Ruqyah
Praktik Rasul (shallallaahu 'alaihi wa sallam) dan Shahabat (ra-dhiyallaahu 'anhum)
Membaca doa tidak selalu identik dengan berdoa. Semua orang yang mampu membaca huruf Arab pasti mampu membaca doa-doa di atas. Bahkan orang kafir pun banyak yang mampu membaca doa-doa tersebut. Demikian pula halnya dengan setan, sangat mudah bagi mereka untuk sekedar membacakan doa dan menyuruh seorang muslim untuk membacanya, yang membedakan antara bacaan Rasul (shallallaahu 'alaihi wa sallam) dengan orang lain adalah kondisi sewaktu doa itu dibacakan. Sebagaimana ibadah lainnya, dengan shalat Rasulullah (shallallaahu 'alaihi wa sallam) telah mampu memberantas kemaksiatan, karena shalat dapat mencegah perbuatan buruk dan mungkar. Kendati jumlah shahabat Rasul (shallallaahu 'alaihi wa sallam) di Makkah dan Madinah tidak sebanyak ummat Islam di Indonesia namun shalat yang mereka lakukan telah mampu memberantas kemaksiatan dan kemusyrikan. Sementara ummat Islam di tanah air, betapapun banyak jumlah kita tetapi belum mampu memberantas kemaksiatan yang justru semakin hari kian bertambah.
Seperti diungkapkan di atas, para shahabat (ra-dhiyallaahu 'anhum) telah meruqyah seorang yang terkena gigitan kalajengking, dan Allah memberi kesembuhan kepada penderita tersebut seusai shahabat tersebut membaca surat al-Fatihah.
Perlu digarisbawahi bahwa kondisi shahabat ketika meruqyah:
1. Sedang berada dalam perjalanan jihad fi sabilillah, melaksanakan perintah Rasul (shallallaahu 'alaihi wa sallam) untuk berjuang menyebarkan agama tauhid.
2. Sedang memiliki hati yang bersih, aman dari rayuan nikmat duniawi, sehingga ketika mendapat hadiah, alih-alih tergiur malah segera menghadap Rasulullah (shallallaahu 'alaihi wa sallam).
3. Menghadap kepada Rasul (shallallaahu 'alaihi wa sallam) bukan untuk bertanya tentang hukum imbalan yang telah disediakan pasien melainkan untuk bertanya tentang diri dan perbuatannya. Kendati telah terbukti hasilnya tetapi tetap ada kekhawatiran sebelum mendapat restu dari Rasul.
4. Pertanyaan shahabat tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan secara lahir berupa kesembuhan tidak otomatis menunjukkan bahwa perbuatan tersebut sesuai dengan ajaran Islam. Karena itu ruqyah yang dilakukan pada zaman sekarang juga tidak terlepas dari dua kemungkinan: yaitu berkat pertolongan Allah dengan keridhaan-Nya, atau atas pertolongan setan untuk menggoda manusia dengan cara lain.
5. Sebelum shahabat melakukan ruqyah, rekan-rekannya yang lain tidka mengetahui apa yang akan dia lakukan, karena dia memang tidak dikenal sebagai ahli ruqyah. Tidak terdengar dari kalangan shahabat ada ahli meruqyah, baik pada zaman Rasulullah (shallallaahu 'alaihi wa sallam) masih hidup ataupun sesudah beliau wafat.
Kiranya perlu dikaji bila seseorang sibuk meruqyah hingga meninggalkan kegiatan yang biasa dia lakukan sebelumnya, seperti mengajar dalam satu lembaga atau melakukan kegiatan lainnya, terutama kegiatan yang terprogram dan bermanfaat bagi kepentingan orang banyak dan berkesinambungan. Sungguh senang setan bila dia dapat mengalihkan kegiatan seseorang yang lebih bermanfaat bagi dakwah secara menyeluruh menjadi orang yang sibuk dengan kegiatan yang terpusat untuk kepentingan orang tertentu. Maka sangat mungkin bagi setan untuk memperbanyak pasien agar dengan kesibukan ini seorang dari justru menjauh sedikit demi sedikit dari tarbiyah dan dakwah. Kalaupun dia terus berupaya memelihara hubungan dengan dakwah, namun hasil dakwahnya ternodai dengan keyakinan tidak tepat yang tersebar di kalangan masyarakat.
===
Maraji'/ sumber:
Buku: Kiai Meruqyah Jin Berakting, Penulis: K.H. Saiful Islam Mubarak Lc. M.Ag, Editor: Eko Wardhana, Penerbit: PT. Syaamil Cipta Media, Bandung - Indonesia, Cetakan Februari 20m04 M.
===
RANGKA BAJA RINGAN TERBAIK
Anda membutuhkan rangka baja ringan terbaik di Tangerang? Kami siap membantu Anda. Layanan GRATIS konsultasi, estimasi biaya, dan survei lokasi.
http://www.bajaringantangerang.com
===
Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT