Skip to main content

Iman kepada yang ghaib | Jin, hakekat bukan khurafat | Kesurupan jin dan Cara Pengobatannya secara Islami

Wiqayatul Insan Minal jinni wasy syaithan

Kesurupan jin dan Cara Pengobatannya secara Islami

Bab I: Jin, hakekat bukan khurafat

Iman kepada yang ghaib

Di antara dasar aqidah Islam ialah beriman kepada yang ghaib, bahkan ia merupakan sifat pertama yang dipakai Allah untuk mensifati orang-orang yang bertaqwa. Firman Allah:

"Alif, laam, miim. Kitab (al-Qur`an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka." (QS. Al-Baqarah: 1-3)

Oleh sebab itu, setiap Muslim wajib beriman tanpa ragu sedikitpun kepada yang ghaib. Ibnu Mas'ud (ra-dhiyallaahu 'anhu) mengatakan: "yang ghaib" ialah apa yang ghaib dari kita dan hal itu diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kita. (1)

Sedangkan jin termasuk "yang ghaib" yang wajib kita imani, karena terdapat banyak dalil, dari al-Qur`an dan Sunnah, yang menyatakan eksitensinya.

Di antara dalil al-Qur`an

Firman Allah:

"Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-Qur`an..." (QS. Al-Ahqaf: 29)

"Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini?..." (QS. Al-An'am: 130)

"Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan." (QS. Ar-Rahman: 33)

"Katakanlah (hai Muhammad): 'Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (al-Qur`an), lalu mereka berkata: 'Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Qur`an yang menakjubkan.''" (QS. Al-Jin: 1)

"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." (QS. Al-Jin: 6)

Di antara dalil dari Sunnah

1. Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya dari Ibnu Mas'ud ra-dhiyallaahu 'anhu, ia berkata:

Kami pernah bersama-sama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pada suatu malam, lalu kami kehilangan beliau sehingga kami mencarinya ke beberapa lembah dan perkampungan. Kemudian kami berkata, "Beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) dibawa terbang atau terbunuh." Kemudian malam itu kami bermalam buruk bersama orang-orang. Pada pagi harinya tiba-tiba beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) datang dari arah Hira'. Ibnu Mas'ud berkata: Lalu kami berkata: "Wahai Rasulullah, kami kehilangan engkau lalu kami mencarimu tetapi kami tidak menemukanmu sehingga kami bermalam buruk bersama orang-orang." Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Telah datang kepadaku pengundang (da'i) dari bangsa jin lalu aku pergi bersamanya kemudian aku bacakan al-Qur`an kepada mereka." Ibnu Mas'ud berkata: Kemudian Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pergi bersama kami lalu memperlihatkan kepada kami bekas-bekas mereka dan bekas-bekas api mereka.

Mereka bertanya kepada beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) tentang bekal (makanan) mereka, lalu Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bagi kalian setiap tulang yang disebutkan nama Allah padanya (ketika menyembelihnya), ia jatuh ke tangan kalian menjadi makanan, dan setiap kotoran dari binatang kalian." Kemudian Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Karena itu, janganlah kalian beristinja' dengan kedua benda tersebut karena keduanya adalah makanan saudara-saudara kalian." (2)

2. Dari Abu Sa'id al-Khudri ra-dhiyallaahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku: "Aku melihatmu senang kepada kambing dan padang (gembalaan). Jika kamu berada di tengah kambingmu dan padang (gembalaan)mu lalu kamu adzan untuk shalat maka keraskanlah suara adzanmu karena sesungguhnya tidaklah jin, manusia atau apa saja yang mendengar gema suara seorang mu'adzin kecuali akan menjadi saksinya pada hari Kiamat." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Malik, an-Nasa`i dan Ibnu Majah) (3)

3. Dari Ibnu 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah pergi bersama sejumlah Shahabatnya menuju ke pasar Ukazh; sementara itu syetan-syetan telah dihalangi dari mendapatkan berita langit dan dilempari dengan meteor sehingga syetan-syetan itu kembali kepada kaum mereka. Kaum mereka bertanya: "Mengapakah kalian?" Mereka menjawab: "Kami telah dihalangi untuk mendapatkan berita langit dan kami pun dilempari sejumlah meteor." Kaum mereka berkata: "Tidak ada sesuatu yang menghalangi kalian dari berita langit kecuali sesuatu yang telah terjadi, karena itu pergilah ke penjuru timur dan barat bumi dan lihatlah apa yang telah menghalangi kalian dair berita langit tersebut. Kemudian mereka yang berangkat arah Tihamah berpaling kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam yang ketika itu berada di Nikhlah menuju pasar Ukaz dan sedang mengimami pada Shahabatnya shalat Shubuh. Ketika mendengar al-Qur`an (yang dibaca oleh Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam), maka mereka pun mendengarkannya seraya berkata: "Demi Allah, inilah yang menghalangi kalian dari berita langit itu." Di sinilah kemudian mereka kembali kepada kaum mereka seraya berkata: "Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengar al-Qur`an yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Rabb kami." Kemudian Allah menurunkan kepada Nabi-Nya ayat (yang artinya): "Katakanlah (hai Muhammad): 'Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekelompok jin telah mendengarkan (al-Qur`an)..." (4)

Dalil tentang eksistensi jin sangat banyak dan insya Allah akan engkau dapatkan yang lainnya dalam pembahasan selanjutnya.

===

(1) Tafsir Ibnu Katsir 1/41.

(2) Muslim 4/170, An-Nawawi.

(3) Diriwayatkan oleh al-Bukhari 6/343, Malik 1/68, an-Nasa`i 2/12, dan Ibnu Majah 1/239.

(4) Diriwayatkan oleh al-Bukhari 2/253 (Fat-hul Bari), dan Muslim 4/168, an-Nawawi.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Wiqayatul Insan Minal jinni wasy syaithan, Penulis: Syaikh Wahid 'Abdus Salam Bali, Penerbit: Maktabah ash-Shahabah, Jeddah - Arab Saudi, Cetakan Ketiga, 1412 H/ 1992 M, Judul Terjemahan: Kesurupan jin dan Cara Pengobatannya secara Islami, Penerjemah: Aunur Rafiq Shaleh Tamhid Lc, Penerbit: Robbani Press, Jakarta - Indonesia, Cetakan Kesebelas, Jumadil Akhir 1425 H/ Agustus 2004 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT