Skip to main content

Surah al-Fatihah: Pemeliharaan Allah pada makhluk-Nya (2) | Tafsir Wanita

Surah al-Fatihah

Pemeliharaan Allah pada makhluk-Nya (2)

Pada hari itu, benar-benar akan terbuktikan pada makhluk mengenai kesempurnaan kekuasaan-Nya, keadilan-Nya, dan kebijaksanaan-Nya. Pada saat itulah, semua kekuasaan makhluk menjadi terputus. Pada saat itulah, tidak ada bedanya antara para raja dan rakyat jelata. Antara seorang budak dan seorang merdeka. Semuanya akan tunduk di depan keagungan-Nya, merunduk di depan kekuasaan-Nya, sambil menunggu keputusan akhir-Nya. Mengharap pahala dari-Nya dan takut akan siksa-Nya. Oleh karena itulah, Dia disebut secara khusus, sebab Dia adalah Raja di hari Kiamat dan hari-hari yang lain.

"Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in (hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan)"; Yakni hanya untuk-Mu semua ibadah yang kami lakukan dan hanya kepada-Mu permintaan tolong kami panjatkan.

Sesungguhny, pengedepanan maf'ul dari kalimat itu (iyyaka) memiliki sifat pengkhususan dalam penetapan hukum bagi yang disebutkan dan penafian bagi yang lain. Seakan-akan di sini disebutkan; Kami hanya menyembah kepada-Mu, dan tidak menyembah kepada selain-Mu. Kami hanya minta pertolongan kepada-Mu dan tidak akan minta pertolongan kepada selain-Mu.

Penyebutan ibadah (menyembah) lebih didahulukan daripada isti'anah (meminta pertolongan), adalah sebuah bentuk penyebutan yang umum atas yang khusus dan sebuah bentuk perhatian pada hak Allah lebih utama daripada hak hamba-Nya.

Adapun "ibadah" adalah; nama dari semua hal yang dicintai dan diridhai oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala, baik yang berupa amal perbuatan atau perkataan, yang zhahir atau pun yang batin.

Adapun "isti'anah" adalah ketergantungan sepenuhnya kepada Allah untuk mendapatkan manfaat, dan menghindari marabahaya dengan penuh keyakinan bahwa hal itu akan tercapai.

Melakukan ibadah kepada Allah dan meminta pertolongan padanya adalah dua wasilah (sarana pengantar) untuk kebahagiaan dan keselamatan dari semua kejahatan. Tidak ada jalan apapun yang bisa menyelamatkan manusia kecuali dengan dua hal tersebut. Sedangkan sebuah ibadah itu baru benar-benar disebut sebagai ibadah, jika dia betul-betul bersumber dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dan yang dimaksudkan hanya untuk memperoleh keridhaan Allah. Dengan dua hal tersebut, maka sebuah ibadah itu baru dianggap benar.

Sedangkan penyebutan "isti'anah" setelah penyebutan "ibadah", padahal dia masuk di dalamnya, adalah karena pada dasarnya keinginan hamba dalam semua ibadahnya itu telah tercakup dalam isti'anah kepada Allah. Sebab jika dia tidak mendapat pertolongan Allah, tidak akan tercapai apa yang dia inginkan. Yang berupa melakukan perintah dan menjauhi larangan.

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Tafsir al-Qur-an al-Azhim li an-Nisa', Penulis: Syaikh Imad Zaki al-Barudi, Penerbit: al-Maktabah at-Taufiqiyyah, Kairo - Mesir, Judul terjemahan: Tafsir wanita, Penerjemah: Samson Rahman MA, Penerbit: Pustaka al-Kautsar, Jakarta - Indonesia, Cetakan pertama, Juni 2004 M.

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT