Skip to main content

Mayit Mendengar di Dalam Kubur | Alam Kubur | Misteri Kematian, Menguak Fenomena Kematian dan Rentetan Peristiwa Dahsyat Menjelang Kiamat

Ar-Riyad an-Naadirah fii Shahiih ad-Daaril Akhirah

Misteri Kematian

Menguak Fenomena Kematian dan Rentetan Peristiwa Dahsyat Menjelang Kiamat

Alam Kubur

Mayit Mendengar di Dalam Kubur

Diriwayatkan dari Anas ra-dhiyallaahu 'anhu, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya saat hamba diletakkan di dalam kubur dan teman-temannya pulang meninggalkannya, ia mendengar hentakan sandal-sandal mereka, dua Malaikat mendatanginya lalu mendudukkannya, keduanya bertanya: 'Apa yang dulu pernah kau katakan tentang orang ini?' Bagi orang mukmin, ia menjawab: 'Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba dan utusan Allah.' Dikatakan kepadanya: 'Lihatlah tempatmu di Neraka, Allah menggantinya dengan tempat di Surga. Ia melihat keduanya.'" (167)

Suatu ketika Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam memanggil-manggil beberapa korban perang Badar dari kalangan kaum musyrik:

"Wahai Abu Jahal bin Hisyam, wahai Umaiyah bin Khalaf, wahai 'Utbah bin Rabi'ah, wahai Syaibah bin Rabi'ah, bukankah kalian telah mendapatkan kebenaran janji Rabb untuk kalian? Sungguh aku telah mendapatkan kebenaran janji Rabbku untukku." 'Umar bin al-Khaththab (ra-dhiyallaahu 'anhu) berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana mereka mendengar dan menjawab, mereka sudah menjadi bangkai?!" Beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak lebih mendengar akan apa yang aku sampaikan melebihi mereka, hanya saja mereka tidak bisa menjawab." Setelah itu Rasulullah (shallallaahu 'alaihi wa sallam) memerintahkan agar mereka diseret lalu dilemparkan ke sumur Badar. (168)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaah menjelaskan setelah menyebutkan beberapa hadits tentang mayit bisa mendengar, nash-nash ini dan nash serupa lainnya menjelaskan, secara garis besar mayit bisa mendengar perkataan orang yang masih hidup, namun tidak berarti mayit bisa terus mendengar, tapi hanya mendengar dalam kondisi tertentu saja, sama seperti orang yang masih hidup, kadang mendengar suara orang yang berbicara dengannya, kadang juga tidak, kadang tidak bisa mendengar karena adanya suatu penghalang.

Syubhat; mungkin ada yang menyatakan, Allah Sub-haanahu wa Ta'aala menafikan mayit bisa mendengar dalam firman-Nya:

"Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar." (QS. An-Naml: 80)

Lantas kenapa kalian bilang orang-orang yang sudah mati bisa mendengar?

Jawaban:

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaah menjelaskan, pendengaran yang dimaksud adalah tahu dan mengerti yang tidak berimbas pada balasan, bukan pendengaran yang dinafikan Allah Sub-haanahu wa Ta'aala dalam firman-Nya: "Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar."

Sebab yang dimaksud adalah pendengaran untuk menerima dan menjalankan yang disampaikan, sebab Allah menyamakan orang kafir seperti orang yang sudah mati yang tidak bisa menerima dan merespon seruan iorang, juga seperti hewan yang bisa mendengar namun tidak mengerti maknanya. Mayit meski bisa mendengar perkataan dan mengerti maknanya, namun tidak bisa menjawab ataupun melakukan yang diperintahkan, sehingga perintah ataupun larangan yang disampaikan tidak membawa guna. Seperti itu juga orang kafir yang tidak bisa memanfaatkan perintah dan larangan meski bisa mendengar dan memahami kata-kata yang disampaikan.

===

(167) Riwayat Muslim hadits nomor 2874.

(168) Muttafaq 'alaih.

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: ar-Riyad an-Naadirah fii Shahiih ad-Daaril Akhirah, Penulis: Syaikh Dr. Ahmad Musthafa Mutawalli, Ta'liq: Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun. Judul terjemahan: Seri ke-1 (Serial Trilogi Alam Akhirah) Misteri Kematian, Menguak fenomena kematian dan rentetan peristiwa dahsyat menjelang Kiamat, Penerjemah: Umar Mujtahid Lc, Penerbit: Darul Ilmi Publishing, CV Darul Ilmi, Bogor - Indonesia, Cetakan Kedua, Rabiul Akhir 1434 H/ Februari 2013 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog