Skip to main content

Membongkar syubhat bahwa orang yang melaksanakan sebagian kewajiban Islam tidak menjadi kafir walaupun melakukan kesyirikan

Membongkar syubhat bahwa orang yang melaksanakan sebagian kewajiban Islam tidak menjadi kafir walaupun melakukan kesyirikan

Apabila telah nyata bagimu bahwa orang-orang yang pernah diperangi Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam lebih sehat akalnya dan lebih ringan kesyirikannya daripada orang-orang musyrik zaman sekarang, maka ketahuilah bahwa mereka memiliki syubhat seperti yang telah kita sebutkan. Syubhat tersebut merupakan syubhat mereka yang paling besar. Oleh karena itu, perhatikanlah bantahannya.

Mereka mengatakan, "Sesungguhnya orang-orang yang diturunkan al-Qur-an kepada mereka tidak mempersaksikan bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain ALLOH; mereka mendustakan Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam; mereka mengingkari hari kebangkitan, mendustakan al-Qur-an, serta menjadikannya sebagai sihir, sedangkan kami mempersaksikan bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain ALLOH dan bahwa Muhammad shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam itu utusan ALLOH, kami membenarkan al-Qur-an, beriman akan adanya hari kebangkitan, kami sholat dan juga puasa, lalu bagaimana engkau hendak menjadikan kami sama seperti mereka?"

Maka jawaban dari syubhat itu adalah tidak ada perselisihan di antara 'ulama seluruhnya bahwa seseorang yang membenarkan Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam dalam suatu hal dan mendustakan yang lainnya, maka hukumnya adalah kafir, bukan orang Islam. Begitu juga orang yang beriman dengan sebagian al-Qur-an dan mendustakan sebagian yang lain, misalnya orang yang mengakui tauhid dan menentang wajibnya sholat, atau mengakui tauhid dan wajibnya sholat, tetapi menentang wajibnya zakat, atau mengakui semua ini, tetapi dia menentang kewajiban hajji. Pada masa Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam, tatkala orang-orang tidak mau menunaikan 'ibadah hajji, ALLOH menurunkan ayat yang berkenaan dengan mereka,

"Mengerjakan hajji adalah kewajiban manusia terhadap ALLOH, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitulloh. Barangsiapa yang mengingkari (kewajiban hajji), maka sesungguhnya ALLOH Maha Kaya dari alam semesta."
(Qur-an Suroh Ali 'Imron: ayat 97)

Barangsiapa yang mengakui semua ini, tetapi mengingkari adanya hari kebangkitan, maka dia kafir secara ijma', halal darah dan hartanya. ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman,

"Sesungguhnya orang yang kafir kepada ALLOH dan Rosul-rosul-NYA, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) ALLOH dan (kepada) Rosul-rosul-NYA, dengan mengatakan, 'Kami beriman kepada sebagian dan kami kafir dengan sebagian (yang lain)', serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang yang kafir sebenarnya."
(Qur-an Suroh an-Nisa': ayat 150-151)

ALLOH telah menjelaskan di dalam kitab-NYA bahwa barangsiapa yang beriman kepada sebagian ayat dan mengingkari sebagian ayat lain, maka ia kafir yang sebenar-benarnya. Dengan begitu, hilanglah syubhat mereka.

Inilah yang telah disebutkan oleh sebagian penduduk Ihsa' dalam suratnya yang dikirimkan kepadaku. Dikatakan juga, "Apabila engkau telah mengakui bahwa barangsiapa yang membenarkan Rosul dalam segala urusan, kemudian ia menentang wajibnya sholat, maka dia kafir, sehingga halal darahnya secara ijma'. Begitu juga apabila dia mengakui semuanya kecuali hari kebangkitan atau menentang wajibnya puasa Romadhon. Dan di antara imam-imam madzhab tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah itu. Al-Qur-an pun telah menyebutkan hal itu."

Telah diketahui bersama bahwa tauhid adalah sebesar-besar ajaran yang dibawa oleh Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam. Tauhid lebih utama daripada sholat, zakat, puasa dan hajji. Apabila seseorang mengingkari salah satu saja di antara perkara-perkara ini, tentu ia kafir, walaupun dia meng'amalkan semua yang diajarkan Rosul shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam. Lalu apa jadinya bila ada orang yang menentang tauhid yang merupakan agama setiap Rosul, tidak dikafirkan? Sub-haanaLLOOH, Maha Suci ALLOH! Alangkah anehnya pemahaman bodoh ini!

Dikatakan juga, "Para Shohabat Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam memerangi Bani Hanifah, padahal kaum ini benar-benar telah masuk Islam bersama Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam, mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah selain ALLOH dan bahwa Muhammad shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam itu utusan ALLOH; mereka mengumandangkan adzan dan mendirikan sholat." Jika mereka berkata, "Mereka hanya mengatakan bahwa Musailamah adalah seorang Nabi."

Maka katakan kepadanya, "Ya memang begitu. Apabila ada orang yang mengangkat seseorang sebagai Nabi, maka dia kafir, halal harta dan darahnya dan tidak bermanfaat kepadanya dua kalimat syahadat yang dia ucapkan, tidak bermanfaat pula sholatnya. Apalagi orang yang mengangkat Syamsan, Yusuf, Shohabat atau Nabi, sampai sederajat Penguasa Langit dan Bumi. Sub-haanaLLOOH, Maha Suci ALLOH. Alangkah beratnya kekafiran orang tersebut!

"Yang demikian itu karena ALLOH telah mengunci mata hati orang-orang yang tidak mau memahami."
(Qur-an Suroh ar-Rum: ayat 59)

Katakanlah juga, "Orang-orang yang dibakar dengan api oleh 'Ali bin Abi Tholib ro-dhiyaLLOOHU 'anhu, semuanya mengaku dirinya Islam dan mereka termasuk dari pengikut 'Ali ro-dhiyaLLOOHU 'anhu, mereka belajar 'ilmu dari para Shohabat. Akan tetapi sayang, mereka memiliki keyakinan terhadap 'Ali ro-dhiyaLLOOHU 'anhu sama seperti orang-orang yang berkeyakinan terhadap Yusuf, Syamsan, dan yang semisalnya. Bukankah tidak mungkin para Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhum bersepakat memerangi dan mengkafirkan kaum muslim? Ataukah kalian menyangka bahwa berkeyakinan terhadap suatu taaj (mahkota) dan yang semisalnya tidak mengganggu iman, sedangkan keyakinan terhadap 'Ali bin Abi Tholib ro-dhiyaLLOOHU 'anhu menjadikan kafir?"

Katakanlah juga, "Bani 'Ubaid al-Qoddah yang menguasai negeri Maghrib dan Mesir pada masa Kholifah Bani 'Abbas, semua mempersaksikan bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain ALLOH, mendirikan sholat jama'ah dan sholat jum'ah. Akan tetapi ketika mereka memperlihatkan pertentangan terhadap syari'at dalam beberapa perkara yang tidak sebesar apa yang dilakukan orang-orang di zaman kita ini, para 'ulama bersepakat mengkafirkan dan memerangi mereka. Negeri mereka dihukumi sebagai negeri yang harus diperangi. Kaum muslim pun memerangi mereka untuk merebut kembali negeri kaum muslim yang telah mereka rebut."

Katakan juga, "Jika orang-orang dahulu tidak dikafirkan kecuali karena mereka menyatukan antara berbuat syirik dengan mendustakan Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam, mendustakan al-Qur-an, mengingkari hari kebangkitan, dan yang lainnya, maka apa gunanya para 'ulama dalam setiap madzhab membuat bab tentang hukum orang murtad? Murtad ialah seseorang yang dikafirkan setelah masuk Islam.

Mereka menyebutkan beberapa macam murtad. Setiap macam dihukumi kafir dan menjadikan darah dan harta pelakunya halal. Sampai-sampai mereka menyebutkan beberapa perkara penyebab kekafiran yang biasa terjadi dan dilakukan orang, seperti mengucapkan kalimat kekufuran hanya dengan lisannya tanpa ada keyakinan hati atau kalimat yang diucapkannya dengan bergurau dan bermain-main."

Katakan juga tentang orang-orang yang disebutkan ALLOH dalam firman-NYA,

"Mereka (orang-orang munafiq) bersumpah dengan nama ALLOH, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah ke-Islaman mereka."
(Qur-an Suroh at-Taubah: ayat 74)

Apakah engkau tidak mendengar bagaimana ALLOH telah mengkafirkan mereka disebabkan kalimat yang mereka ucapkan, padahal mereka hidup pada zaman Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam, mereka berjihad bersama Beliau, mereka mengerjakan sholat, mereka menunaikan zakat, ber'ibadah hajji, dan mereka juga bertauhid.

ALLOH juga berfirman tentang mereka,

"Katakanlah, 'Apakah terhadap ALLOH, ayat-ayat-NYA dan Rosul-rosul-NYA kalian berani mengolok-olok? Tidak usah kalian minta maaf, karena sesungguhnya kalian telah kafir setelah sebelumnya beriman."
(Qur-an Suroh at-Taubah: ayat 65-66)

ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala telah menjelaskan dengan sejelas-jelasnya bahwa mereka itu kafir setelah beriman, padahal mereka ikut berperang bersama Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam dalam peperangan Tabuk. Mereka mengucapkan kalimat kekufuran yang mereka maksudkan sekedar bercanda.

Perhatikan syubhat ini, yakni perkataan mereka, "Mengapa kalian mengkafirkan orang-orang Islam yang bersyahadat bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain ALLOH, mereka sholat dan mereka puasa?" Kemudian perhatikan jawabannya, karena jawaban terhadap masalah ini merupakan bahasan yang paling bermanfaat yang ada dalam kitab ini.

Di antara dalil lain yang menunjukkan hal itu adalah kisah Bani Isroil yang dengan ke-Islaman, ke'ilmuan dan kesholihan mereka, masih saja berkata kepada Musa, "Buatkan untuk kami sebuah berhala (sebagai sesembahan) sebagaimana mereka memiliki berhala-berhala." Dan ketika sebagian shohabat berkata, "Buatkan untuk kami Dzatu Anwath," Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam menegaskan dengan sumpah bahwa perkataan ini serupa dengan ucapan Bani Isroil, "Buatkan untuk kami sebuah berhala sebagaimana mereka memiliki berhala-berhala."

===

Maroji:
Kitab: Kasyfu asy-Syubuhaati, Penulis: Imam Muhammad bin 'Abdul Wahhab, Judul terjemahan: Kasyfu Syubuhat, Membongkar akar kesyirikan, dilengkapi Ushulus Sittah, Penerjemah: Bayu Abdurrahman, Penerbit: Media Hidayah - Jogjakarta, Cetakan I, Jumadil Awal 1425 H/ Juni 2004 M.

===

Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===