manusia selain Nabi ditanya siapa Nabi mereka. Para Nabi ditanyakan, bukan ditanyai.
2. Shiddiqun
Golongan manusia ini tidak ditanya dalam kubur, sebab tingkatan shiddiqun lebih tinggi dari tingkatan syuhada'. Karena syuhada' tidak ditanya dalam kubur, berarti shiddiqun lebih utama untuk tidak ditanya, sebab shiddiq sudah menyandang sifat jujur, benar dan dipercaya, kejujuran dan kebenarannya sudah diketahui sehingga tidak perlu diuji, ujian hanya diberikan kepada orang yang diragukan, apa dia jujur ataukah dusta.
Orang yang jujur dan benar tidak perlu lagi untuk ditanya. Sementara itu sebagian ahlul ilmi berpendapat shiddiqun ditanyai dalam kubur berdasarkan keumuman ayat, wallaahu a'lam.
3. Syuhada'
Orang-orang yang terbunuh di jalan Allah Sub-haanahu wa Ta'aala, mereka tidak ditanya dalam kubur karena keimanan mereka telah terlihat berkat jihad yang mereka lakukan. Allah Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman:
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan Surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur-an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. At-Taubah: 111)
Allah Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman:
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rizki." (QS. Ali 'Imran: 169)
Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya sebagai fitnah." (133)
Orang yang meninggal dunia saat menjaga perbatasan saja terhindar dari fitnah kubur karena kebenaran dan kejujurannya telah terlihat, berarti orang yang terbunuh dalam peperangan lebih utama, karena orang yang terbunuh saat perang rela mengorbankan nyawa dan mempertaruhkan leher untuk ditebas musuh-musuh Allah demi menjunjung tinggi kalimat Allah dan membela agama-Nya. Ini merupakan bukti terbesar atas kebenaran iman yang ia punya.
===
(132) An-Nasa-i 4/99, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami', hadits nomor 4483.
(133) Sama dengan atas.
===
Maraji'/ Sumber:
Kitab: ar-Riyad an-Naadirah fii Shahiih ad-Daaril Akhirah, Penulis: Syaikh Dr. Ahmad Musthafa Mutawalli, Ta'liq: Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun. Judul terjemahan: Seri ke-1 (Serial Trilogi Alam Akhirah) Misteri Kematian, Menguak fenomena kematian dan rentetan peristiwa dahsyat menjelang Kiamat, Penerjemah: Umar Mujtahid Lc, Penerbit: Darul Ilmi Publishing, CV Darul Ilmi, Bogor - Indonesia, Cetakan Kedua, Rabiul Akhir 1434 H/ Februari 2013 M.
===
Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT