Skip to main content

Kiai Meruqyah jin Berakting: Kesurupan Mengundang Ahli Ruqyah

Kiai Meruqyah jin Berakting

Ruqyah

Kesurupan Mengundang Ahli Ruqyah

Pada suatu hari saya menghadiri suatu pertemuan dengan tujuan bersilaturrahmi. Sebelum acara dimulai, diperdengarkan kepada para tamu yang sudah hadir satu rekaman pengobatan terhadap seseorang yang kesurupan. Terdengar dari kaset tersebut bacaan ayat-ayat al-Qur-an seperti ayat kursi, surat al-Falaq, surat an-Nas dan lainnya yang dipimpin seorang tokoh. Maka tidak lama kemudian orang yang kesurupan itu berteriak: panas, panas, panas, tidak tahan. Melihat reaksi pasien demikian maka imam pun segera menghentikan jama'ah dari bacaannya untuk meneliti orang kesurupan itu. Maka berlangsunglah dialog sebagai berikut:

Imam: Siapa kamu?

Pasien: Tidak perlu kamu tahu!

Imam: Jelas aku dari golongan jin, aku datang dari Libanon.

Imam: Mengapa kamu mengganggu orang, apa agamamu?

Pasien: Aku tidka mau mendengar agama, aku ingin hidup bebas tidak mau terikat dengan apapun.

Imam: Jadi kamu adalah kafir?

Pasien: Itu urusanku!

Imam: Kamu percaya kepada Allah atau tidak?

Pasien: Ah, percaya atau tidak, nggak ada hubungan dengan kamu!

Imam: Kalau begitu kamu ahli Neraka! Kamu akan mendapatkan siksaan yang sangat pedih. Kamu akan menderita untuk selamanya, kalau kamu tidak beriman. Saya ingatkan kamu agar kamu tidak menyesal pada hari kemudian. Kamu harus masuk agama Islam dengan membaca dua kalimat syahadat. Kalau tidak, kamu akan celaka di dunia dan akhirat.

Perdebatan terus berlangsung. Terkadang sang imam mengeluarkan dalil-dalil dari al-Qur-an, dan akhirnya jin tersebut mau membaca syahadat. Setelah membaca syahadat maka yang kesurupan itu sadar.

Mendengar kaset rekaman debat tersebut, para tamu sangat kagum. Di antara mereka ada yang berkata, "Hebat ya orang itu, bisa mengislamkan jin." Maka berlangsunglah obrolan untuk mengomentari isi perdebatan itu, yang pada umumnya mereka merespon sangat positif. Namun di antara mereka ada pula yang bertanya kepada seorang yang dikenal sebagai ustadz yang hadir di tengah mereka. Maka dialog pun berlangsung antara para pengunjung dengan ustadz.

Pengunjung: Bagaimana pandangan ustadz tentang debat tersebut?

Ustadz: Tidak dapat saya pahami.

Pengunjung: Kenapa? (Dia kaget karena ustadz merespon negatif).

Ustadz: Ah, masa jin dari Libanon dapat berbicara bahasa Indonesia demikian lancar, tanpa terdengar tanda-tanda sebagai orang asing. Bukankah itu sandiwara?

Pengunjung: Sandiwara bagaimana?

Ustadz: Boleh jadi, sudah ada kesepakatan antara pasien dengan imam tadi untuk berbuat hal itu, demi mencapai tujuan tertentu. Tapi kemungkinan ini perlu kita jauhi, kita khawatir termasuk yang menuduh orang lain tanpa bukti.

Pengunjung: Apakah ada kemungkinan lain?

Ustadz: Kemungkinan lain adalah sandiwaranya jin itu. Dia berakting namun karena kebodohannya dia berkata bahwa dirinya dari Libanon tanpa berpikir jauh bahwa dengan pengakuan tersebut kebohongannya akan diketahui.

Pengunjung: Untuk apa dia bersandiwara? (Dia bertanya sambil mengerutkan kening).

Ustadz: Dengan sandiwara tersebut banyak orang yang kagum hingga mencapai tingkat kultus kepada imam itu. Dengan cara ini dia telah berhasil menggeser keimanan para jama'ah dan masyarakat di sekitarnya serta membuat imam tersebut menjadi orang yang sibuk dengan pekerjaan yang diadakan setan.

Pengunjung: Tapi, bukankah jin tadi masuk Islam? (Yang lain ikut bertanya). Bukankah imam tadi telah berhasil berdakwah mengajak jin ke dalam agama yang haq dimana hal itu suatu amal yang sangat bernilai di hadapan Allah?

Ustadz: Apakah anda mengetahui amal kehidupan jin tersebut, termasuk bahwa dia melaksanakan perintah? Bila tidak, darimana kita dapat mengetahui bahwa dia masuk Islam? Siapapun dapat mengucapkan dua kalimat syahadat. Bahkan anak kecil yang tidak mengetahui arti dan fungsinya sama sekali juga mampu mengucapkannya. Kita terkadang kaget dengan seseorang yang berkata tentang Islam disertai wawasan yang sangat luas namun ternyata dia bukan muslim. Apakah tidak sebaiknya kita mewaspadai jin yang mengucapkan dua kalimat syahadat itu? Sungguh bila kita tidak waspada kita akan terjebak. Mengapa dia membaca syahadat dengan menggunakan suara yang didengar manusia? Padahal dalam kehidupannya sehari-hari kita tidak mendengar suara jin. Karena jin termasuk makhluk ghaib maka suaranya pun ghaib.

===

Maraji'/ sumber:
Buku: Kiai Meruqyah Jin Berakting, Penulis: K.H. Saiful Islam Mubarak Lc. M.Ag, Editor: Eko Wardhana, Penerbit: PT. Syaamil Cipta Media, Bandung - Indonesia, Cetakan Februari 20m04 M.

===

JUAL ATAP BAJA RINGAN
Anda membutuhkan pen jual atap baja ringan? Kami siap membantu Anda. Layanan GRATIS konsultasi, estimasi biaya, dan survei lokasi.
http://www.bajaringantangerang.com

===

Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog