Isra' dan Mi'raj Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dengan jasadnya? (2)
Bagaimana sebenarnya?
Ibnu Ishaq (seorang tokoh 'ulama Sirah Nabawiyyah, wafat sekitar tahun 152 H) yang meriwayatkan dari 'Aisyah dan Mu'awiyah radhiyallaahu 'anhum; bahwa Isra' Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam terjadi dengan ruhnya, dan tidak kehilangan jasadnya. Demikian kalimatnya. (5)
Sepintas, pernyataan beliau berdua menunjukkan, Isra' Mi'raj Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam hanya dengan ruhnya saja, tanpa jasad. Tetapi kebenaran riwayat ini yang dikatakan berasal dari 'Aisyah dan Mu'awiyah, dibantah oleh Imam al-Albani rahimahullaah. Beliau mengatakan, "Riwayat itu tidak shahih berasal dari 'Aisyah dan Mu'awiyah. Karena itu, tidak memerlukan penafsiran lebih lanjut tentang maksud riwayat tersebut." (6)
Kalaupun hadits itu dianggap shahih, maka masih memerlukan pembahasan lebih lanjut. Itulah sebabnya, Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullaah dalam kitab Zaad al-Ma'ad halaman 36, Imam Ibnu Abi Izz dalam kitab Syarh al-'Aqidah ath-Thahawiyyah halaman 224 dan 'ulama lain memberikan keterangan berikut, "Akan tetapi, perlu dimengerti perbedaannya jika dikatakan, Isra' terjadi dalam keadaan tidur (mimpi) dengan Isra' terjadi dengan ruhnya tanpa jasadnya. Antara kedua kalimat itu ada perbedaan besar. Yang dikatakan 'Aisyah dan Mu'awiyah ialah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berisra' dengan ruhnya, sementara beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak kehilangan jasadnya.
Apa yang dilihat oleh orang yang tengah tidur (mimpi)? Kadang hanya merupakan permisalan-permisalan dari bentuk-bentuk riil yang ada di alam nyata (artinya bukan hakiki, -peny). Kalau isra' Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dikatakan hanya dalam mimpi, berarti beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam hanya melihat dalam tidur belaka; seakan-akan beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dibawa naik ke atas langit dan diperjalankan dari Makkah ke Baitul Maqdis, (sementara) sebenarnya ruhnya tidak naik ke atas. Hanya malaikat pengurus mimpi yang memberikan gambaran-gambaran tentang Isra' Mi'raj tersebut.
Padahal yang sebenarnya dimaksud oleh 'Aisyah dan Mu'awiyah, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bukan berisra' dalam keadaan tidur (mimpi). Tetapi yang dimaksud ialah ruh Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam itulah yang diperjalankan (ke Baitul Maqdis dan kemudian ke Sidratul Muntaha). Ruh itu memisahkan diri dari jasad Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian (sesudah itu) kembali lagi. Beliau berdua menjadikan hal ini termasuk keistimewaan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Selain Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak akan mengalami kecuali setelah mati.
Bersambung...
===
(5) Lihat kitab Syarh al-'Aqidah ath-Thahawiyyah, tahqiq Jama'ah min al-'Ulama. Takhrij Imam al-Albani, cetakan 9/1408 H/ 1988 M, penerbit al-Maktab al-Islami, halaman 223-224. Juga kitab Zaad al-Ma'ad halaman 36.
(6) Lihat catatan kaki kitab Syarh al-'Aqidah ath-Thahawiyyah halaman 224.
===
Maraji'/ Sumber:
Majalah as-Sunnah, Upaya menghidupkan sunnah, Edisi 06/ Tahun VI/ 1423-2002 M.
===
Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT