Skip to main content

Sikap Keras Kepala Bani Israil dengan Menanyakan Perihal Sapi Betina itu Sehingga Allah Mempersulit Mereka | Al-Baqarah, Ayat 68 - 71 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Shahih Tafsir Ibnu Katsir.

Al-Baqarah, Ayat 68 - 71.

"Mereka menjawab, 'Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?' Musa menjawab, 'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu, maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.'" (QS. 2: 68) "Mereka berkata, 'Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya.' Musa menjawab, 'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.'" (QS. 2: 69) "Mereka berkata, 'Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk.'" (QS. 2: 70) "Musa berkata, 'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah digunakan untuk membajak tanah dan tidak pula mengairi tanaman, tidak memiliki cacat, dan tidak belang.' Mereka berkata, 'Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina itu yang sebenarnya.' Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu." (QS. 2: 71)

Sikap Keras Kepala Bani Israil dengan Menanyakan Perihal Sapi Betina itu Sehingga Allah Mempersulit Mereka.

Allah Ta'ala mengabarkan tentang sikap keras kepala Bani Israil dan banyaknya pertanyaan yang mereka ajukan kepada Rasul mereka. Oleh karena itu, ketika mereka mempersulit diri, Allah pun mempersulit mereka. Seandainya mereka menyembelih sapi yang bagaimana pun wujudnya, maka hal itu sudah cukup bagi mereka, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu 'Abbas (radhiyallahu 'anhuma), 'Ubaidah, dan banyak ulama lainnya. Akan tetapi mereka mempersulit diri sendiri sehingga Allah pun mempersulit mereka. Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami, sapi betina apakah itu?" Artinya, bagaimana kriteria sapi itu?

"Musa menjawab, 'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda." Yakni, sapi itu tidak tua dan tidak muda, juga belum dikawini oleh sapi jantan, sebagaimana dikatakan oleh Abul 'Aliyah, as-Suddi, Mujahid, 'Ikrimah, 'Athiyyah al-'Aufi, 'Atha` al-Khurasani, Wahb bin Munabbih, adh-Dhahhak, al-Hasan, Qatadah, dan juga Ibnu 'Abbas (radhiyallahu 'anhuma). (270)

Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas (radhiyallahu 'anhuma) tentang firman-Nya, "عَوَانٌ بَيْنَ ذَالِكَ" "'Awaanun baina dzaalika", ia mengatakan, "Yakni pertengahan antara tua dan muda." Dan itulah kondisi hewan (ternak) dan sapi yang paling kuat dan paling bagus. (271)

Al-'Aufi meriwayatkan dalam tafsirnya dari Ibnu 'Abbas (radhiyallahu 'anhuma), tentang firman Allah Ta'ala, "فَاقِعٌ لَوْنُهَا" "faaqi'un launuhaa", ia mengatakan, "Karena sangat kuning, maka warnanya nyaris putih." (272)

As-Suddi mengatakan, "'Yang menyenangkan orang-orang yang memandangnya,' yakni membuat kagum orang yang melihatnya." (273) Begitu pula yang dikatakan oleh Abul 'Aliyah, Qatadah dan ar-Rabi' bin Anas. (274)

Dan Wahb bin Munabbih mengatakan, "Jika engkau melihat kulitnya, maka terlintaslah dalam benakmu bahwa sinar matahari terpancar dari kulitnya." (275)

Di dalam Taurat disebutkan bahwa sapi itu berwarna merah. Dan hal ini mungkin merupakan kesalahan dalam penerjemahan dari bahasa Ibrani ke bahasa Arab. Atau -sebagaimana dikatakan sebelumnya- karena warnya sangat kuning, maka hampir warnanya seperti merah kehitaman, wallaahu a'lam.

Firman Allah Ta'ala, "Sesungguhnya sapi itu masih samar bagi kami." Karena jumlahnya yang sangat banyak sehingga menjadikannya samar bagi kami. Maka dari itu, sebutkanlah keistimewaan sapi itu dan juga sifat-sifat yang dimilikinya kepada kami. "Dan sesungguhnya kami, insya Allah," jika engkau menjelaskannya, "(Kami) akan mendapat petunjuk" kepadanya. "Musa berkata, 'Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi yang belum pernah digunakan untuk membajak tanah, dan tidak pula mengairi tanaman.'" Maksudnya, sapi betina tersebut tidak direndahkan dengan menggunakannya bercocok tanam dan tidak pula untuk menyiram tanaman, tetapi sapi itu sangat dihormati dan bagus. 'Abdurrazzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah, ia mengatakan, "(مُسَلَّمَةٌ) (musallamatun) artinya sapi itu tidak memiliki cacat." (276) Begitu pula yang dikatakan oleh Abul 'Aliyah dan ar-Rabi'. Mujahid berkata, "Artinya, terbebas dari warna belang (polos)."

'Atha` al-Khurasani berkata, "Artinya, bentuknya sempurna dan tidak ada belang pada warnanya." (277)

"Kemudian mereka menyembelihnya dan mereka nyaris tidak mengerjakannya." Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas (radhiyallahu 'anhuma), ia mengatakan, "Mereka nyaris tidak mengerjakannya. Penyembelihan itu tidaklah mereka inginkan, yang mereka inginkan justru tidak menyembelihnya." (278)

Maksudnya, meskipun telah ada semua penjelasan, juga berbagai tanya jawab dan keterangan tersebut, mereka tidak menyembelihnya kecuali setelah bersusah payah mencarinya. Semua itu mengandung celaan atas mereka, karena mereka melakukannya tidak lain untuk menunjukkan kesombongan. Oleh karena itu mereka nyaris tidak menyembelihnya.

'Ubaidah, Mujahid, Wahb bin Munabbih, Abul 'Aliyah, dan 'Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan, "Mereka membeli sapi itu dengan harta yang banyak, dan di dalamnya terdapat perbedaan pendapat." (279)

===

(270) Ibnu Abi Hatim (I/216).

(271) Ibnu Abi Hatim (I/217).

(272) Ibnu Abi Hatim (I/221).

(273) Ibnu Abi Hatim (I/222).

(274) Ibnu Abi Hatim (I/222).

(275) Ath-Thabari (I/202).

(276) Ath-Thabari (II/214).

(277) Ibnu Abi Hatim (I/226).

(278) Ath-Thabari (II/219).

(279) Ath-Thabari (II/221).

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Edit Isi: Abu Ahsan Sirojuddin Hasan Bashri Lc, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Cetakan Keempat Belas, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog