Skip to main content

Bagaimana jin Melakukan Penyerupaan? | jin, hakekat bukan khurafat | Kesurupan jin dan Cara Pengobatannya secara Islami

Wiqayatul Insan Minal jinni wasy syaithan.

Syaikh Wahid 'Abdus Salam Bali.

Kesurupan jin dan Cara Pengobatannya secara Islami.

Bab I: jin, hakekat bukan khurafat.

Bagaimana jin Melakukan Penyerupaan?

Al-Qadhi Abu Ya'la Muhammad bin al-Husain bin al-Farra' berkata, "syetan tidak memiliki kemampuan untuk mengubah penciptaan mereka dan beralih kepada beberapa bentuk, tetapi bisa saja Allah mengajarkan kepada mereka beberapa kalimat dan perbuatan yang apabila diucapkan dan dilakukan maka Allah akan mengubahnya dari satu bentuk kepada bentuk yang lain, sehingga dikatakan bahwa dia mampu mengubah bentuk dan menciptakan halusinasi dalam pengertian bahwa dia mampu mengucapkan sesuatu yang apabila diucapkan dan dilakukan maka Allah akan mengubahnya dari satu bentuk kepada bentuk yang lain sesuai dengan kebiasaan yang berlaku. Sesungguhnya dia tidak bisa mengubah bentuknya sendiri karena peralihannya dari satu bentuk kepada bentuk yang lain memerlukan penghancuran struktur dan perombakan bagian-bagiannya. Jika terjadi penghancuran tersebut maka musnahlah kehidupan." (29)

Aku berkata, "Pernyataan ini sangat bagus tetapi memerlukan dalil. Dan, sebagai dalilnya dapat dikemukakan apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 'Bahwa beberapa hantu pernah diceritakan kepada 'Umar bin al-Khaththab (radhiyallahu 'anhu) lalu beliau berkata, "Sesungguhnya seseorang tidak bisa berubah dari bentuknya yang telah diciptakan Allah tetapi mereka memiliki tukang-tukang sihir seperti tukang-tukang sihir kalian, karena itu bila kalian melihat hal tersebut maka adzanlah."

Al-Hafizh berkata: Sanadnya shahih. (30) Aku berkata: Ibnu Abi Dunya juga meriwayatkannya dengan sanad hasan.

Sedangkan apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dari Jabir (radhiyallahu 'anhu), ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya tentang hantu, beliau menjawab bahwa mereka adalah tukang sihir jin.", adalah lemah sekali sanadnya. Di dalam riwayat ini ada tiga cacat yang bukan tempatnya untuk dijelaskan di sini.

Tetapi hal ini tidak bertentangan dengan apa yang diriwayatkan oleh Muslim di dalam Shahihnya dari Jabir (radhiyallahu 'anhu) bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Tidak ada wabah, tidak ada ramalan tentang kesialan, dan tidak ada (pula) hantu." (31)

Karena hadits ini tidak menafikan adanya hantu tetapi menafikan apa yang pernah diyakini oleh orang-orang Arab bahwa hantu bisa menyesatkan manusia.

Imam an-Nawawi berkata: Jumhur ulama berkata: Orang-orang Arab dahulu berkeyakinan bahwa hantu berada di dalam anak-anak keledai. Ia adalah satu jenis syetan yang menampakkan diri kepada manusia dan mewarnai diri dengan beraneka ragam warna sehingga menyesatkan mereka dari jalan (yang benar) dan mencelakakan mereka. Hal ini kemudian dibantah oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Ulama lain berkata: Hadits tersebut tidak bermaksud meniadakan eksistensi hantu tetapi menyanggah apa yang diyakini oleh orang-orang Arab tentang berubah-ubahnya hantu ke dalam beberapa bentuk. Mereka (para ulama) berkata: Makna "tidak ada hantu" yakni tidak bisa menyesatkan seseorang.

Imam an-Nawawi berkata: Hal ini dikuatkan oleh hadits lain yang mengatakan:

"Tidak ada hantu tetapi tukang-tukang sihir jin."

Para ulama berkata: Adalah para tukang sihir jin, yakni di kalangan jin ada tukang sihir yang bisa mengelabui dan membuat halusinasi. (32)

Peringatan: Tidak ada hujjah bagi orang yang melemahkan hadits Jabir (radhiyallahu 'anhu) ini dengan alasan bahwa ia dari jalan Abu Zubair dari Jabir, sedangkan Abu Zubair suka menyamarkan.

Memang Abu Zubair mudallis tetapi ia menyatakan "mendengar" pada jalan yang keempat dalam riwayat Muslim. Dengan demikian hilanglah kemungkinan pentadlisannya. Maka hadits ini shahih, alhamdulillah.

Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya dari Abu as-Sa'ib mantan budak Hisyam bin Zuhrah, ia berkata: Aku pernah masuk menemui Abu Sa'id al-Khudri (radhiyallahu 'anhu) lalu kudapati dia sedang shalat. Kemudian aku duduk menantinya hingga selesai shalatnya. Aku mendengar bunyi gerakan di bawah dipan di rumahnya, yang kemudian ternyata adalah seekor ular, lalu aku berdiri untuk membunuhnya. Tetapi Abu Sa'id mengisyaratkan agar aku duduk. Setelah selesai shalat, ia mengisyaratkan ke sebuah rumah di pekarangan seraya berkata: "Tahukah engkau rumah ini?" Aku jawab: "Ya." Ia berkata: Rumah ini pernah dihuni oleh seorang pemuda yang baru saja menikah kemudian dia keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ke Khandaq. Ketika sedang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba-tiba dia meminta izin seraya berkata: "Wahai Rasulullah, izinkanlah aku mengemukakan janji kepada istriku." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengizinkannya seraya bersabda: "Pakailah senjatamu, karena aku khawatir terjadi serangan dari Bani Quraidhah terhadapmu." Kemudian pemuda itu pergi menemui istrinya yang kemudian mendapatkannya sedang berdiri di antara dua pintu. Lalu pemuda itu ingin segera memanahnya karena rasa cemburu. Tetapi istri pemuda itu berkata: "Jangan terburu-buru sehingga kamu masuk dan melihat apa yang ada di dalam rumah." Kemudian pemuda itu masuk dan ternyata ada seekor ular yang sedang bertengger di atas tempat tidurnya, lalu pemuda itu pun melepaskan panahnya kepada ular tersebut. Kemudian dia bergembira dengannya dan menancapkannya di pekarangan. Kemudian ular itu menggeliat di ujung panah dan pemuda itu pun tersungkur mati. Tidak diketahui mana yang terlebih dahulu mati, pemuda atau ular? Setelah peristiwa ini disampaikan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

"Sesungguhnya di Madinah ada jin yang telah masuk Islam. Karena itu, jika kalian melihat sesuatu dari mereka, maka ijinkanlah tiga hari. Jika masih terlihat setelah itu, maka bunuhlah karena ia adalah syetan." (33)

===

(29) Aakaamul Mirjan, hal. 19.

(30) Fat-hul Bari, 6/344.

(31) Diriwayatkan oleh Muslim, 14/217 (an-Nawawi).

(32) Syarhu Muslim, 14/217.

(33) Muslim, 14/235 (an-Nawawi).

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Wiqayatul Insan Minal jinni wasy syaithan, Penulis: Syaikh Wahid 'Abdus Salam Bali, Penerbit: Maktabah ash-Shahabah, Jeddah - Arab Saudi, Cetakan Ketiga, 1412 H/ 1992 M, Judul Terjemahan: Kesurupan jin dan Cara Pengobatannya secara Islami, Penerjemah: Aunur Rafiq Shaleh Tamhid Lc, Penerbit: Robbani Press, Jakarta - Indonesia, Cetakan Kesebelas, Jumadil Akhir 1425 H/ Agustus 2004 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog