Skip to main content

Adakah Larangan Maulidan? (2)

Adakah Larangan Maulidan? (2)

Dalil kedua:

Firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala:

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari'atkan untuk mereka agama, yang (hal itu) tidak diizinkan Allah?
(Qur-an Surah asy-Syura (42): ayat 21)

Dengan semakin banyaknya bid'ah dalam agama, maka lama kelamaan ajaran Islam yang sebenarnya -yakni ajaran Islam yang berasal dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala kemudian disampaikan kepada manusia oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam- akan hilang dan digantikan ajaran yang dibuat-buat oleh manusia. Padahal ajaran Islam ini hanya berasal dari Allah dan Rasul-Nya Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, berdasarkan ayat di atas.

Oleh sebab itulah, maka sebagian dari 'ulama Salaf, di antaranya adalah Ibnu 'Abbas radhiyallaahu 'anhuma mengatakan:

Tidaklah datang suatu zaman, melainkan mereka akan mengada-ada perbuatan bid'ah dan mereka mematikan Sunnah. Sehingga akhirnya bid'ahlah yang akan hidup dan diketahui oleh manusia, sedangkan Sunnah-sunnah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam justru akan mati. (138)

Hassan bin 'Athiyyah mengatakan:

Tidaklah suatu kaum berbuat sebuah bid'ah dalam agama mereka, melainkan Allah akan menghilangkan dari Sunnah yang semisal dengan perbuatan bid'ah itu, sehingga Allah tidak lagi mengembalikan (menghidupkan) Sunnah yang dihilangkan itu kepada mereka.

Oleh sebab itu seorang 'ulama Mesir yang pernah menjabat sebagai Syaikh al-Azhar yang bernama Syaikh Mahmud Saltut mengatakan dalam kitabnya al-Bid'ah Asbabuha wa madharuha halaman 57:

Adapun bahaya yang akan ditimbulkan akibat perbuatan bid'ah bagi agama adalah akan tersembunyinya banyak hukum-hukum agama dan menjadi buruk gambaran indah yang ada pada agama Islam ini. Pertama: Bid'ah itu adalah salah satu penyebab hilang dan berubahnya ajaran agama. Dan kedua: Bid'ah itu adalah salah satu penyebab berpalingnya manusia dari ajaran agama dan sekaligus membuat buruk gambaran indah yang ada pada ajaran agama Islam. Hal ini akan terlihat jelas pada bid'ah yang dibuat-buat oleh para pengikut tarikat-tarikat sufi dan yang selainnya. Yang semua bid'ah yang dibuat-buat itu membuat buruk gambaran dan citra yang ada pada ajaran Islam yang agung dan indah ini. Dengan semakin banyak tersebarnya perkara bid'ah, maka bid'ah itu akan terpatri dalam hati manusia, dan dianggap sebagai ajaran agama, sehingga nantinya ia akan menjadi ajaran yang diikuti oleh manusia. Dan semakin luas dan besar bid'ah itu tersebar, maka semakin hilanglah ajaran agama yang sebenarnya yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya. (139)

Bila kita telah mengetahui bahaya besar yang ditimbulkan dari perbuatan bid'ah seperti yang diterangkan oleh para 'ulama di atas. Maka hendaknya kita dapat memahami, mengapa para 'ulama terus menerus dari masa ke masa memperingati kaum Muslimin agar mereka menjauhi perbuatan bid'ah -seperti maulidan ini- sejauh-jauhnya.

Dan seandainya tidak ada bahaya dari perbuatan bid'ah kecuali satu bahaya ini saja, maka hal itu sudah cukup bagi kita untuk menjauhinya dan melarang kaum Muslimin dari perbuatan bid'ah.

Bila kita telah mengetahui bahwa merayakan maulid itu adalah perbuatan yang tidak pernah dicontohkan dan ditetapkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, maka tahulah kita bahwa perayaan maulidan itu termasuk perbuatan bid'ah, yang berarti pelakunya tertuduh telah melakukan perombakan ajaran agama Islam dan telah mensyari'atkan amalan yang tidak pernah disyari'atkan oleh Allah dan Rasul-Nya Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Dan itu juga berarti bahwa merayakan maulidan itu terlarang dalam Islam.

Dalil ketiga:

Firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala:

... Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.
(Qur-an Surah an-Nur (24): ayat 63)

Berdasarkan ayat di atas, maka para pelaku bid'ah diancam akan ditimpa adzab yang pedih di dunia.

Al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan "adzab yang pedih" yang tercantum dalam ayat di atas adalah adzab di dunia. Wallaahu a'lam

Maka kita dapat menyimpulkan bahwa di antara sekian banyak penyebab turunnya adzab dan musibah yang turun silih berganti di negeri kita saat ini adalah lantaran kaum Muslimin telah meninggalkan cara beragamanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan di antaranya adalah dengan mereka marak merayakan perayaan maulidan (hari ulang tahun Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam).

Bila kita telah mengetahui bahwa merayakan maulid itu adalah perbuatan yang tidak pernah dicontohkan dan ditetapkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, maka tahulah kita bahwa perayaan maulidan itu termasuk perbuatan bid'ah, yang pelakunya berarti diancam dengan adzab di dunia. Dan itu juga berarti bahwa merayakan maulid itu terlarang dalam Islam.

Bersambung...

===

(138) Lihat kitab 'Ilmu Ushulil Bida' halaman 288.

(139) Lihat nukilannya dalam kitab 'Ilmu Ushulil Bida' halaman 287-288 karya Syaikh 'Ali al-Halabi.

===

Maraji'/ Sumber:
Judul buku: Benarkah Shalahuddin al-Ayubi merayakan Maulid Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam?, Penulis: Ustadz Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa rahimahullaah, Muraja'ah: Ustadz 'Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullaah, Penerbit: Maktabah Mu'awiyah bin Abi Sufyan, Jakarta - Indonesia, Cetakan ketiga, Syawwal 1435 H/ Agustus 2014 M.

===

Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT