Skip to main content

Akhlaq Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam terhadap isteri-isterinya

Pernikahan termasuk tanda-tanda kekuasaan ALLOH

5. Akhlaq Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam terhadap isteri-isterinya

Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam adalah orang yang paling banyak isterinya. ALLOH mengizinkan beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam untuk menikahi wanita yang diinginkannya, dan tidak mengizinkan selain beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam untuk menikahi lebih dari empat wanita merdeka. Dikatakan bahwa beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam beraqad dengan 25 wanita tapi hanya sebelas saja yang dikawini. Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam wafat meninggalkan sembilan isteri (13), mereka adalah ummahatul mukminin.

Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam memperlakukan isteri-isterinya dengan adil, memberi sama rata dan tidak berat sebelah. Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam adalah contoh yang sangat mulia dalam berbuat adil kepada para isteri. Pria zaman sekarang jarang sekali yang memberikan hak isterinya secara sempurna, disebabkan kelalaian dan kejahilan mereka terhadap agama serta kecintaan mereka terhadap hawa nafsu dan materi, juga karena banyaknya kebutuhan-kebutuhan hidup. Bagaimana jadinya jika dia mempunyai empat isteri, tentu lebih jauh lagi dari keadilan kecuali orang yang dirohmati ALLOH.

Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam mempunyai sembilan isteri, beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam memberi sama rata dalam nafkah, pakaian, makanan dan tempat tinggal. Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam mengundi isteri-isterinya apabila hendak bepergian (14), siapa yang keluar bagiannya dialah yang akan menemani beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam dalam perjalanan. Semua isterinya rela dengan undian ini tanpa ada yang menggugat.

Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam pernah mencandai 'Aisyah ro-dhiyaLLOOHU 'anhuma, terkadang memanggilnya dengan nama 'Aisy dengan bentuk tarkhim untuk mencandainya (15), beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam meletakkan mulutnya di tempat 'Aisyah menempatkan mulutnya dari sebuah gelas ketika minum dan mengambil sekerat daging kemudian menggigit bagian yang telah digigit oleh 'Aisyah untuk menyenangkan hatinya (16). Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam menikahi 'Aisyah ketika masih kecil umurnya dan mengizinkan teman-temannya untuk masuk dan bermain (17) dengannya.

Bahkan beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam pernah mengajak 'Aisyah lomba lari di awal pernikahan, 'Aisyah pun memenangkan perlombaan. Kemudian ketika 'Aisyah menjadi gemuk, beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam mengajaknya kembali dan berhasil mendahuluinya, lalu bersabda, "Ini balasan untuk yang dulu". (18) Imam Ibnu Qoyyim rohimahuLLOOH menyebutkan bahwa Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam berebut keluar dengan 'Aisyah dari pintu untuk mencandainya dan bergurau (19). Lihatlah akhlaq beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam (yang begitu agung).

'Aisyah pernah berkeinginan melihat orang-orang Habasyah yang sedang bermain hirob dalam masjid. Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam pun memberinya kesempatan sambil menutupinya. 'Aisyah pun menempatkan dagunya di atas pundak Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam sambil melihat kaum Habasyah yang sedang bermain. (20)

Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam turut bersedih dengan kesedihan isterinya dan turut bergembira dengan kegembiraan mereka. Ketika hajji wada' beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam melihat 'Aisyah bersedih karena orang-orang kembali dengan hajjinya sementara 'Aisyah tertahan oleh hadihnya. Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam pun menyuruh saudara 'Aisyah, 'Abdurrohman untuk pergi bersamanya ke Tan'im (21) guna melaksanakan 'umroh untuk menyenangkan perasaannya, sebagai syari'at untuk ummat ini dengan wahyu dari ALLOH, (karena Rosul shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam tidak mungkin mengsyari'atkan dari dirinya sendiri) agar wanita-wanita yang bernasib seperti 'Aisyah mengikuti Sunnah ini.

Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam di rumahnya juga bekerja sama dengan isterinya dalam melakukan suatu pekerjaan. Tidak seperti yang dilakukan oleh banyak suami pada zaman ini yang menganggap bahwa isterinyalah yang harus membantu dia (bukan dia yang membantu isterinya). Kerjaannya cuma duduk di rumah sambil menumpuk kaki kanan di atas kaki lainnya dan mengeluarkan berbagai perintah: "Pergi...!" Atau "Kesini...!" Atau "Lakukan...!" Tidak punya pekerjaan kecuali memerintah dan tidak mau menanggung beban dan kelelahan. Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam seperti yang dikatakan 'Aisyah, pernah melakukan pekerjaan isterinya. (22)

Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam adalah teladan sempurna dalam berbuat adil kepada isterinya. Tentang bermalam, beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam membagi hari untuk isteri-isterinya dan memberi hak pada setiap pemiliknya. Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam pernah bersabda,

"Ya ALLOH inilah pembagianku yang aku mampu, janganlah ENGKAU cela aku dalam hal yang ENGKAU miliki sedangkan aku tidak memilikinya." (23)

Yang beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam maksud adalah kecondongan haati. Sebagian 'ulama berpendapat bahwa yang dimaksud adalah kecondongan hati dan jima' (bersetubuh). Akan tetapi selayaknya bagi seorang suami untuk bermalam di rumah isterinya yang mendapat giliran, walaupun tidak harus menyetubuhinya karena ada alasan yang menghalangi, seperti si isteri sedang haidh atau sakit atau tidak ada keinginan pada keduanya disebabkan umur yang sudah tua. Inilah yang disebutkan oleh para 'ulama, ketika Saudah binti Zam'ah ro-dhiyaLLOOHU 'anha telah tua dan takut diceraikan oleh Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam, dia memberikan giliran malamnya untuk 'Aisyah (24). Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam pun membagi harinya untuk delapan isterinya.

Aku katakan: "Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam tak pernah melupakan Khodijah ro-dhiyaLLOOHU 'anha isterinya yang pertama. Sampai-sampai, apabila mendengar suara Hallah binti Khuwailid, beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, 'Ya ALLOH, itu adalah Hallah binti Khuwailid' (25). Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam senang mendengar suaranya sehingga 'Aisyah merasa cemburu. Terkadang beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam menyembelih seekor kambing dan membagi-bagikan dagingnya kepada para shohabat Khodijah. (26)

Kata 'Aisyah: "Aku tidak pernah cemburu kepada seorang wanita seperti cemburuku kepada Khodijah padahal aku belum pernah melihatnya. Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam menjanjikan untuknya sebuah rumah dari emas (dalam Surga)." (27)

Bersambung...

===

(13) Para musuh Islam mencibir Nabi kita shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bahwa beliau terbuai oleh wanita dan sex, tidakkah orang-orang jahil dan zholim itu tahu bahwa isteri beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam yang pertama adalah seorang janda yang lebih tua umurnya 15 tahun, beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam tidak menikahi perawan kecuali 'Aisyah ro-dhiyaLLOOHU 'anhuma, selebihnya adalah para janda tua, beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam menikahi mereka untuk menolong dan merohmatinya. Sungguh celaka...! Bagaimanakah orang-orang kafir itu menghalalkan wanita-wanita simpanan yang telah diharomkan oleh ALLOH dan mengharomkan isteri-isteri yang dihalalkan, "maa lakum kay-fa tahkumuun (bagaimanakah kalian memutuskan?)"

(14) Riwayat Imam al-Bukhori dalam kitab Hibah wa Fadhluha wa Tahridh 'Alayha, bab Hibatu al-Mar'ah Lighoirihi Zaujiha wa 'Itquha nomor 2404, dan Imam Muslim dalam kitab Fadhoil ash-Shohabah, bab Fadhlu 'Aisyah nomor 447.

(15) Riwayat Imam al-Bukhori kitab Fadhoil ash-Shohabah, bab Fadhlu 'Aisyah 3/1374 nomor 2404, dan kitab Adab, bab Man Da'a Shohibahu Fanaqosho min Ismihi Harfan 5/2291 nomor 5848, dan Imam Muslim kitab Fadhoil ash-Shohabah, bab Fadhlu 'Aisyah 4/1896 nomor 2447, dan Imam Ahmad dalam kitab Musnad 6/88, 221.

(16) Riwayat Imam an-Nasa-i dalam kitab Thoharoh, bab Mu'akatul Haidh wa Syurbu min Su'riha 1/148 dan bab Su'rul Haidh 1/178, dishohihkan oleh Imam al-Albani.

(17) Lihat kitab Shohih al-Bukhori, kitab Fadhoil ash-Shohabah, bab Tazwiji an-Nabii 'Aisyah waquduminha al-Madinah wabinaiha biha 3/1414 nomor 3681, dan kitab Nikah, bab Inkah ar-Rojul waladahu ash-Shighor 5/1973 nomor 4840 dan bab Tazwij al-Abu Ibnatahu minal Imam 5/1973 nomor 4841, dan bab Man Bana bin Imrootin wa Hiya Bintu Tis'i Sinin 5/1980 nomor 4763, dan kitab Shohih Muslim dalam kitab Nikah, bab Tazwij Atabi al-Bikro ash-Shoqhiroh nomor 1422.

(18) Riwayat Imam Abu Dawud dalam kitab Jihad, bab as-Sabqu 'ala ar-Rojul nomor 2214, dan Imam Ahmad 6/34, 264.

(19) Lihat kitab Zaadul Ma'ad 1/152.

(20) Riwayat Imam al-Bukhori dalam kitab Nikah, bab Nadzorul Mar'ah Ilal Habsy wa Nahwaqhum min Ghoiri Riibah nomor 4835, dan dalam kitab Sholat, bab Ashhabul Hiroob fil Masjid nomor 435, dan dalam kitab 'Iidain, bab Idzaa Faatahul 'iid Yusholli rok'atain nomor 439, dan dalam kitab Manaqib, bab Qishotul Habsy nomor 3266, dan Imam Muslim dalam kitab Sholat 'Iidain, bab Rukhshoh filla'ib alladzi laa Maksiyata fiihi fii Ayyaamil 'iid nomor 1484.

(21) Riwayat Imam al-Bukhori dalam kitab Hajji, bab Kaifa Tuhillu Haidh wa Nufasa 2/563 nomor 1481, dan Imam Muslim dalam kitab Hajji, bab Bayaab Wujuuh Ihrom 2/870, 871 nomor 1211.

(22) Riwayat Imam al-Bukhori dalam kitab Adab, bab Kaifa Yakunu Rojul fi Ahlihi nomor 5579, dan kitab Nafaqot, bab Khidmatu Rojul nomor 4944, dan kitab al-Adzan, bab Man Kana fi Hajati Ahlihi Fauqimat ash-Sholah nomor 635.

(23) Riwayat Imam Abu Dawud dalam kitab Nikah, bab al-Qosam Baina Nisaa nomor 1822, dan Imam at-Tirmidzi nomor 1140, dan Imam an-Nasa-i 7/64, dan Imam Ibnu Majah nomor 1971, dan Imam Ahmad 6/144.

(24) Riwayat Imam al-Bukhori dalam kitab Hibah wa Fadhluha wa at-Tahridh 'alaiha, bab Hibatul Mar'ah Lighoiri Zaujiha wa 'Itquha nomor 2404, dan dalam kitab Nikah, bab al-Mar'ah Tahibu Yaumaha li Dhorrotiha 7/67 nomor 110 dan diriwayatkan juga oleh Imam Muslim dalam kitab ar-Rodho'a nomor 47.

(25) Riwayat Imam Muslim dalam kitab Fadhoil Shohabah, bab Fadhlu Khodijah Ummul Mukminin nomor 2437.

(26) Riwayat Imam al-Bukhori dalam kitab Fadhoil Shohabah, bab Tazwij an-Nabii Khodijah wa Fadhluha 3/1388 nomor 3605, dan 3/1389 nomor 3067, dan kitab Adab, Bab Husnul 'Ahdi minal Iman 5/2237 nomor 5658, dan riwayat Imam Muslim dalam kitab Fadhoil Shohabah, bab Fadhlu Khodijah Ummil Mukminin 4/1888 nomor 2345.

(27) Riwayat Imam al-Bukhori dalam kitab Nikah, bab Ghirotun Nisaa wa Wajduhunna 7/72 nomor 158.

===

Sumber:
Kitab: an-Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam fii bay-tihi, Penulis: Dr. Muhammad bin Musa Alu Nashr, Judul terjemahan: Rumah Tangga Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam, Penerjemah: Badrus Salam, Penerbit: Pustaka Imam Bukhori - Solo, Cetakan I, Januari 2003.

===

Layanan gratis estimasi biaya rangka atap baja ringan, genteng metal, dan plafon gypsum:
http://www.bajaringantangerang.com

===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog