Skip to main content

Sudah saatnya meniti manhaj Salaf (3)

Manhaj

Syaikh Salim bin 'Id al-Hilali hafizhohuLLOOH:

Sudah saatnya meniti manhaj Salaf (3)

Sebagian dalil dari hadits:

Sedangkan hadits-hadits yang menyatakan kewajiban mengikuti al-Kitab (al-Qur-an) dan as-Sunnah (al-Hadits) dengan merujuk pemahaman para Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhum yang mulia sangat banyak. Sebagian sudah dipaparkan. Di antaranya hadits al-'Irbadh bin Sariyah ro-dhiyaLLOOHU 'anhu:

"Sesungguhnya orang yang hidup (panjang) di antara kalian akan menyaksikan perbedaan yang banyak. Maka, kewajiban kalian ialah memegangi Sunnahku dan sunnah para khulafa-ur rosyidin sepeninggalku. Pegangilah dengan geraham-geraham kalian…"

Maksudnya, pegangi Sunnah pra Shohabatku. Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam tidak mengatakan 'adhdhu 'alay-hima (pegangi keduanya), akan tetapi beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam mengatakan 'adhdhu 'alay-ha (pegangi dia, dijadikan satu kesatuan dalam satu kata ganti, Red.). artinya, sunnah para Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhum merupakan Sunnah beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam juga. Merekalah orang-orang yang menyampaikan sunnah beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam. Orang-orang yang menyampaikan Kitabulloh dan Sunnah Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam; mereka adalah para Shohabat Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam.

Oleh karena itu, para 'Ulama menetapkan, siapa saja yang menikam kehormatan para Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhum, ia adalah zindiq. Maksudnya, dengan mencela atau berkomentar miring terhadap Shohabat atau mengkafirkan mereka, (maka) orang-orang tersebut (adalah) zindiq. Abu Zur'ah rohimahuLLOOH pernah ditanya tentang orang-orang yang menikam kehormatan para Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhum, beliau rohimahuLLOOH menjawab:

"Mereka itu ingin mencederai reputasi, merusak kehormatan para saksi kita untuk menggugurkan al-Kitab dan as-Sunnah. Padahal mereka itulah (yang) lebih pantas ditikam kehormatannya. Mereka itu kaum zindiq." (5)

Mereka itu ingin menghancurkan kedudukan orang-orang yang telah menyampaikan al-Qur-an dan as-Sunnah kepada kita. (padahal), justru mereka itulah yang lebih pantas untuk dijatuhkan kehormatannya.

Hadits yang lainnya masih banyak. Misalnya hadits:

"Sebaik-baik manusia adalah generasiku. Kemudian generasi selanjutnya, dan kemudian generasi selanjutnya." (6)

Aspek puncak kebaikan pada hadits ini, ialah ditinjau dari aspek 'ilmu dan pemahaman, buka (dari aspek) kebaikan fisik, nasab (keturunan) atau lainnya. Kemudian datang generasi Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhum. Yang menjadikan manhaj dan pemahaman mereka sebagai hujjah di hadapan ummat setelahnya. Terutama, saat mereka beradu argumentasi dengan golongan-golongan sesat.

Sebut saja, 'Abdulloh bin Mas'ud ro-dhiyaLLOOHU 'anhu. Suatu hari, beliau memasuki masjid Kufah. Di dalamnya, beliau menyaksikan sekumpulan orang-orang duduk melingkar sambil mengucapkan tasbih, takbir, dan tahmid dengan hitungan kerikil-kerikil. (Berikut dialog antara Shohabat 'Abdulloh bin Mas'ud ro-dhiyaLLOOHU 'anhu dengan mereka):

Beliau ('Abdulloh bin Mas'ud ro-dhiyaLLOOHU 'anhu) bertanya (kepada mereka), "Perbuatan apakah yang sedang aku lihat kalian mengerjakannya?"

Mereka menjawab, "Wahai Abu 'Abdir-Rohman! Ini adalah kerikil-kerikil. Kami membaca takbir, tahlil, dan tasbih dengannya."

Maka beliau ro-dhiyaLLOOHU 'anhu menimpali, "Hitung saja kesalahan-kesalahan kalian. Sesungguhnya aku menjamin kebaikan-kebaikan kalian tidak akan hilang. Celakalah kalian, wahai ummat Muhammad shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam! Begitu cepatnya kalian terseret kepada kebinasaan. Para Shohabat Nabi kalian pun masih banyak. Lihatlah, baju-baju Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam belum rusak. Periuk-periuk beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam belum pecah."

Mereka berdalih, "Kami hanya ingin berbuat baik saja."

Beliau ro-dhiyaLLOOHU 'anhu pun berkata, "Berapa banyak orang menginginkan kebaikan, akan tetapi tidak meraihnya atau tidak sampai kepadanya."

Syahid (bukti yang bisa dipegangi) dari pernyataan itu ialah, "Sedangkan para Shohabat masih banyak." Seandainya kalian berada di atas jalan kebenaran, sudah pasti ada shohabat yang bersama dengan kalian. Ketika tidak ada seorang pun dari mereka yang bersama kalian, berarti kalian berada dalam pintu kesesatan.

Lihatlah, logika berikut yang dipakai 'Abdulloh bin Mas'ud dalam membungkam mereka. Beliau ro-dhiyaLLOOHU 'anhu mengatakan selanjutnya, "Demi ALLOH, wahai orang-orang, kalian itu berada di atas ajaran, kalau tidak lebih baik dari ajaran Muhammad shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam (dan ini merupakan kekufuran) atau kalian sedang membuka pintu kesesatan. Sesungguhnya Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam telah mengabarkan kepada kami ada kaum yang membaca al-Qur-an tapi tidak menembus kerongkongan mereka. Demi ALLOH, aku tidak tahu, mungkin kebanyakan dari kalian termasuk mereka." (7)

Perowi hadits ini, 'Amr bin Salimah rohimahuLLOOH berkata, "Kami menyaksikan kebanyakan orang-orang itu memerangi kami di perang Nahrowan bersama khowarij."

Jadi, ketika mereka keluar dari pemahaman para Shohabat Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam, hal itu menyebabkan mereka khuruj (melepaskan diri) dari ummat Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam.

Juga cara yang ditempuh oleh Ibnu 'Abbas ro-dhiyaLLOOHU 'anhuma, saat kholifah 'Ali ro-dhiyaLLOOHU 'anhu mengutusnya menghadapi orang-orang khowarij.

Mereka bertanya, "Dari mana engkau?"

Beliau (Ibnu 'Abbas) ro-dhiyaLLOOHU 'anhuma menjawab, "Aku datang dari saudara sepupu Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam dan menantu beliau dan dari para Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhu. Kepada merekalah al-Qur-an turun. Mereka adalah orang-orang yang lebih ber'ilmu daripada kalian. Dan tidak ada seorang pun dari mereka yang menyertai kalian."

Lihatlah, 'Abdulloh bin Mas'ud dan Ibnu 'Abbas ro-dhiyaLLOOHU 'anhum mendesak pionir-pionir kaum khowarij dengan manhaj para Shohabat Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam dan menjadikan pemahaman para Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhum sebagai sumber argumentasi di hadapan mereka.

Setelah itu, melalui pergantian generasi demi generasi, ternyata kita menjumpai para 'Ulama di setiap generasi dari abad itu, mereka bersepakat satu kata dalam masalah ini. Yaitu keharusan memahami Kitabulloh dan Sunnah Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam dengan merujuk (kepada) pemahaman para Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhum, hingga pada masa kita sekarang ini.

Kita melihat 'Ulama-'ulama besar pada zaman sekarang, seperti Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Syaikh Bin Baz, Syaikh Ibnu 'Utsaimin rohimahumuLLOOH, mereka semua sepakat, bahwa seorang Muslim seharusnya memahami Kitabulloh dan Sunnah Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam berdasarkan pemahaman para Shohabat Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam. Inilah yang disebut manhaj Salaf. Pasalnya, bila menyaksikan keadaan golongan-golongan yang ada, baik pada zaman dahulu atau firqoh pada masa sekarang ini, sangat bertentangan dengan manhaj para Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhum.

Ambil contoh, khowarij. Perkara prinsip (yang ada) pada mereka, (yaitu) mengkafirkan para Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhum dan bahkan memeranginya. Mereka telah melakukan pemberontakan terhadap 'Utsman ro-dhiyaLLOOHU 'anhu, dan akhirnya membunuh beliau ro-dhiyaLLOOHU 'anhu. Mereka juga melancarkan pemberontakan kepada 'Ali ro-dhiyaLLOOHU 'anhu, dan akhirnya membunuh beliau ro-dhiyaLLOOHU 'anhu. Mereka memerangi para Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhum dan membunuhi serta mengkafirkan mereka. Bagaimana bisa dikatakan, mereka berada di atas manhaj yang sesuai dengan manhaj para Shohabat Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam yang sudah mereka perangi dan mereka bunuh?

Begitu pula, kaum syi'ah, yang telah mengkafirkan para Shohabat Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam, kecuali tiga atau tujuh orang Shohabat saja yang selamat dari vonis mereka. Salah seorang 'ulama syi'ah melontarkan perkataa, "Telah binasa para Shohabat Nabi, kecuali tiga atau tujuh orang saja." Mereka selalu melaknat Abu Bakr dan 'Umar ro-dhiyaLLOOHU 'anhuma. Mereka juga memiliki bacaan sholawat yang berbunyi, "Ya ALLOH, laknatlah dua berhala quroisy, jibt dan thoghut mereka (Abu Bakr dan 'Umar), yang telah melakukan tahrif (perubahan) terhadap kitab-MU." Bagaimana mungkin syi'ah berada di atas pemahaman para Shohabat Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam?!

Atau lihat saja mu'tazilah. Tokoh besarnya, Washil bin 'Atho berkomentar miring terhadap shohabat 'Ali, az-Zubair dan Tholhah ro-dhiyaLLOOHU 'anhum yang telah menerima kabar gembira dari Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam berupa masuk Surga.

Ia (Washil bin 'Atho) berkata, "Seandainya Tholhah, az-Zubair dan 'Ali bersaksi mengenai setumpuk sayuran di depanku, aku tidak akan menerima persaksiannya."

Bagaimana mungkin mereka berada di atas manhaj para Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhum, sebab mereka saja menolak persaksian Shohabat?!

Lihat juga pentolan mu'tazilah lainnya, (yaitu) 'Amr bin 'Ubaid. (Dia) berkomentar tentang shohabat dengan berkata, "(Mereka itu) amwatun ghoiru ahya' (orang-orang mati, tidak hidup)."

Menikam dan menghina para Shohabat Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam! Jadi, golongan-golongan itu, banyak yang melancarkan penghinaan kepada sebagian shohabat.

Demikian pula, bila kita perhatikan kelompok-kelompok pergerakan pada zaman sekarang ini, akan kita jumpai sebagian pendiri dan tokoh-tokohnya menjatuhkan kehormatan sebagian shohabat. Ada yang menyatakannya dengan sindiran. Contoh-contohnya sangat banyak.

Coba lihat, penulis kitab azh-Zhilal (Zhilalul Qur-an). Penulis kitab itu (telah) menghina shohabat 'Amr bin al-'Ash dan Mu'awiyyah ro-dhiyaLLOOHU 'anhuma. Bahkan menganggap kekhilafahan (kekuasaan) kholifah 'Utsman ro-dhiyaLLOOHU 'anhu sebagai masa jeda yang kosong belaka antara 'Umar dan 'Ali ro-dhiyaLLOOHU 'anhuma. Artinya, orang ini mengesampingkan kekhilafahan 'Utsman ro-dhiyaLLOOHU 'anhu.

Sebagian lagi melontarkan celaan kepada shohabat Mu'awiyyah ro-dhiyaLLOOHU 'anhu. Sejumlah orang begitu meremehkan masalah penghinaan yang dialamatkan kepada beliau ro-dhiyaLLOOHU 'anhu. Sebagian 'ulama Salaf berkata, "Mu'awiyyah ro-dhiyaLLOOHU 'anhu adalah sitr (kain pelindung) para Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhum. Bila penutup ini sudah tersibak, maka pintu itu akan termasuki." Maksudnya, bila orang sudah berani mencaci maki Mu'awiyyah ro-dhiyaLLOOHU 'anhu, maka pada gilirannya, ia akan terjerumus dalam cacian yang dilontarkan kepada Abu Musa al-Asy'ari, 'Utsman, 'Ali dan shohabat lainnya ro-dhiyaLLOOHU 'anhum.

Kita tidak akan mendapati golongan yang menghormati para Shohabat ro-dhiyaLLOOHU 'anhum dan mengagungkan serta menilai mereka sebagai orang-orang 'udul (adil, bersih), kecuali Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Mereka itulah yang berjalan di atas pemahaman Salafush Sholih, manhaj ahli hadits.

Apakah berarti golongan-golongan itu telah keluar dari agama Islam? Tidak demikian adanya.

Ibnul Qoyyim ro-dhiyaLLOOHU 'anhu telah mengeluarkan pernyataan yang layak menjadi kaidah emas dalam masalah ini. Beliau rohimahuLLOOH mengatakan, "Syari'at ada tiga macam: Aturan syari'at yang munazzal (diturunkan), aturan syari'at yang muawwal (hasil takwil), dan syari'at mubaddal (yang telah dirubah). Golongan yang menjalankan syari'at munazzal (yang diturunkan) oleh ALLOH kepada Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Mereka itulah yang meng'amalkan al-Qur-an dan as-Sunnah dengan dasar pemahaman Salaful Ummah. Sedangkan manhaj-manhaj atau golongan lainnya, kalau tidak bertumpu pada syari'at yang sudah ditakwilkan, maka berlandaskan syari'at yang sudah mengalami perubahan. Setiap golongan itu, hukumnya tergantung dengan kondisinya.

Meskipun sudah sangat jelas kebenaran manhaj Salaf ini, masih saja ada orang yang melontarkan tuduhan-tuduhan, syubuhat, keraguan. Semoga ALLOH memberikan petunjuk kepada ummat Muhammad shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam dan meneguhkan kita di atas manhaj yang benar ini.

Wa shollaLLOOHU 'ala Nabiyyi Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi wa sallam.

===

(5) Diriwayatkan oleh Imam al-Khothib al-Baghdadi dalam kitab al-Kifayah fi 'Ilmir Riwayah, halaman 49. Dikutip dari al-Intishor lish Shohbi wal al, karya Dr. Ibrohim ar-Ruhaili, halaman 97.

(6) Hadits Riwayat Imam al-Bukhori 2652, dan Imam Muslim 2533, 211.

(7) Riwayat Imam ad-Darimi 1/68-69, dikutip dari 'Ilmu Ushulil Bida', halaman 92.

===

Sumber:
Majalah as-Sunnah, Upaya menghidupkan Sunnah, Edisi 01/ Tahun XI/ 1428 H/ 2007 M.

===

Layanan gratis estimasi biaya rangka atap baja ringan, genteng metal, dan plafon gypsum:
http://www.bajaringantangerang.com

===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog