Skip to main content

Kiai Meruqyah jin Berakting: Siapakah Orang Shalih Itu? (2)

Kiai Meruqyah jin Berakting

Ruqyah

Siapakah Orang Shalih Itu? (2)

(Nabi) Ibrahim ('alaihis salaam) sebagai kekasih Allah telah diangkat menjadi teladan bagi ummat manusia karena beliau telah mendapat ujian dengan beberapa kalimat, dan beliau penuhi ujian tersebut hingga dinyatakan oleh Allah bahwa beliau menjadi pemimpin. Beberapa kalimat yang dimaksud tercantum dalam surat at-Taubah ayat 112 yaitu:

"Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu." (QS. At-Taubah: 112)

a) At-Taa-ibuun (ahli taubat). Taubat bukan sekadar suatu perbuatan melainkan merupakan satu sifat yang tidak pernah terlepas dari diri. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang bertaubat selalu memelihara hubungan dengan Allah, menyadari banyaknya dosa dan kesalahan, dan selalu memohon ampun untuk membersihkan jiwa, bukan orang yang mengaku dirinya sebagai orang suci, karena tidak ada manusia yang suci.

b) Al-'Aabiduun (ahli ibadah). Ibadaha adalah bukti penghambaan diri seseorang di hadapan Rabbnya. Ibadah akan selalu mendidik seseorang untuk merendah dan menganggap dirinya sama dengan hamba lainnya. Dengan demikian dia akan mudah bergaul dengan semua lapisan masyarakat, sehingga mudah dikenal dan mudah berinteraksi. Orang yang menyembunyikan diri, susah dikenal dan susah berinteraksi dengan masyarakat tidak mungkin dapat memikul beban memimpin ummat yang demikian berat. Jadi orang yang layak menjadi calon pemimpin adalah orang yang dikenal masyarakat dan menjadi teladan bagi mereka.

c) Al-haamiduun (yang selalu memuji Allah). Seorang calon pemimpin senantiasa mengakui bahwa semua yang ada pada dirinya adalah milik Allah. Karenanya dia selalu memuji-Nya dan tidak pernah mengharapkan pujian orang. Dia selalu merendakan diri di hadapan-Nya, karena menyadari bahwa semua kenikmatan yang ada pada dirinya bukan miliknya melainkan amanat yang harus dijaga dan dipelihara sesuai dengan aturan-Nya. Semakin banyak kenikmatan yang diterimanya semakin besar pula beban yang dipikulnya. Maka dia tidak pernah berbangga dengan kelebihan yang ada padanya. Orang yang mengharap pujian orang lain tidak layak untuk menjadi pemimpin. Demikian pula orang yang suka memuji dirinya dengan cara apapun. Karena hal tersebut berlawanan dengan sifat al-haamiduun.

===

Maraji'/ sumber:
Buku: Kiai Meruqyah Jin Berakting, Penulis: K.H. Saiful Islam Mubarak Lc. M.Ag, Editor: Eko Wardhana, Penerbit: PT. Syaamil Cipta Media, Bandung - Indonesia, Cetakan Februari 2004 M.

===

ATAP BAJA RINGAN TERBAIK
Anda membutuhkan atap baja ringan terbaik? Layanan Gratis konsultasi, estimasi biaya, dan survei lokasi.
http://www.bajaringantangerang.com

===

Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog