Skip to main content

Faedah dari kisah Isra' dan Mi'raj (2)

Faedah dari kisah Isra' dan Mi'raj (2)

Faedah hadits

Hadits yang agung ini memberikan gambaran tentang kejadian yang terjadi dalam Isra' dan Mi'raj, sehingga perlu kita ambil sebagian faedah darinya, di antaranya adalah:

1. Kisah pembelahan dada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.

Kejadian ini dialami Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dua kali. Pertama, ketika masa kanak-kanak di pedalaman Bani Sa'ad. Dijelaskan secara tegas dalam riwayat Imam Abu Nu'aim dalam kitab Bidayah wan Nihayah:

Ibu susuanku berasal dari suku Bani Sa'ad bin Bakr. Suatu ketika aku dan anak ibu susuanku berangkat menggembalakan ternak kami dalam keadaan tidak membawa perbekalan. Aku berkata, "Wahai saudaraku, pergilah mengambil perbekalan dari ibu kita." Lalu saudaraku tersebut berangkat mengambil perbekalan kami dan aku tinggal menunggu bersama ternak. Datanglah kepadaku dua burung putih mirip elang. Salah satunya berkata kepada temannya, "Apakah dia itu yang kita cari?" Dijawab, "Ya." Lalu keduanya turun mendekatiku dan menarikku serta menelentangkanku. Keduanya membelah perutku, kemudian mengeluarkan hatiku (jantung) dan membelahnya, lalu mengeluarkan dua gumpalan darah hitam. Salah satu dari keduanya berkata kepada temannya, "Ambilkan air salju." Lalu mencuci perutku. Kemudian berkata lagi, "Ambilkan air es." Lalu keduanya mencuci jantungku. Kemudian berkata lagi, "Ambilkan ketenangan." Lalu dimasukkan ke jantungku. Lalu berkata lagi kepada temannya, "Jahitlah." Lalu dia menjahitnya kembali dan memberikan kepada jantungku tanda kenabian. Lalu salah satu dari mereka berkata kepada temannya, "Letakkanlah dia di satu anak timbangan dan seribu ummatnya di anak timbangan yang lainnya!" Seketika itu aku melihat seribu orang tersebut telah berada di atasku, aku khawatir sebagian mereka menimpaku." (3)

Imam Muslim pun mengisahkan hal ini dengan ringkas tanpa menyebut tempat kejadiannya, sebagaimana dalam riwayat Anas bin Malik radhiyallaahu 'anhu, beliau berkata:

Sesungguhnya Jibril 'alaihis salaam mendatangi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, ketika beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sedang bermain dengan anak-anak, lalu mengambilnya dan menjatuhkannya dan membelah dadanya. Kemudian mengeluarkan hati beliau dan mengambil gumpalan darah darinya. Jibril berkata, "Ini bagian syaithan dari tubuhmu." Lalu dia (Jibril) mencucinya dengan air zam-zam di bejana emas. Setelah itu menjahit dan mengembalikannya ke tempat semula (beliau bermain). Anak-anak berlari menemui ibunya -yakni ibu susuan beliau- dan berkata, "Muhammad telah dibunuh." Lalu mereka menemuinya kembali dalam keadaan pucat pasi. Anas berkata lagi, "Aku telah melihat bekas jahitan di dadanya."
(Riwayat Imam Muslim nomor 411)

Kedua, ketika beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berisra' dan mi'raj, sebagaimana dalam hadits isra' di atas.

Bagian tubuh yang dibelah yaitu bagian leher (tempat kalung) sampai bagian bawah perut. Sebagaimana dalam riwayat Malik bin Sha'shaah, beliau berkata,

Lalu dia membelah dari leher sampai bagian bawah perut.
(Riwayat Imam al-Bukhari nomor 3207)

Imam adz-Dzahabi menyebutkan riwayat yang menunjukkan kejadian ini terjadi dua kali, sewaktu kanak-kanak dan sewaktu isra' dan mi'raj. (4)

Memang, sebagian kaum rasionalis didikan orientalis menolak kisah ini dengan berbagai dalih. Cukuplah yang disampaikan Ibnu Hajar menjadi bantahan terhadap mereka, beliau berkata, "Semua hadits yang menjelaskan peristiwa pembelahan dada dan pembersihan hati Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, serta kejadian di luar adat kebiasaan (mukjizat) yang lainnya termasuk hal yang wajib diterima tanpa mencoba memalingkannya dari hakikatnya." (5)

Di antara hikmah kejadian ini ialah:

a. Pemberitahuan dan persiapan kemaksuman Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sejak kecil secara fisik, agar lebih memudahkan manusia beriman dan membenarkan risalahnya.

b. Dengan peristiwa ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mempersiapkan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk menerima wahyu.

c. Merupakan isyarat penjagaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala pada Nabi-Nya dari kejelekan jiwa dan was-was syaithan dengan membersihkan hati beliau.

Bersambung...

===

(3) Kitab Sirah Nabawiyyah fi dhui mashadiril ashliyah, dinukil dari kitab Bidayah wan nihayah 2/299. Penulis buku (Dr. Mahdi Rizqullah) berkata, "Imam adz-Dzahabi mengatakan dalam kitab Asirah an-Nabawiyyah halaman 38, bahwa hadits ini shahih."

(4) Imam adz-Dzahabi, kitab Siyar A'lam Nubala, bagian Sirah Nabawiyyah halaman 51.

(5) Al-Hafizh Ibnu Hajar, kitab Fat-hul Baari 15/52 nomor 3887.

===

Maraji'/ Sumber:
Majalah as-Sunnah, Upaya menghidupkan sunnah, Edisi 06/ Tahun VI/ 1423-2002 M.

===

Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT