Skip to main content

Kiai Meruqyah jin Berakting: Siapakah Orang Shalih Itu? (4)

Kiai Meruqyah jin Berakting

Ruqyah

Siapakah Orang Shalih Itu? (4)

f) As-Saajiduun (ahli sujud). Sujud merupakan puncaknya kerendahan diri di hadapan Ilahi. Orang yang merendahkan diri akan diangkat oleh Allah. Semakin dia merendah di hadapan-Nya maka semakin diangkat pula setinggi-tingginya. Maka dengan banyak sujud seorang pemimpin akan semakin naik sekaligus mampu melihat ke bawah, bahkan dunia serta kenikmatannya berada di bawahnya, sehingga daya tarik duniawi tidak akan mampu menipu atau menariknya, akan tetapi semua daya tarik duniawi akan dia gunakan untuk kehidupan ukhrawi. Dengan demikian dia akan semakin mampu memimpin dan mengatasi masalah. Dengan banyaknya melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi ummat, gagasannya pun akan semakin mudah untuk diterima oleh masyarakat. Karena itu, sujud merupakan bekal utama bagi seorang hamba yang akan melangkah untuk mengatasi masalah. Siapa pun tidak layak dicalonkan untuk menjadi pemimpin selain ahli sujud kepada Allah.

g) Al-Aamiruuna bil ma'ruuf (selalu menyuruh kepada yang ma'ruf). Setelah dia memiliki sifat ahli sujud, semangat untuk mengajak orang lain ke jalan yang benar akan terus meningkat. Dia tidak akan pernah ragu untuk menyuruh berbuat ma'ruf karena dia sendiri suka berbuat baik. Menyuruh kepada kebaikan sudah menjadi kesenangan setiap saat, Allah telah menyediakan tempat yang mulia untuk semua hamba-Nya, karena itu dia tidak rela kalau berbuat baik hanya dirinya sendiri. Apalagi menyuruh berbuat baik merupakan kewajiban. Barangsiapa yang tidak mau menyuruh orang lain untuk berbuat baik, berarti dia tidak melaksanakan sebagian kewajiban.

h) An-Naahuuna 'anil munkar (mencegah perbuatan munkar). Sebagai seorang yang menyadari akan pentingnya ketenangan ibadah, berlanjutnya dakwah, keharmonisan hidup bermasyarakat, dan berjuang untuk mewujudkannya, tentu dia akan menghadapi tantangan berupa kemungkaran yang sudah tersebar ditambah dengan tantangan yang merintangi perjalanan dakwah yang dilakukannya. Maka akan bertambah beratlah tugasnya sebagai pembina ummat. Ketika dia menghadapi tantangan dia tidak akan tinggal diam, akan tetapi dia akan menjadikannya sebagai tambahan amal. Dia tidak akan membiarkan kemungkaran tersebar terus, melainkan dia akan mencurahkan segala upaya untuk memberantas kemungkaran tersebut. Hal ini dia lakukan demi keselamatan bersama. Orang yang membiarkan kemungkaran tersebar, secara tidak langsung sama artinya dengan menyetujui kehancuran ummat. Orang seperti itu sangat tidak layak untuk menjadi imam atau pemimpin. Dengan demikian seseorang akan layak menjadi calon imam kalau dia sudah terbukti berjuang memberantas kemungkaran.

i) Al-haafi-zhuuna lihuduu dillaah (senantiasa memelihara batas-batas Allah). Kendatipun seseorang terus berjuang dengan menyuruh kebaikan dan melarang kemaksiatan, dia belum layak untuk menjadi calon imam kalau dia sendiri masih melanggar aturan Allah. Islam sebagai pedoman hidup yang meliputi aqidah, syari'ah dan akhlaq tidak akan dipahami oleh masyarakat banyak kalau sekadar diterangkan melalui lisan. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menerangkan al-Qur-an dengan amal. Karena itu, seseorang tidak dipandang sebagai penyeru kepada kebaikan kalau dia sendiri tidak terlihat sebagai contoh yang dapat diikuti dalam melaksanakan kebaikan, baik bagi dirinya, keluarga atau lingkungannya.

===

Maraji'/ sumber:
Buku: Kiai Meruqyah Jin Berakting, Penulis: K.H. Saiful Islam Mubarak Lc. M.Ag, Editor: Eko Wardhana, Penerbit: PT. Syaamil Cipta Media, Bandung - Indonesia, Cetakan Februari 2004 M.

===

ATAP BAJA RINGAN TERBAIK
Anda membutuhkan atap baja ringan terbaik? Layanan Gratis konsultasi, estimasi biaya, dan survei lokasi.
http://www.bajaringantangerang.com

===

Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog