Terkadang dia mengucapkan perkataan tersebut dengan prasangka, bahwa kalimat itu dapat mendekatkan dia kepada ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala sebagaimana prasangka orang-orang musyrik dalam kisah kaum Nabi Musa 'alay-his salam yang diceritakan oleh ALLOH kepadamu. Kaum Musa dengan kesholihan dan pengetahuan mereka, masih saja datang kepada Musa 'alay-his salam sambil berkata,
"Buatkanlah untuk kami tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan (berhala-berhala)."
(Qur-an Suroh al-A'rof: 138)
Oleh karena itu, semakin besar semangatmu untuk membebaskan diri dari kekufuran itu dan yang semacamnya. [1]
Penjelasan
===
[1] Syaikh (Imam Muhammad bin 'Abdul Wahhab) rohimahuLLOOH memperingatkan dua perkara, salah satunya adalah hendaknya seseorang khawatir keliru dalam memahami makna tauhid. Jangan sampai di antara kita memahaminya dengan makna mengesakan ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala dalam hal mencipta, memberi rizqi dan mengatur alam semesta. Beliau rohimahuLLOOH menjelaskan bahwa kita wajib mempunyai kekhawatiran seperti ini. Kemudian beliau rohimahuLLOOH menyebutkan keadaan suatu kaum yang pernah berkata kepada Musa 'alay-his salam, "Hai Musa, buatlah untuk kami tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan (berhala-berhala)." Musa 'alay-his salam menjawab, "Sesungguhnya engkau ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat ROBB)." Sesungguhnya kepercayaan yang dianut mereka itu akan dihancurkan dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan." (Qur-an Suroh al-A'rof: 138-139)
Pada ayat di atas, Musa 'alay-his salam menjelaskan kepada mereka bahwa permintaan seperti itu termasuk tindakan bodoh.
Penjelasan semacam ini hendaknya menumbuhkan rasa takut pada diri seseorang jangan sampai terjatuh dalam kesesatan dan kebodohan. Jangan sampai dia menyangka bahwa perkataan laa ilaaha illaLLOOH maknanya adalah tiada Pencipta, Pemberi rizqi dan Pengatur alam semesta melainkan ALLOH 'Azza wa Jalla.
Kekeliruan pemahaman semacam itu banyak menimpa kalangan ahli kalam tatkala mereka mencoba membahas masalah tauhid. Mereka mengatakan, "Sesungguhnya makna laa ilaaha illaLLOOH adalah tidak ada yang mencipta, dan yang mampu untuk menciptakan melainkan ALLOH". Mereka menafsirkan kalimat yang agung ini dengan tafsiran batil yang tidak akan dipegangi oleh seorang Muslim; bahkan oleh orang-orang musyrik di zaman Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam sekali pun. Memang, pemahaman makna tauhid orang-orang musyrik di zaman Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam jauh lebih baik daripada pemahaman para ahli kalam.
===
Sumber:
Kitab: Syar-hu kasy-fusy syubuhaati wa yaliihi syar-hul u-shuulus sittah, Penulis: Muhammad bin Sholih al-'Utsaimin, Penerbit: Dar ats-Tsaroyya - Kerajaan Saudi Arobia, 1416 H/ 1996 M, Judul terjemah: Syaroh kasyfu syubuhat membongkar akar kesyirikan dilengkapi syaroh ushulus sittah, Penerjemah: Bayu Abdurrohman, Penerbit: Media Hidayah - Jogjakarta, Cetakan I, Robi'uts Tsani 1425 H/ Juni 2004 M.
===
Layanan gratis estimasi biaya rangka atap baja ringan, genteng metal, dan plafon gypsum:
http://www.bajaringantangerang.com
===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT