Skip to main content

Syarah Kasyfu Syubuhat (4)

Penjelasan kitab Kasyfu Syubuhat

Rosul pertama (dari Rosul-rosul ALLOH) adalah Nuh 'alayhis salam. [1] Beliau diutus oleh ALLOH kepada kaumnya tatkala mereka berbuat ghuluw (berlebih-lebihan dalam bersikap) [2] kepada orang-orang sholih. [3]

Penjelasan

[1] Inilah pendapat yang benar. Sesungguhnya ALLOH tidak pernah mengutus seorang Rosul pun sebelum Nuh 'alayhis salam. Oleh karena itu, kita tahu kesalahan ahli tarikh (sejarah) yang mengatakan bahwa sebelum Nuh 'alayhis salam, ALLOH pernah mengutus Idris 'alayhis salam.

ALLOH berfirmann

"Sesungguhnya KAMI telah mewahyukan kepadamu sebagaimana KAMI telah mewahyukan kepada Nuh dan Nabi-nabi sesudahnya."
(Qur-an Suroh an-Nisa': ayat 163)

Dan disebutkan dalam hadits shohih yang berkenaan dengan kisah syafa'at, "Bahwa manusia mendatangi Nuh 'alayhis salam dan mereka berkata, 'Engkau adalah Rosul pertama yang diutus oleh ALLOH di muka bumi.'" (7) Dengan demikian, menurut ijma' 'ulama, tidak ada Rosul sebelum Nuh 'alayhis salam. Beliau adalah Rosul pertama yang disebut dalam al-Qur-an, as-Sunnah, dan ijma'. Nuh 'alayhis salam adalah salah seorang dari lima orang Rosul yang dikenal dengan sebutan 'Ulul Azmi; mereka itu adalah Muhammad shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam, Ibrohim 'alayhis salam, Musa 'alayhis salam, Nuh 'alayhis salam, dan 'Isa 'alayhis salam. ALLOH menyebutkan mereka pada dua tempat dalam al-Qur-an, yaitu pada suroh al-Ahzab dan asy-Syuro.

[2] Yakni, ALLOH mengutus Nuh 'alayhis salam kepada kaumnya yang waktu itu telah terjerumus dalam sikap yang belebih-lebihan kepada orang-orang sholih. Dan Syaikh (Imam Muhammad bin 'Abdul Wahhab) rohimahuLLOOH juga membahas masalah ini dalam bab tersendiri dalam kitab at-Tauhid, yaitu dengan judul: "Sikap Ghuluw (berlebih-lebihan) kepada orang-orang sholih yang menyebabkan kekufuran pada bani Adam sehingga mereka meninggalkan agamanya."

Sedangkan ghuluw artinya berlebih-lebihan dalam ber'ibadah, ber'amal, memuji atau mencela.

Ada empat macam sikap berlebih-lebihan:

Pertama: Berlebih-lebihan dalam perkara 'aqidah, seperti sikap berlebih-lebihan para ahli kalam (para filosof) dalam masalah sifat-sifat ALLOH, sehingga mereka tersesat karena melakukan tamtsil atau ta'thil. Sedangkan sikap yang benar adalah sikap pertengahan yang dianut oleh Ahlus Sunnah wal Jama'ah, yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-sifat ALLOH, baik yang DIA tetapkan sendiri maupun yang ditetapkan oleh Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam tanpa tahrif, ta'thil, takyif atau tamtsil.

Kedua: Berlebih-lebihan dalam perkara 'ibadah, contohnya kaum Khowarij yang menganggap kafir seorang mu'min yang melakukan dosa besar, dan kaum Mu'tazilah yang menganggap bahwa orang mu'min yang melakukan dosa besar berada pada posisi tengah-tengah antara mu'min dan kafir. Dan sebaliknya ada juga sikap yang terlalu lemah (menggampangkan) dari kaum Murji'ah yang mengatakan bahwa dosa tidak akan memberi pengaruh apa-apa terhadap iman seseorang. Sedangkan sikap yang benar adalah seperti yang dianut oleh Ahlus Sunnah wal Jama'ah yaitu berpendapat bahwa keimanan pelaku maksiat akan berkurang sesuai dengan tingkat kemaksiatan yang dia kerjakan.

Ketiga: Berlebih-lebihan dalam muamalah, contohnya terlalu keras dalam mengharomkan segala sesuatu atau sebaliknya terlalu gampang menghalalkan segala sesuatu, misalnya mengembangkan harta dan perekonomiannya dengan cara riba, curang dan sebagainya. Sedangkan sikap yang pertengahan adalah yang mengatakan bahwa muamalah yang halal adalah muamalah yang dibangun di atas keadilan, yakni sesuai dengan al-Qur-an dan as-Sunnah.

Keempat: Berlebih-lebihan dalam perkara adat kebiasaan, yaitu bersikap ekstrim dalam memegang adat kebiasaan nenek moyang dan tidak mau berpaling ke arah yang lebih baik. Adapun jika adat kebiasaan yang ada sama maslahat dan manfaatnya dengan adat yang datang dari luar, lebih baik kita memegangi adat yang ada.

[3] Orang sholih yaitu orang yang melaksanakan hal-hal ALLOH dan hak-hak sesamanya.

===

(7) Hadits Riwayat Imam al-Bukhori, kitab at-Tauhid, bab Kalam ALLOH ma'a al-Anbiya'. Imam Muslim, kitab al-Iman, bab Adna Ahlu al-Jannah Manzilan.

===

Maroji:
Kitab: Syar-hu kasy-fusy syubuhaati wa yaliihi syar-hul u-shuulus sittah, Penulis: Muhammad bin Sholih al-'Utsaimin, Penerbit: Dar ats-Tsaroyya - Kerajaan Saudi Arobia, 1416 H/ 1996 M, Judul terjemah: Syaroh kasyfu syubuhat membongkar akar kesyirikan dilengkapi syaroh ushulus sittah, Penerjemah: Bayu Abdurrohman, Penerbit: Media Hidayah - Jogjakarta, Cetakan I, Robi'uts Tsani 1425 H/ Juni 2004 M.

===

Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===

Popular posts from this blog