Skip to main content

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah: Khidir dan Nama Allah yang Paling Agung

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah

Bagian II

Sikap dan Perilaku Khidir 'alaihis salaam

Bab 17

Khidir 'alaihis salaam dan Nama Allah yang Paling Agung

Dalam kitab ar-Rimah yang telah disebutkan tadi, Abu Hasan bin al-Munadi berkata: Aku mendapat kabar dari Ahmad bin Mala'ib, dari Yahya bin Sa'id al-Sa'di, dari Abu Ja'far al-Kufi, dari Abu 'Umar al-Nashibi, Abu 'Umar berkata: Aku pergi ke Syam untuk bertanya kepada Musallamah bin Mushaqalah -konon dia adalah salah seorang dari abdal (para pengganti). Aku menjumpainya di sebuah lembah di Yordania. Dia berkata kepadaku, "Apakah kau mau kuceritakan sesuatu yang pernah kulihat hari ini di lembah ini?"

Aku berkata, "Tentu." Dia berkata, "Aku masuk ke lembah hari ini, kemudian aku lihat seorang tua yang sedang shalat di sebuah pohon, lalu aku beranjak menghampirinya, ternyata dia adalah Ilyas ('alaihis salaam) sang Nabi. Lalu aku mendekatinya dan mengucapkan salam kepadanya, sementara dia sedang ruku', lalu duduk dan mengucapkan salam ke kanan dan kiri. Kemudian dia menghadap kepadaku dan berkata, 'Wa 'alaikas salaam.' Aku berkata, 'Siapakah sebenarnya engkau, semoga Allah merahmatimu?' Dia berkata, 'Aku adalah Ilyas sang Nabi.'

Tiba-tiba aku merasakan getaran yang hebat hingga membuatku tersungkur jatuh. Dia berkata, 'Mendekatlah kepadaku', lalu dia meletakkan tangannya di antara kedua dadaku, lalu aku merasakan dingin antara kedua tulang bahuku. Aku berkata, 'Wahai Nabi Allah, berdo'alah kepada Allah agar aku terbebas dari apa yang aku rasakan sehingga aku memahami perkataanmu.' Kemudian dia berdo'a dengan delapan macam Nama-nama Allah, lima di antaranya berasal dari bahasa Arab dan tiga berasal dari bahasa Suryani. Dia berkata, 'Wahai Yang Maha Esa, Wahai Yang Mahatunggal, Wahai Engkau satu-satunya tempat bergantung, Wahai Yang Mahasendiri, Wahai Yang Maha Ganjil,' dan berdo'a lagi dengan tiga bahasa Suryaniyah, yang tak kupahami.

Kemudian dia mengambil tanganku dan mendudukkanku, lalu aku terbebas dari rasa yang telah membebaniku. Aku berkata, 'Wahai Nabi Allah, tahukah engkau apa yang diperbuat orang ini -maksudku adalah Marwan bin Muhammad-? Pada suatu hari dia telah membuat susah kaum Hamash.'

Kemudian dia berkata, 'Memangnya kenapa kau dengan dia? Dia memang sombong dan melampaui batas Allah!' Lalu aku berkata, 'Wahai Nabi Allah, suatu kali aku pernah berpapasan dengan dia, tapi dia berpaling dariku. Sementara aku, sekalipun aku suka bertemu dengan pengikut mereka maka aku sama sekali tidak ingin membuat mereka terpecah belah. Aku hanya bisa beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.'

Kemudian mukanya tampak senang mendengar apa yang telah kulakukan. Dia berkata, 'Kau telah bersikap benar. Kau jangan kembali lagi kepadanya.'

Aku berkata, 'Wahai Nabi Allah, apakah di dunia pada saat ini masih ada seorang pengganti?' Dia berkata, 'Ya ada, mereka berjumlah enam puluh orang. Lima puluh di antara mereka terdapat di antara al-Arisy sampai al-Farrat. Dan tiga di antara mereka berada di al-Mashishah, dan seorang berada di Antakiah, dan sepuluh sisanya tersebar di seluruh pelosok Arab.'

Lalu aku berkata, 'Wahai Nabi Allah, apakah engkau bertemu dengan Khidir ('alaihis salaam)?' Dia berkata, 'Ya, kami bertemu pada setiap musim (hajji) di Mina.' Aku berkata, 'Lalu apa yang kalian berdua perbincangkan?' Dia berkata, 'Khidir memangkas sedikit rambutku dan aku pun memangkas sedikit rambutnya.'

Aku berkata, 'Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku sendirian, aku tidak punya istri, tidak punya anak. Jika engkau mengizinkanku, aku bersedia menemani ke mana pun engkau pergi.' Dia berkata, "Engkau tidak akan mampu melakukan itu, sesungguhnya engkau tidak akan kuat menjalaninya.'

Ketika dia sedang berbicara kepadaku, lalu aku melihat hidangan yang keluar dari pohon dan tersusun di hadapannya, sedangkan aku sama sekali tidak melihat orang yang meletakkannya. Di atas hidangan tersebut tersedia tiga roti, kemudian dia mengambil dengan tangannya untuk makan.

Dia berkata, 'Makanlah dan bacalah Bismillah. Makanlah apa saja yang kau mau.' Lalu aku mengambil makanan itu dengan tanganku, dan aku makan bersamanya, dia makan satu setengah roti. Kemudian hidangan itu terangkat dan aku tidak melihat siapa pun yang mengangkatnya. Lalu datanglah bejana yang menghidangkan minuman, kemudian diberikan ke tangannya, sedangkan aku tidak melihat seorang pun yang memberikannya. Lalu dia minum, kemudian menawariku. Dia berkata, 'Minumlah!' Lalu aku minumn, rasanya manis, lebih manis dari madu, dan warnanya sangat putih, lebih putih dari susu. Kemudian aku letakkan bejana itu, tiba-tiba bejana itu dengan sendirinya terangkat, sedang aku tidak melihat seorang pun yang mengangkatnya.

Kemudian dia melihat ke bagian bawah lembah, lalu ada seekor hewan tunggangan yang tingginya melebihi keledai, dan tidak melebih baghal (peranakan kuda dan keledai), dan di atasnya punggungnya terdapat bekal perjalanan. Setelah melihatnya, ia beranjak turun ke bagian lembah itu untuk menaiki hewan tersebut. Aku juga berputar untuk mencari posisi di dekat hewan itu. Ilyas ('alaihis salaam) naik dan beranjak pergi, sedangkan aku berjalan di sampingnya.

Aku berkata, 'Wahai Nabi Allah, maukah engkau mengizinkanku untuk ikut bersamamu dan menemani perjalananmu?' Dia berkata, 'Bukankah tadi telah kukatakan bahwa engkau tidak akan sanggup melakukannya.' Aku berkata, 'Bagaimana caranya aku bisa menemanimu?' Dia berkata, 'Jika kau inginkan aku, maka engkau akan melihatku. Semoga engkau dapat menjumpaiku pada bulan Ramadhan pada saat beri'tikaf di Baitul Maqdis.'

Sebuah pohon menghalangiku untuk dapat melihatnya, lalu aku ambil posisi di sebelahnya dengan berputar dari sisi yang lain, namun aku tidak melihat apa pun. (1) Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Musallamah dan orang-orang yang meriwayatkan darinya, dan Abu Ja'far al-Kufi adalah orang yang tidak dikenal.

Bersambung...

===

(1) Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata: Ibnu Asakir menyebutkan beberapa jalan dari 'Ibad mengenai pertemuan seseorang dengan Ilyas ('alaihis salaam), semua haditsnya mengecewakan karena lemah sanadnya. Atau karena ada orang yang tidak diketahui dalam rangkaian sanad tersebut. Demikian dinukil dari al-Bidayah wa an-Nihayah 1/339.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah, Penulis: Ibnu Hajar al-Asqalani, Penerjemah: H.M. Nasri, Lc, Penerbit: IIMaN dan Hikmah, Jakarta - Indonesia, Cetakan I, Januari 2003 M/ Dzulqa'adah 1423 H.

===

Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299
http://www.bajaringantangerang.com

===

Bisakah anda menjadi agen properti? Bisakah anda meraih keuntungan dengan memposisikan diri di antara pemilik dan pembeli? Jawab: BISA
1) tanpa punya pengalaman apapun di bidang properti
2) tanpa modal
3) tetap di pekerjaan atau bisnis anda sekarang
4) tetap tinggal di kota anda

Untuk info dan daftar GRATIS, klik: http://tinyurl.com/ppamr9b

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog