Skip to main content

Perkara yang Disunnahkan untuk Dikerjakan pada Hari-hari tersebut | Keutamaan 10 Dzulhijah

فضل عشر ذي الحجة.

Syaikh 'Abdulloh bin 'Abdurrohman Al-Jibrin, Syaikh Muhammad bin Sholih Al-'Utsaimin.

Keutamaan 10 Dzulhijah.

Keutamaan Hari-hari yang Sepuluh pada Bulan Dzulhijah.

Perkara yang Disunnahkan untuk Dikerjakan pada Hari-hari tersebut.

1. Sholat.

Disunnahkan untuk bersegera dalam melaksanakan hal-hal yang fardhu (wajib) dan memperbanyak amalan-amalan sunnah, karena itu adalah sebaik-baik cara untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Telah diriwayatkan dari Tsauban rodhiyallohu 'anhu, ia berkata, "Saya mendengar Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:

'Hendaklah kamu memperbanyak sujud untuk Alloh. Karena kamu tidak bersujud kepada Alloh sebanyak satu kali sujud kecuali Alloh akan mengangkatmu satu derajat dan Alloh akan menghapuskan darimu satu kesalahan.'" (HR. Muslim)

Ketetapan ini berlaku umum, untuk segala waktu.

2. Puasa.

Karena ia termasuk dalam amalan-amalan sholih. Telah diriwayatkan dari Hunaidah bin Kholid dari istrinya, dari beberapa istri Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam, ia berkata:

"Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijah, hari 'Asyuro (tanggal 10 bulan Muharrom) dan tiga hari setiap bulan (tanggal 13, 14, 15)." (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa'i)

Imam An-Nawawi berkomentar tentang puasa di sepuluh hari bulan Dzulhijah, "Bahwasanya itu sangat disunnahkan dengan kuat."

3. Takbir, tahlil dan tahmid.

Berdasarkan apa yang diriwayatkan di dalam hadits Ibnu 'Umar (rodhiyallohu 'anhuma) yang telah lalu:

"Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid."

Imam Bukhori rohimahulloh berkata, "Ibnu 'Umar dan Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhuma keluar ke pasar di hari-hari yang sepuluh bulan Dzulhijah dan bertakbir, maka orang-orang bertakbir mengikuti takbir kedua orang itu."

Dia juga berkata, "Umar bertakbir di kubahnya sampai orang-orang masjid mendengarnya, maka mereka bertakbir dan bertakbir pula orang-orang yang ada di pasar-pasar sampai gemuruh takbir itu menguasai pendengaranku."

Ibnu 'Umar bertakbir di Mina pada hari-hari itu, bertakbir juga setelah melakukan sholat, saat berada di atas ranjangnya, di perkemahannya, di majelisnya, dan di waktu berjalan di jalan-jalan sepanjang hari-hari itu. Disunnahkan pula untuk bertakbir dengan suara yang keras berdasarkan perbuatan 'Umar, anak lelakinya dan Abu Huroiroh.

Maka yang layak bagi kita umat Islam adalah mengadakan penghormatan terhadap waktu-waktu ini yang telah tersia-siakan di zaman sekarang ini dan hampir-hampir dilupakan bahkan oleh orang-orang sholih dan orang-orang baik sekalipun. Sangat disayangkan memang, sedemikian kontradiktif dengan apa yang telah dilakukan oleh kalangan Salafus Sholih.

Bentuk takbir.

Telah terdapat riwayat tentang bentuk-bentuk takbir yang diriwayatkan oleh para sahabat dan tabi'in diantaranya:

اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا

اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَ اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرُ وَ لِلَّهِ الْحَمْدُ.

اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَ اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَ لِلَّهِ الْحَمْدُ.

* Allohu akbar. Allohu akbar. Allohu akbar kabiro.

* Allohu akbar. Allohu akbar. La ilaha illallohu wallohu akbar. Allohu akbar, wa lillahil hamdu.

* Allohu akbar. Allohu akbar. Allohu akbar. La ilaha illallohu wallohu akbar. Allohu akbar, Allohu akbar, wa lillahil hamdu.

4. Puasa hari 'Arofah.

Puasa hari 'Arofah ini dikuatkan dengan apa yang diriwayatkan dari Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda tentang puasa hari 'Arofah:

"Aku mengharapkan pahala dari Alloh agar Dia berkenan mengampuni dosa setahun sebelumnya dan setahun yang sesudahnya." (HR. Muslim)

Tetapi barangsiapa berada di 'Arofah yakni sedang melaksanakan 'ibadah haji, maka ia tidak disunnahkan untuk berpuasa, karena Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam melakukan wukuf di 'Arofah dalam keadaan tidak berpuasa.

5. Keutamaan hari Nahr (hari penyembelihan, 'Idul Adha).

Kebanyakan muslimin melalaikan hari yang agung ini. Salah satu bentuk keagungan dan keutamaan hari itu adalah berkumpulnya muslimin dalam jumlah yang sangat banyak. Sebagian 'ulama berpendapat bahwa hari itu merupakan hari yang paling afdhol dibandingkan hari-hari lainnya dalam satu tahun secara mutlak, bahkan termasuk hari 'Arofah sekali pun. Ibnul Qoyyim berkata, "Sebaik-baik hari di hadapan Alloh adalah hari Idul Adha dan ia merupakan hari haji terbesar (hajjul akbar)." Seperti yang disebutkan dalam Sunan Abu Dawud, bahwa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Bahwasanya hari yang paling agung di hadapan Alloh adalah hari Idul Adha kemudian hari qorr."

Hari qorr adalah hari menetap di Mina yaitu hari kesebelas dari bulan Dzulhijah, tetapi pendapat yang lain mengatakan bahwa hari 'Arofah lebih utama daripada itu, karena puasa hari itu menghapuskan dosa dua tahun (setahun yang telah lewat dan setahun yang akan datang -ed.), tiada hari yang Alloh akan membebaskan hamba lebih banyak daripadanya, yaitu di hari 'Arofah. Karena Alloh Subhanahu wa Ta'ala mendekat kepada hamba-hamba-Nya pada hari itu kemudian Dia membanggakan para pelaku wukuf di 'Arofah itu di hadapan sekalian Malaikat-Nya. Yang benar adalah pendapat yang pertama, karena hadits yang menunjukkan hal itu tidak bertentangan dengan dalil mana pun juga.

Sama saja apakah hari itu yang lebih utama atau hari 'Arofah, maka hendaknya seorang muslim bersungguh-sungguh, baik yang sedang melaksanakan 'ibadah haji maupun orang yang bertempat tinggal (mukim) di sana untuk mendapatkan keutamaannya dan mempergunakan kesempatan itu sebaik-baiknya.

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: فضل عشر ذي الحجة, Penulis: Syaikh 'Abdulloh bin 'Abdurrohman Al-Jibrin, Syaikh Muhammad bin Sholih Al-'Utsaimin, Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun, Judul Terjemahan: Ibadah Kurban, Keutamaan dan Koreksi Atas Berbagai Kesalahannya, Keutamaan 10 Dzulhijah, Penerjemah: Muhammad Basyirun, Editor: Irwan Raihan, Muhammad Albani, Penerbit: Al-Qowam, Solo - Indonesia, Cetakan I, Desember 2004 M.

===

Pertama kali disalin pada hari Selasa - Sabtu, 2 - 6 September 2014 M, dan direvisi pada hari ini.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT