Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullah.
Penulis Syarah: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah.
Penyusun: Syaikh Fahd bin Nashir bin Ibrahim as-Sulaiman.
Syarah Tsalaatsatul Ushuul.
Mengenal Allah, Rasul dan Dinul Islam.
Penjelasan Singkat Tentang Ilmu-ilmu yang Wajib Diketahui Setiap Muslim.
Syarah Tsalatsatul Ushul.
Ketahuilah, rahimakallah 1), sesungguhnya wajib bagi kita mempelajari empat masalah 2). Pertama, ilmu 3), yaitu mengenal Allah 4), kemudian mengenal Nabi-Nya 5), dan mengenal Dinul Islam 6) berdasarkan dalil-dalil 7); kedua, mengamalkannya 8); ketiga, mendakwahkannya 9); keempat, bersabar terhadap gangguan di dalamnya 10).
===
Syarah:
7) Dalil adalah sesuatu yang menunjukkan kepada yang dikehendaki. Dalil untuk mengetahui ilmu, terdiri dari dalil sam'i dan 'aqli. Dalil sam'i didasarkan kepada wahyu, yaitu Al-Kitab dan As-Sunnah, sedangkan dalil 'aqli ditegaskan melalui pemikiran dan pengamatan. Dalil untuk mengenal Allah, banyak terdapat dalam kitab-Nya. Sering Allah berfirman, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya... begini dan begini..." Banyak pula dalil 'aqli yang menunjukkan kepada Allah 'Azza wa Jalla.
Adapun mengenal Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) dengan dalil-dalil sam'i adalah seperti dalam firman Allah 'Azza wa Jalla,
"Muhammad adalah utusan Allah. Dan orang-orang yang bersama dengannya..." (QS. Al-Fath [48]: 29)
"Muhammad hanyalah seorang Rasul. Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa Rasul..." (QS. Ali 'Imraan [3]: 144)
Adapun dengan dalil 'aqli adalah dengan memikirkan dan memperhatikan mukjizat-mukjizat beliau, yang terbesar di antaranya adalah Kitabullah yang mengandung berita-berita benar dan bermanfaat serta hukum-hukum yang mewujudkan perbaikan dan keadilan; kemudian beberapa peristiwa luar biasa yang terjadi pada beliau; serta kabar-kabar yang beliau sampaikan mengenai perkara ghaib yang tidak mungkin bisa beliau beritahukan kecuali berdasarkan informasi dari wahyu Allah dan sebagiannya telah dibuktikan oleh beberapa peristiwa yang terjadi.
8) Mengamalkannya artinya melaksanakan konsekuensi-konsekuensi pengetahuan tersebut, yaitu beriman kepada Allah dan menaati-Nya dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya, baik dalam ibadah khaashah maupun ibadah muta'adiyah. Contoh ibadah khaashah adalah shalat, puasa, haji. Sedangkan contoh ibadah muta'adiyah adalah amar makruf nahi munkar, jihad fi sabilillah, dan sebagainya.
Hakikatnya, amal adalah buah ilmu. Siapa beramal tanpa ilmu, ia seperti orang nashrani, dan siapa berilmu namun tidak beramal, ia menyerupai orang yahudi.
9) Mendakwahkannya maksudnya mendakwahkan syariat Allah yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Tahapannya ada tiga atau empat. Firman Allah:
"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik..." (QS. An-Nahl [16]: 125)
Sedangkan tahapan dakwah keempat adalah sebagaimana firman Allah:
"Dan jangan berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara paling baik kecuali yang berlaku zhalim..." (QS. Al-'Ankabuut [29]: 46)
Seorang yang berdakwah harus memiliki ilmu tentang syariat Allah 'Azza wa Jalla, sehingga dakwah yang dilakukannya tegak di atas landasan ilmu dan bashirah, 'hujah nyata'. Hal ini berdasarkan firman Allah:
"Katakan, 'Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah nyata. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS. Yuusuf [12]: 108)
Bashirah dalam dakwah akan terwujud jika seorang dai memiliki ilmu tentang hukum syar'i, metode dakwah, dan keadaan sasaran dakwah.
Dakwah meliputi banyak bidang, di antaranya melalui khutbah dan ceramah, makalah, halaqah ilmu, penulisan buku, dan majelis khusus, misalnya seseorang berada dalam sebuah majelis untuk berdakwah. Inilah bidang-bidang dakwah. Namun hendaknya dakwah dilakukan dengan cara yang tidak membosankan dan tidak memberatkan. Caranya, misalnya seorang dai terlebih dulu memaparkan permasalahan secara ilmiah di hadapan orang-orang yang hadir di majelis, kemudian mulailah dilangsungkan dialog. Dialog dan tanya jawab memang memiliki peran besar dalam membantu memahami dan memahamkan apa yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Terkadang metode ini lebih efektif dibandingkan khutbah atau ceramah yang disampaikan dari satu arah.
Berdakwah mengajak kepada Allah 'Azza wa Jalla adalah tugas para Rasul dan merupakan jalan orang-orang yang meniti jejak mereka dengan baik. Jika Allah telah memberikan taufik kepada seseorang untuk mengenal Allah sebagai ma'buud (yang diibadahinya), mengenal Nabi-Nya, dan mengenal agamanya; hendaklah ia berusaha menyelamatkan saudara-saudaranya dengan mengajak mereka kepada agama Allah dan menyebarkan kebaikan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada 'Ali bin Abi Thalib (radhiyallahu 'anhu) pada masa Perang Khaibar:
"Bergeraklah perlahan-lahan sehingga kamu tiba di wilayah mereka, kemudian ajaklah mereka masuk Islam. Beritahulah mereka tentang hak Allah yang wajib mereka tunaikan dalam Islam. Demi Allah, sungguh jika Allah memberikan petunjuk kepada seseorang lantaran dirimu, itu lebih baik bagimu daripada unta yang merah-merah." (2)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:
"Barangsiapa mengajak kepada petunjuk, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapatkan dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun." (3)
Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:
"Siapa menunjukkan kebaikan, niscaya memperoleh pahala seperti pelakunya." (4)
Baca selanjutnya:
Kembali ke Daftar Isi Buku ini.
Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.
===
(2) HR. Al-Bukhari dalam Kitaabul Jihaad, Bab: "Du'aaun Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ilal Islam wan Nubuwwah"; dan Muslim dalam Kitaab Fadhaailish Shahaabah, Bab: "Fadhaailu 'Ali Ibni Abi Thalib radhiyallahu 'anhu". Hadits ini disepakati keshahihannya.
(3) HR. Muslim dalam Kitaabul 'Ilmii, Bab: "Man Sanna Sunnatan Hasanatan au Sayyiatan."
(4) HR. Muslim, Kitaabul Imaarah, Bab: "Fadhlu I'aanatil Ghaazii fii Sabiilillaah bi Markuub wa Ghairihi".
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: Syarh Tsalaatsatil Ushuul, Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullah, Penulis Syarah: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah, Penyusun: Syaikh Fahd bin Nashir bin Ibrahim as-Sulaiman, Penerbit: Darul Tsarya, Riyadh - Kerajaan Arab Saudi, Cetakan III, Tahun 1997 M, Judul Terjemahan: Syarah Tsalaatsatul Ushuul (Mengenal Allah, Rasul dan Dinul Islam, Penjelasan Singkat Tentang Ilmu-ilmu yang Wajib Diketahui Setiap Muslim), Penerjemah: Hawin Murtadlo, Salafuddin Abu Sayyid, Editor: Muhammad Albani, Penerbit: Al-Qowam, Sukoharjo - Indonesia, Cetakan XIII, Maret 2016 M.
===
Wakaf dari Ibu Anny - Jakarta untuk Perpustakaan Baitul Kahfi Tangerang.
Semoga Allah menjaganya dan memudahkan segala urusan kebaikannya.
===
Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT